Pemerintah Perlu Aktifkan Kembali KEN
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi di semester kedua diperkirakan masih melambat. Daya beli masyarakat pun diprediksi bakal turun pasca-Lebaran.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Pemberdayaan Daerah/ Bulog Natsir Mansyur memperkirakan, daya beli masyarakat setelah Lebaran akan turun sekitar 15-20% meski sempat naik menjelang Lebaran. ”Daya beli naik hanya pas Lebaran tapi setelah Lebaran turun lagi. Tahun lalu setelah Lebaran masih bagus karena ekonomi makro kita masih bagus. Sekarang ekonomi makro dan mikro kita belum stabil,” ujarnya di Jakarta pekan lalu.
Natsir melanjutkan, penurunan daya beli setelah Lebaran tentu akan berdampak pada sektor industri, terutama industri sandang. ”Oleh karena itu, pertumbuhan industri harus dijaga agar tidak terjadi pengurangan jam kerja atau pemutusan hubungan kerja (PHK),” katanya. Ke depan, lanjut Natsir, konsumsi harus digenjot kemudian efisiensi ekonomi nasional juga harus dirapikan. ”Kita harus kerja keras,” imbuhnya.
Dia menuturkan, Kadin telah meminta agar pemerintah mengaktifkan kembali Komite Ekonomi Nasional (KEN) sebagai katalisator antara pemerintah dan pengusaha yang dulunya berfungsi sebagai wadah untuk membahas masalah pengusaha dan kebijakan pemerintah yang tumpang tindih.
”Dalam membuat kebijakan, jangan sampai setiap kementerian tidak mengajak dunia usaha. Hal itu membuat konsistensi kebijakan pemerintah menjadi jelek,” ungkapnya.
Secara terpisah, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan bahwa berbagai langkah sudah dilakukan untuk mengatasi perlambatan ekonomi ini. Salah satunya adalah berkoordinasi dengan dunia usaha sehingga langkah-langkah yang diambil bisa sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. ”Yang paling utama adalah kita menginginkan agar industri di dalam negeri terus tumbuh, salah satunya bagaimana kita dapat menghambat barangbarang yang masuk secara ilegal,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Saleh, pihaknya juga berjuang agar menurunkan harga energi agar industri di dalam negeri dapat bersaing. ”Tentu dengan biaya energi, misalnya harga gas, listrik, jika dibandingkan negara tetangga, perbandingannya cukup jauh. Untuk dapat bersaing, harus memiliki harga yang tidak jauh berbeda dengan negara te-tangga kita,” jelasnya.
Saleh melanjutkan, masalah bunga bank yang cukup tinggi dibandingkan negara tetangga juga membuat industri di dalam negeri kalah bersaing. ”Kami sudah berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk mencari formula yang tepat,” imbuhnya. Dia menambahkan, meski kuartal I terjadi perlambatan ekonomi, pihaknya masih optimistis target pertumbuhan industri tahun ini sebesar 6,3%- 6,8% akan tercapai.
”Salah satunya kita bersama dengan dunia usaha tidak membuat aturanaturan yang memberatkan. Bagaimanapun, kita harus membuat dunia usaha kondusif dan happy agar industri kita bisa maju,” tandasnya.
Oktiani endarwati
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Pemberdayaan Daerah/ Bulog Natsir Mansyur memperkirakan, daya beli masyarakat setelah Lebaran akan turun sekitar 15-20% meski sempat naik menjelang Lebaran. ”Daya beli naik hanya pas Lebaran tapi setelah Lebaran turun lagi. Tahun lalu setelah Lebaran masih bagus karena ekonomi makro kita masih bagus. Sekarang ekonomi makro dan mikro kita belum stabil,” ujarnya di Jakarta pekan lalu.
Natsir melanjutkan, penurunan daya beli setelah Lebaran tentu akan berdampak pada sektor industri, terutama industri sandang. ”Oleh karena itu, pertumbuhan industri harus dijaga agar tidak terjadi pengurangan jam kerja atau pemutusan hubungan kerja (PHK),” katanya. Ke depan, lanjut Natsir, konsumsi harus digenjot kemudian efisiensi ekonomi nasional juga harus dirapikan. ”Kita harus kerja keras,” imbuhnya.
Dia menuturkan, Kadin telah meminta agar pemerintah mengaktifkan kembali Komite Ekonomi Nasional (KEN) sebagai katalisator antara pemerintah dan pengusaha yang dulunya berfungsi sebagai wadah untuk membahas masalah pengusaha dan kebijakan pemerintah yang tumpang tindih.
”Dalam membuat kebijakan, jangan sampai setiap kementerian tidak mengajak dunia usaha. Hal itu membuat konsistensi kebijakan pemerintah menjadi jelek,” ungkapnya.
Secara terpisah, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan bahwa berbagai langkah sudah dilakukan untuk mengatasi perlambatan ekonomi ini. Salah satunya adalah berkoordinasi dengan dunia usaha sehingga langkah-langkah yang diambil bisa sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. ”Yang paling utama adalah kita menginginkan agar industri di dalam negeri terus tumbuh, salah satunya bagaimana kita dapat menghambat barangbarang yang masuk secara ilegal,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Saleh, pihaknya juga berjuang agar menurunkan harga energi agar industri di dalam negeri dapat bersaing. ”Tentu dengan biaya energi, misalnya harga gas, listrik, jika dibandingkan negara tetangga, perbandingannya cukup jauh. Untuk dapat bersaing, harus memiliki harga yang tidak jauh berbeda dengan negara te-tangga kita,” jelasnya.
Saleh melanjutkan, masalah bunga bank yang cukup tinggi dibandingkan negara tetangga juga membuat industri di dalam negeri kalah bersaing. ”Kami sudah berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk mencari formula yang tepat,” imbuhnya. Dia menambahkan, meski kuartal I terjadi perlambatan ekonomi, pihaknya masih optimistis target pertumbuhan industri tahun ini sebesar 6,3%- 6,8% akan tercapai.
”Salah satunya kita bersama dengan dunia usaha tidak membuat aturanaturan yang memberatkan. Bagaimanapun, kita harus membuat dunia usaha kondusif dan happy agar industri kita bisa maju,” tandasnya.
Oktiani endarwati
(bbg)