Saham, Pilihan Investasi Jangka Panjang

Kamis, 20 Agustus 2015 - 08:56 WIB
Saham, Pilihan Investasi...
Saham, Pilihan Investasi Jangka Panjang
A A A
Apa keuntungan investasi di pasar saham? Pertanyaan ini kerap muncul ketika seseorang mendengar kata saham. Pertanyaan lain adalah kekhawatiran risiko investasi saham.

Pemegang saham perusahaan memiliki hak atas keuntungan perusahaan, juga harus siap menanggung kerugian perusahaan. Maka itu, ketika memilih saham, investor harus mengetahui karakteristik perusahaan yang sahamnya hendak dibeli, kinerja perusahaan, perkembangan industri, dan bagaimana pengaruh kondisi makroekonomi terhadap industri dan perusahaan tersebut.

Dengan memahami ihwal tadi, calon pemodal akan mengetahui risiko rugi yang ada serta potensi keuntungannya. Apabila perusahaan memperoleh untung, investor memiliki peluang mendapatkan dividen atau bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan dari laba bersih tahunan. Besarnya dividen bergantung kesepakatan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST).

Namun, apabila saham tersebut dicatat di Bursa Efek Indonesia, potensi keuntungan tidak hanya berasal dari dividen, melainkan juga dari capital gain . Begitu pun risiko kerugian, tidak hanya berasal dari penurunan kinerja perusahaan, tetapi juga dari turunnya harga saham (capital loss). Meski demikian, biasanya perkembangan kinerja perusahaan akan terefleksi dari harga saham perusahaan tersebut.

Jika kinerja keuangan perusahaan yang tercatat di bursa (disebut juga dengan Emiten) bagus, otomatis akan mendongkrak harga saham, begitu juga sebaliknya. Capital gain merupakan keuntungan dari selisih harga beli saham dan harga jual saham. Jika investor A membeli saham emiten XY seharga Rp500 dan pada tahun berikutnya menjual saham XY dengan harga Rp700, berarti capital gain yang diperoleh Rp200 per saham.

Sebaliknya, capital loss adalah apabila harga jual saham lebih rendah dibanding harga beli saham. Banyak faktor yang menyebabkan naik dan turun harga saham. Selain kinerja, ada pula faktor sentimen pasar. Jika ada isu yang kurang baik misalnya ketidakpastian pemimpin baru di suatu negara, investor umumnya akan menjual saham sehingga harga saham akan turun karena prinsip supply dan demand.

Sebaliknya, jika ada optimistis atas kebijakan baru contohnya, investor akan membeli saham karena percaya bahwa kinerja perusahaan akan membaik ke depan sehingga membuat harga saham akan naik. Pasar modal selalu mengalami siklus naik dan turun, sesuai dengan siklus ekonomi. Hal ini berarti, ada periode pasar saham mengalami sentimen positif ditopang membaiknya kinerja emiten yang terlihat dari peningkatan indeks harga saham gabungan.

Di rentang waktu lainnya ketika pasar modal mengalami sentimen negatif, hal ini akan berdampak pada turunnya harga-harga saham dan terkoreksinya indeks harga saham gabungan (IHSG). Namun, secara historis, dalam jangka panjang, investasi saham memberi keuntungan yang tinggi melebihi instrumen investasi lainnya.

Meski demikian, tidak ada seorang pun pakar, investor, maupun analis yang mampu secara tepat memperkirakan kenaikan saham atau penurunan saham setiap tahun. Untuk mengurangi risiko, berinvestasilah dalam jangka panjang sehingga investor melewati siklus kenaikan dan penurunan harga saham. Jangka panjang berkisar 5-10 tahun dan lebih panjang lagi.

Kerja Sama Redaksi KORAN SINDO dan
Bursa Efek Indonesia
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0211 seconds (0.1#10.140)