BNI Syariah Perbesar Porsi Dana Murah
A
A
A
JAKARTA - PT Bank BNI Syariah, anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), menargetkan dapat mendorong dana murah dari 47% menjadi di atas 50% pada tahun ini.
Perseroan siap mengumpulkan dana murah dari cabang dengan membentuk divisi khusus. Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano menjelaskan, kondisi dana murah perseroan cukup tertekan setelah masuknya dana haji dalam bentuk deposito. Alhasil, porsi dana murah yang sebelumnya bisa 53% mulai menciut. Dia optimistis dapat mencapai target tersebut karena brand korporasi yang kuat.
”Dana murah turun karena deposito dari dana haji. Namun, brand BNI itu kuat. Dengan tim khusus yang disiapkan, semoga dana murah kembali mendominasi,” ujar Dinno di Jakarta beberapa waktu lalu. Dia juga mengakui, tahun ini cukup menantang karena adanya gangguan daya serap anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan daya beli masyarakat yang menurun.
Lebaran tahun ini pun akan menjadi indikator perekonomian masyarakat. ”Sehingga, sebaiknya pemerintah lakukan sesuatu untuk perbaikan daya beli masyarakat,” ujarnya. Namun, dia menegaskan tidak akan melakukan koreksi target pertumbuhan tahun ini kendati ada sejumlah koreksi target pertumbuhan dari pemerintah dan industri keuangan nasional.
Perseroan menargetkan tahun ini dapat mencatatkan pertumbuhan baik pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 24%. Dinno juga memastikan tidak melakukan revisi target karena sudah menurunkannya dari pencapaian tahun lalu yang mencapai 30%. Strategi tersebut disebabkan pesimisme terhadap perekonomian nasional tahun ini.
Menurutnya, salah satu pemicu perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah lambatnya daya serap belanja pemerintah sebagai pendorong perekonomian masyarakat. ”Saya khawatir pada perekonomian nasional dan daya beli masyarakat yang lemah. Kalau sedikit saja lebih baik dari tahun kemarin, itu sudah bagus. Semoga target rendah tersebut dapat terlampaui di akhir tahun,” ujarnya.
Dia mengatakan, peran pemerintah dalam mendorong perekonomian sangat ditunggu. Daya beli masyarakat yang rendah turut membuat bisnis perbankan syariah lesu. Dinno menambahkan, hingga April 2015 perseroan baru membukukan pertumbuhan 8%. Dia pun mengingatkan agar industri perbankan syariah mengetahui inti persoalannya sehingga dapat berbenah.
”Semua harus tahu masalahnya apa, supaya jangan tertekan lagi berikutnya. Masyarakat belum tentu akan konsumtif dengan pendapatan saat ini. Dana sebesar apapun belum tentu terserap di masyarakat,” ujarnya.
Hafid fuad
Perseroan siap mengumpulkan dana murah dari cabang dengan membentuk divisi khusus. Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano menjelaskan, kondisi dana murah perseroan cukup tertekan setelah masuknya dana haji dalam bentuk deposito. Alhasil, porsi dana murah yang sebelumnya bisa 53% mulai menciut. Dia optimistis dapat mencapai target tersebut karena brand korporasi yang kuat.
”Dana murah turun karena deposito dari dana haji. Namun, brand BNI itu kuat. Dengan tim khusus yang disiapkan, semoga dana murah kembali mendominasi,” ujar Dinno di Jakarta beberapa waktu lalu. Dia juga mengakui, tahun ini cukup menantang karena adanya gangguan daya serap anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan daya beli masyarakat yang menurun.
Lebaran tahun ini pun akan menjadi indikator perekonomian masyarakat. ”Sehingga, sebaiknya pemerintah lakukan sesuatu untuk perbaikan daya beli masyarakat,” ujarnya. Namun, dia menegaskan tidak akan melakukan koreksi target pertumbuhan tahun ini kendati ada sejumlah koreksi target pertumbuhan dari pemerintah dan industri keuangan nasional.
Perseroan menargetkan tahun ini dapat mencatatkan pertumbuhan baik pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 24%. Dinno juga memastikan tidak melakukan revisi target karena sudah menurunkannya dari pencapaian tahun lalu yang mencapai 30%. Strategi tersebut disebabkan pesimisme terhadap perekonomian nasional tahun ini.
Menurutnya, salah satu pemicu perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah lambatnya daya serap belanja pemerintah sebagai pendorong perekonomian masyarakat. ”Saya khawatir pada perekonomian nasional dan daya beli masyarakat yang lemah. Kalau sedikit saja lebih baik dari tahun kemarin, itu sudah bagus. Semoga target rendah tersebut dapat terlampaui di akhir tahun,” ujarnya.
Dia mengatakan, peran pemerintah dalam mendorong perekonomian sangat ditunggu. Daya beli masyarakat yang rendah turut membuat bisnis perbankan syariah lesu. Dinno menambahkan, hingga April 2015 perseroan baru membukukan pertumbuhan 8%. Dia pun mengingatkan agar industri perbankan syariah mengetahui inti persoalannya sehingga dapat berbenah.
”Semua harus tahu masalahnya apa, supaya jangan tertekan lagi berikutnya. Masyarakat belum tentu akan konsumtif dengan pendapatan saat ini. Dana sebesar apapun belum tentu terserap di masyarakat,” ujarnya.
Hafid fuad
(ftr)