Pertumbuhan Ekonomi Inggris Direvisi Menguat
A
A
A
LONDON - Ekonomi Inggris tumbuh lebih cepat dibandingkan proyeksi sebelumnya pada kuartal I/2015.
Kantor Statistik Nasional (ONS) menyatakan, ekonomi tumbuh 0,4% pada kuartal tersebut dibandingkan perkiraan 0,3%. Pertumbuhan didorong oleh kinerja yang lebih baik dari industri konstruksi, dibandingkan proyeksi sebelumnya. Pada basis tahunan ekonomi tumbuh 2,9% dari kuartal I/2014, naik dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,4%.
Revisi terbaru itu merupakan proyeksi ketiga untuk periode tersebut. Pada 2014, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi direvisi naik menjadi 3% dari 2,8%. Itu menandai level tercepat pertumbuhan ekonomi sejak 2006. Data ONS itu menunjukkan pendapatan rumah tangga tumbuh 4,5% year on year (yoy), level tahunan tercepat sejak kuartal II/2001.
Awal bulan ini ONS menyatakan bahwa output konstruksi di Inggris melemah 0,2% pada kuartal I/2015, dibandingkan proyeksi sebelumnya yang turun 1,1%. ”Revisi peningkatan pada pertumbuhan kuartal I/2015 itu terutama karena metode baru untuk mengukur output konstruksi,” kata Kepala Ekonom ONS Joe Grice.
Pertumbuhan per kuartal untuk output jasa tetap tidak direvisi sebesar 0,4%. Howard Archer, kepala ekonom Inggris dan Eropa di IHS Global Insight, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tampaknya berakselerasi pada kuartal II/2015, saat ketidakpastian yang diakibatkan pemilu pada Mei telah mereda. Dia memperkirakan ekonomi tumbuh 0,7% pada kuartal II/2015 dan 2,5% selama tahun ini.
Data terpisah dari ONS menunjukkan defisit neraca berjalan Inggris sebesar 26,55 miliar poundsterling pada kuartal I/2015, setara dengan 5,8% produk domestik bruto (PDB). Defisit turun dari proyeksi yang direvisi 28,93 miliar poundsterling pada kuartal IV/2014, tapi Archer mengatakan bahwa defisit itu tetap tinggi.
John Longworth, direktur jenderal Kamar Dagang Inggri, memperingatkan bahwa defisit neraca berjalan sekarang menjadi risiko besar bagi kesejahteraan Inggris di masa depan, saat krisis zona euro atau guncangan internasional lainnya memiliki potensi yang tinggi. ”Ukuran dan skala defisit neraca berjalan Inggris membuat kita sangat rentan pada guncangan eksternal,” tuturnya.
Syarifudin
Kantor Statistik Nasional (ONS) menyatakan, ekonomi tumbuh 0,4% pada kuartal tersebut dibandingkan perkiraan 0,3%. Pertumbuhan didorong oleh kinerja yang lebih baik dari industri konstruksi, dibandingkan proyeksi sebelumnya. Pada basis tahunan ekonomi tumbuh 2,9% dari kuartal I/2014, naik dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,4%.
Revisi terbaru itu merupakan proyeksi ketiga untuk periode tersebut. Pada 2014, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi direvisi naik menjadi 3% dari 2,8%. Itu menandai level tercepat pertumbuhan ekonomi sejak 2006. Data ONS itu menunjukkan pendapatan rumah tangga tumbuh 4,5% year on year (yoy), level tahunan tercepat sejak kuartal II/2001.
Awal bulan ini ONS menyatakan bahwa output konstruksi di Inggris melemah 0,2% pada kuartal I/2015, dibandingkan proyeksi sebelumnya yang turun 1,1%. ”Revisi peningkatan pada pertumbuhan kuartal I/2015 itu terutama karena metode baru untuk mengukur output konstruksi,” kata Kepala Ekonom ONS Joe Grice.
Pertumbuhan per kuartal untuk output jasa tetap tidak direvisi sebesar 0,4%. Howard Archer, kepala ekonom Inggris dan Eropa di IHS Global Insight, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tampaknya berakselerasi pada kuartal II/2015, saat ketidakpastian yang diakibatkan pemilu pada Mei telah mereda. Dia memperkirakan ekonomi tumbuh 0,7% pada kuartal II/2015 dan 2,5% selama tahun ini.
Data terpisah dari ONS menunjukkan defisit neraca berjalan Inggris sebesar 26,55 miliar poundsterling pada kuartal I/2015, setara dengan 5,8% produk domestik bruto (PDB). Defisit turun dari proyeksi yang direvisi 28,93 miliar poundsterling pada kuartal IV/2014, tapi Archer mengatakan bahwa defisit itu tetap tinggi.
John Longworth, direktur jenderal Kamar Dagang Inggri, memperingatkan bahwa defisit neraca berjalan sekarang menjadi risiko besar bagi kesejahteraan Inggris di masa depan, saat krisis zona euro atau guncangan internasional lainnya memiliki potensi yang tinggi. ”Ukuran dan skala defisit neraca berjalan Inggris membuat kita sangat rentan pada guncangan eksternal,” tuturnya.
Syarifudin
(ftr)