OPEC Tak Ubah Output Produksi

Kamis, 04 Juni 2015 - 11:02 WIB
OPEC Tak Ubah Output Produksi
OPEC Tak Ubah Output Produksi
A A A
WINA - Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan tetap memproduksi minyak dalam jumlah sama untuk beberapa bulan mendatang.

Dengan harga minyak yang telah stabil, sekarang sekitar USD65 per barel, naik USD20 dari level terendah pada Januari, ada sedikit keinginan OPEC untuk mengubah batas produksi. Meski demikian, beberapa analis menyatakan kemungkinan itu kecil. ”Ada konsensus di antara negara-negara Teluk di OPEC untuk mempertahankan batas atas agar tidak berubah,” ungkap delegasi senior dari negara Terluk di OPEC, dikutip kantor berita Reuters .

Pernyataan itu muncul setelah rapat informal empat negara Teluk Arab di OPEC awal hari kemarin. OPEC bertemu pada Jumat (29/5) setelah seminar dua hari menampilkan para chief executive officer (CEO) perusahaanperusahaan energi global, termasuk BP dan Exxon. perusahaan- perusahaan itu keuntungannya terpangkas akibat keputusan OPEC yang tidak mengurangi output produksi hingga harga minyak mencapai lebih dari USD100 per barel demi mempertahankan pangsa pasar.

”Tidak seorang pun ingin mengguncang perahu. Rapat itu diperkirakan menjadi pelayaran yang mulus,” papar sumber tersebut. Pernyataan itu menunjukkan perubahan intonasi dari rapat terbaru OPEC pada November 2014 saat Venezuela dan lainnya gagal meyakinkan Arab Saudi dan aliansi Teluknya mengurangi suplai.

Malahan, Arab Saudi menyatakan tidak akan lagi mempertimbangkan pemangkasan output tanpa kerja sama para produsen non-OPEC seperti Rusia. Seruan saat ini untuk kolaborasi telah berkurang dan Moskow tidak tertarik.

Sumber dari negara Teluk menjelaskan, outlook pasar minyak positif, khususnya pada semester II/2015, senada dengan komentar dari negara lain saat para trader menyatakan pasar tetap surplus. ”Anda bisa melihat bahwa saya tidak stres, saya bahagia,” ungkap Menteri Minyak Arab Saudi Ali al-Naimi.

Naimi menyatakan, strategi OPEC tidak memangkas output untuk mempertahankan pangsa pasar telah terbukti bekerja. Naimi pun menyatakan kesuksesan langkah tersebut. ”Jawabannya ya. Permintaan naik. Suplai melemah. Ini fakta. Pasar stabil,” tegasnya.

Meski demikian, masih ada beberapa momen bergejolak. Iran berupaya meminta ruang untuk secara bertahap kembali ke pasar minyak setelah beberapa tahun mendapat sanksi sehingga mengurangi ekspor minyak menjadi sedikitnya 1 juta barel per hari (bpd).

Walaupun Iran dan kekuatan dunia bertemu pada batas waktu 30 Juni untuk menyelesaikan pakta untuk secara bertahap mengurangi sanksi terkait nuklir, sebagian besar analis memperkirakan bahwa Iran membutuhkan waktu beberapa bulan, jika tidak satu tahun atau lebih, sebelum produksi Iran mulai pulih. Itu artinya, OPEC memiliki sedikit alasan untuk membahas masalah itu sekarang.

”Karena tingginya ketidakpastian kesepakatan nuklir Iran, kami pikir OPEC lebih mengambil pendekatan menunggu dan melihat pada prospek penambahan output minyak,” papar para analis Barclays. Beberapa analis, termasuk di Morgan Stanley, menambah kemungkinan bahwa OPEC mungkin mengejutkan pasar dengan menaikkan batas atas output minyak yang kini ditetapkan 30 juta bpd.

Beberapa anggota OPEC pun menepis opsi tersebut. Menteri Minyak Kuwait Ali al-Omair sangat yakin negaranegara Teluk mendukung OPEC tidak mengubah output produksi. ”Pilihan OPEC ialah mempertahankan atau meningkatkan batas produksi, menepis kemungkinan pengurangan output ,” ujarnya, dikutip kantor berita AFP .

Negara-negara Teluk memompa sekitar 17 juta bpd atau 55% output OPEC saat ini sebesar 31 juta bpd. Adapun, Arab Saudi memompa 10,3 juta bpd. ”Kondisi global membuat kita tidak mengambil keputusan yang mungkin berdampak negatif pada pasar. Pilihan yang mungkin bagi OPEC ialah mempertahankan atau meningkatkan batas atas produksi,” tuturnya.

Beberapa negara, khususnya Venezuela dan Iran, mendesak OPEC memangkas produksi untuk menaikkan harga minyak. Harga minyak turun hampir setengah dari nilainya sejak Juni 2014, saat Brent diperdagangkan sekitar USD115 dan minyak mentah New York diperdagangkan USD108 per barel.

Omair menyatakan, kenaikan harga minyak terjadi karena OPEC menonaktifkan beberapa produksi biaya tinggi khususnya di Amerika Serikat (AS) dan Kanada, dan perbaikan pertumbuhan ekonomi global.

Syarifudin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5134 seconds (0.1#10.140)