Perubahan Paradigma APBN Bikin Ekonomi Melempem

Rabu, 22 Juli 2015 - 11:21 WIB
Perubahan Paradigma APBN Bikin Ekonomi Melempem
Perubahan Paradigma APBN Bikin Ekonomi Melempem
A A A
JAKARTA - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengungkapkan, perubahan paradigma yang dilakukan pemerintah dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) membuat ekonomi Indonesia melempem.

Ketua Umum API Ade Sudrajat mengatakan, pelemahan ekonomi yang terjadi saat ini berbeda dengan krisis ekonomi yang terjadi pada 1998 ataupun 2008 silam.

Jika pada krisis ekonomi 1998 dan 2008, industri yang rontok adalah industri multinasional dan perbankan, kali ini yang ambruk justru industri nasional lantaran menurunnya daya beli masyarakat.

"Krisis yang sebelumnya pada 1998 dan 2008 itu tidak mengurangi daya beli masyarakat. Waktu itu masih cukup kuat (daya beli), sehingga yang rontok itu pada 1998 lebih banyak perbankan, dan pada 2008 yang rontok perusahan besar multinasional," ujarnya kepada Sindonews di Jakarta, Rabu (15/7/2015).

Dia menuturkan, lemahnya daya beli masyarakat disebabkan pemerintah mengubah paradigma dalam menyusun APBN. Misalnya, pemerintah mengubah mekanisme penyaluran subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang sudah 45 tahun tidak berubah.

"Kita sudah 45 tahun lebih itu BBM harganya tetap. Tapi subsidi naik turun. Pemerintahan sekarang mengubah paradigma itu, supaya kita memiliki ruang untuk bisa bergerak. Dan juga pembangunan infrastruktur yang tertinggal terlalu banyak, sehingga dibaliklah itu," ujar Ade.

Menurutnya, masyarakat belum terbiasa dengan paradigma baru yang disusun pemerintah. Terlebih, harga BBM telah menjadi tolak ukur kenaikan harga barang lainnya termasuk sembako.

"Karena masyarakat dan pedagang belum terbiasa, sehingga sembako kenaikannya melejit sekali. Padahal, BBM tidak naik melejit," terang Ade.

Selain itu, lanjut dia, lemahnya daya beli masyarakat juga didasari kondisi masuknya tahun ajaran baru. Hal tersebut mengakibatkan para orang tua memilih mendahulukan kebutuhan primer untuk anak masuk sekolah.

"Jadi, kebutuhan skunder dibelakangkan, sehingga tentu daya beli merosot tajam. Namun lambat laun akan menemukan ekuilibrium baru, di mana BBM tidak jadi ukuran, tapi berdasarkan murni supply dan demand," tandasnya.

Baca juga:

Ekonomi Makin Lesu, Siap-siap PHK Massal

Ekonomi Melemah, Pengusaha Akui Terjadi PHK Massal

HT Ingatkan Pemerintah Jangan Remehkan Ekonomi Lesu
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5745 seconds (0.1#10.140)