Genjot Kapasitas PLTP, Pertamina Siapkan USD2,5 M

Senin, 06 Juli 2015 - 10:34 WIB
Genjot Kapasitas PLTP, Pertamina Siapkan USD2,5 M
Genjot Kapasitas PLTP, Pertamina Siapkan USD2,5 M
A A A
BANDUNG - PT Pertamina (Persero) menyiapkan investasi hingga USD2,5 miliar atau lebih dari Rp30 triliun hingga 2019 untuk menggenjot pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) menjadi 907 MW.

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pada saat peresmian PLTP Kamojang Unit 5 berkapasitas 1x35 MW di Area Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kemarin. Peresmian proyek tersebut dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, didampingi oleh jajaran menteri Kabinet Kerja, wakil gubernur Jabar, bupati Garut dan bupati Bandung.

PLTP Kamojang Unit 5 telah beroperasi secara komersial dengan mengalirkan listrik kepada PT PLN (Persero) pada 29 Juni 2015. PLTP Kamojang Unit 5 dibangun oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sejak September 2013, dengan menggandeng konsorsium PT Rekayasa Industri dan Sumitomo sebagai pelaksana engineering procurement and construction (EPC). PLTP Kamojang Unit 5 dirancang berkapasitas 35 MW dengan nilai investasi sekitar USD104 juta.

Dwi mengungkapkan, Pertamina telah menempatkan pengembangan panas bumi sebagai salah satu prioritas strategis perusahaan. BUMN energi ini juga telah memiliki cetak biru pengembangan panas bumi hingga 2019. Kendati banyak hambatan yang harus dihadapi. Pertamina berkomitmen terus merealisasikan proyek-proyek panas bumi di Tanah Air.

”Mengembangkan panas bumi memang tidak mudah dan terbukti, kendati Indonesia memiliki potensi terbesardiduniadengan28.000 MW, baru sekitar 5% yang termanfaatkan,” ujarnya di acara peresmian tersebut, kemarin. Kendala yang dihadapi adalah masalah perizinan dan harga jual yang masih relatif rendah. Namun, Dwi menegaskan, Pertamina tetap berkomitmen mempercepat pemanfaatan panas bumi dan konsisten menjadi yang terdepan dalam melaksanakan pengembangan panas bumi di Indonesia.

”Bahkan, saat investor lain tidak banyak tergerak karena berbagai hambatan yang dialami, kami terus berinvestasi di sektor panas bumi. Salah satunya PLTP Kamojang 5 yang diresmikan oleh presiden ini,” kata Dwi. Pada kesempatan yang sama Presiden Joko Widodo menegaskan dukungannya atas pengembangan energi terbarukan.

”Pembangkit geotermal ini sangat ramah lingkungan, tapi kita tidak pernah fokus pada sumber energi terbarukan ini, juga pembangkit terbarukan lainnya. Karena itu, saya memerintahkan kepada menteri-menteri terkait agar ke depan pembangkit listrik ramah lingkungan lebih diberi prioritas, karena kita memiliki potensinya,” ujarnya. Kendati biayanya lebih mahal ketimbang pembangkit konvensional, Presiden menegaskan bahwa pembangkit energi terbarukan merupakan masa depan.

Karena itu, pemerintah akan mengupayakan secara insentif bagi pengembangan pembangkit jenis ini. Termasuk, perbaikan harga jual listrik dari pembangkit energi terbarukan. ”Supaya investor berbondong-bondong mengembangkan energi terbarukan ini,” tandasnya. Presiden menambahkan, upaya pemenuhan kebutuhan energi nasional melalui program pembangkit 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah dalam lima tahun ke depan menjadi salah satu prioritasnya.

Dia berharap, melalui program tersebut, tak ada lagi daerah yang mengalami kekurangan pasokan listrik. ”Saya sendiri akan memantau perkembangannya dari waktu ke waktu,” tegasnya. Sementara, terkait proyekproyek panas bumi yang tengah dikembangkan Pertamina, Direktur Utama PGE Irfan Zainuddin mengatakan, saat ini pihaknya sedang melaksanakan beberapa proyek.

Antara lain pengembangan proyek PLTP Kamojang 5 (1x35 MW) dan Karaha (1x30 MW) di Jawa Barat, Ulubelu 3 dan 4 (2x55 MW) di Lampung, Lumut Balai 1 dan 2 (2x55 MW) di Sumatera Selatan, Lahendong 5 dan 6 (2x20 MW) dan pembangkit skala kecil Lahendong 2x5 MW di Sulawesi Utara, Sibayak 1x5 MW di Sumatera Utara, Hululais 1 dan 2 (2x55 MW) di Bengkulu, dan Sungai Penuh 1 (1x55 MW) di Jambi.

Keseluruhan proyek tersebut memiliki total kapasitas pembangkitan 505 MW. Proyek-proyek tersebut akan mulai beroperasi komersial secara bertahap mulai 2015 hingga 2019. Dengan tuntasnya proyek-proyek tersebut, Pertamina akan memiliki kapasitas sebesar 907 MW pada tahun 2019 yang dapat menghemat penggunaan bahan bakar minyak (BBM) sekitar 43.000 barel setara minyak per hari.

Sebagai wujud komitmen Pertamina terhadap optimalisasi kandungan lokal dan memperkuat sinergi di antara perusahaan milik negara, hampir seluruh proyek panas bumi yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy dilaksanakan oleh PT Rekayasa Industri. Proyek-proyek tersebut diperkirakan menyerap tenaga kerja sekitar 7.000 orang selama berlangsung.

M faizal
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7636 seconds (0.1#10.140)