Pemerintah Diminta Perbaiki Pola Konsumsi Domestik

Kamis, 16 Juli 2015 - 16:12 WIB
Pemerintah Diminta Perbaiki...
Pemerintah Diminta Perbaiki Pola Konsumsi Domestik
A A A
JAKARTA - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) meminta pemerintah untuk memperbaiki dan menata ulang pola konsumsi domestik di tengah lesunya kondisi perekonomian Indonesia.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) APPBI Handaka Santosa mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi akan positif jika konsumsi domestik juga meningkat. Pemerintah seharusnya memiliki trik jitu agar orang-orang kaya di Indonesia mau berbelanja di Tanah Air.

"Pertumbuhan ekonomi itu naik apabila konsumsi domestik naik. Potensi domestik ini naik bukan hanya mereka yang beli bahan-bahan pokok, tapi bagaimana orang-orang kaya berbelanja di Indonesia. Karena uang yang dipakai belanja itu, bisa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Kamis (16/7/2015).

Menurut Handaka, pola konsumsi masyarakat Indonesia khususnya orang-orang kaya selama ini salah lantaran lebih gemar berbelanja di luar negeri atau barang-barang impor. Akibatnya, produk dalam negeri tidak laku dan akhirnya berimbas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melempem. (Baca: Perekonomian Indonesia Salah Arah)

"Jangan barang impor yang merupakan konsumsi sehari-hari saja yang dibeli. Misalnya baju, kita biasa pakai sehari-hari merk lokal itu Hammer, tapi orang-orang yang sangat kaya itu malah lebih milih pakai Hugo Boss, Gucci, dan lainnya. Itu enggak bisa beli di Indonesia dan mereka lari ke luar negeri," imbuh dia.

Sebab itu, sambung Handaka, masyarakat Indonesia sudah seharusnya terbuka pikirannya untuk kembali mencintai produk dalam negeri. Pembelian barang-barang impor dan domestik harus seimbang.

"Karena banyak juga barang-barang Indonesia yang berkualitas. Jadi kita itu harus open minded, pikiran kita itu harus terbuka luas, jangan neo minded. Jadi menurut saya, kombinasi itu penting selama masih dalam batas-batas sehat," terangnya.

Dia mengimbau, penggunaan produk-produk impor yang berlebihan harus dicegah agar tidak mendominasi gaya hidup masyarakat di Indonesia, terutama mereka yang berasal dari kalangan konglomerat.

"Misalnya, ada ibu-ibu kaya yang beli kosmetik SK II atau produk luar lah, mereka harus pakai itu karena kulitnya nanti enggak cocok kalau pakai yang lain. Nah itu yang harus kita cegah. Jadi bukan persaingan produk lokal dan impor, tapi bagaimana produk impor bisa menjadi pendamping saja. Itu untuk meningkatkan konsumsi domestik, dua-duanya harus jalan," kata dia.

Handaka menambahkan, gaya hidup masyarakat Indonesia yang suka berlibur dan menginap di hotel mewah di luar negeri pun harus diubah. Sebab, saat ini standar dan fasilitas hotel di Indonesia juga berkelas internasional dan tidak kalah dengan hotel di luar negeri.

"Kalau di dalam negeri ada (hotel mewah), dan standarnya bagus bahkan internasional kenapa enggak? Ini yang perlu di-brainwash untuk orang-orang yang beberapa waktu belakangan ini memang agak terlena dengan konsumsi impor," pungkasnya.

Baca juga:

Ekonomi Makin Lesu, Siap-siap PHK Massal

Ekonomi Melemah, Pengusaha Akui Terjadi PHK Massal

HT Prihatin Terjadi PHK Saat Mendekati Lebaran
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6648 seconds (0.1#10.140)