Rupiah Terus Melemah, Perajin Batik Ikut Terpuruk

Kamis, 03 September 2015 - 22:21 WIB
Rupiah Terus Melemah,...
Rupiah Terus Melemah, Perajin Batik Ikut Terpuruk
A A A
SEMARANG - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) membuat industri perajin batik di Jawa Tengah ikut terpuruk. Hal ini karena sejumlah bahan baku produksi batik, seperti kain dan pewarna mengalami kenaikan harga.

Salah satu perajin batik asal Solo, Sri Sukamti menuturkan, pelemahan nilai tukar rupiah tidak hanya membuat sejumlah bahan pembuatan batik mengalami kenaikan, tapi juga daya beli masyarakat menurun.

Dia mengaku, hampir 98% bahan baku batik, seperti mori dan lilin sampai pewarna kain didatangkan dari luar negeri yang sudah pasti mengalami kenaikan harga seiring melemahnya rupiah.

Meskipun bahan baku mengalami kenaikan harga, namun perajin tidak bisa menaikan harga jual. Karena daya beli masyarakat yang juga mengalami penurunan.

Menurutnya, saat ini penjualan batik mengalami kemerosotan hingga 40% dibandingkan tahun lalu. “Sekarang ini penjualan batik sedang kurang bagus,” ujarnya, saat ditemui di Pameran Batik Craf di Java Mal Semarang, Kamis (3/9/2015).

Dia mengaku, dengan kondisi ekonomi yang kurang baik banyak perajin memilih memproduksi batik secukupnya saja. "Kita tidak berani produksi banyak karena memang pasar sedang lesu,” ungkapnya.

Sebab itu, para perajin batik berharap pemerintah dapat memberikan solusi bagaimana cara para pelaku usaha kerajinan batik dapat melangsungkan usaha tanpa dibayang-bayangi kenaikan harga bahan baku.

Kepala Bidang Industri Logam dan Tekstil Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jateng, Edi Wahyuono mengatakan, para pengrajin batik saat ini masih menahan produksi karena stoknya masih banyak akibat dari menurunnya permintaan.

“Salah satu pengrajin batik di Sragen saya tanya stoknya masih banyak sehingga produksi tidak seperti biasanya,” katanya.

Edi menyebutkan, untuk mengantisipasi mahalnya bahan baku terutama bahan pewarna, saat ini sejumlah industri batik berskala kecil sudah mulai menggunakan pewarna alami. Hal ini bisa menekan pengeluaran produksi.

Mengatasi hal ini, pemerintah terus berusaha untuk mendorong pertumbuhan industri batik yang ada di Jawa Tengah, melalui berbagai pameran dan juga bantuan pendanaan.

Baca: Rupiah Keok Dihantam Penguatan USD
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0655 seconds (0.1#10.140)