Rupiah Anjlok, Harga Buah Melonjak
A
A
A
KENDAL - Ambruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) membuat harga buah-buahan di sejumlah daerah naik. Tidak hanya buah impor buah lokal juga ikut melonjak.
Dari pantauan wartawan di Pasar Weleri, Kendal, Jawa Tengah, jenis buah lokal yang mengalami kenaikan harga, di antaranya salak dari harga Rp28 ribu menjadi Rp35 ribu per kilogram, melon dari Rp6 ribu naik menjadi Rp9 ribu per kilogram, pisang ambon dari Rp10 ribu naik menjadi Rp15 ribu per tandan, dan buah semangka dari Rp4 ribu naik menjadi Rp6 ribu per kilogram.
Sebelumnya, kenaikan harga telah terjadi pada buah impor. Kenaikan buah impor tersebut mencapai 20-30% dari harga normal. Kondisi tersebut membuat omzet pedagang buah mengalami penurunan.
“Kenaikan ini dikerenakan nilai tukar rupiah yang anjlok sehingga ongkos produksi mengalami kenaikan dan musim kemarau yang tak kunjung usai. Kenaikannya sekitar 20-30%,” kata Nur Rofiq, seorang pedagang buah, Rabu (30/9/2015).
Dia menuturkan, kenaikan harga buah membuatnya lebih banyak menjual buah lokal ketimbang impor. Sebab, kenaikan harga buah impor yang cukup tinggi sehingga tidak diminati masyarakat. Tercatat jenis buah impor yang naik, antara lain apel Fujidari sebelumnya R 28 ribu menjadi Rp 30 ribu, buah pear dari Rp25 ribu menjadi Rp 28 ribu.
“Kenaikan paling besar terjadi pada apel jenis Washington dari Rp25 ribu naik menjadi Rp35 ribu per kilogram, dan anggur dari Rp60 ribu naik menjadi Rp75 ribu per kilogram,” ungkap Rofiq.
Hal senada disampaikan Ponco Novianto, pedagang buah lainnya. Kenaikan harga buah lokal dan impor membuat jumlah pembeli kian menurun. Dalam sehari biasanya dia bisa menjual sekitar 100 kilogram, sementara pascaharga niak dirinya dalam sehari hanya bisa menjual 75 kilogram.
“Penjualannya terus turun sehingga kami mengalami penurunan omzet. Padahal berdagang adalah mata pencaharian saya satu-satunya,” keluhnya.
Ponco khawatir jika kondisi ini terus terjadi akan membuat para pedagang merugi lantaran buah yang tidak laku akan membusuk. “Kalau tidak laku dan akhirnya busuk, pastinya langsung dibuang karena tidak bisa dikembalikan lagi ke distributor,” tandasnya.
Baca: Ini Penyebab Rupiah Bisa Terjungkal di Atas Rp15.000/USD
Dari pantauan wartawan di Pasar Weleri, Kendal, Jawa Tengah, jenis buah lokal yang mengalami kenaikan harga, di antaranya salak dari harga Rp28 ribu menjadi Rp35 ribu per kilogram, melon dari Rp6 ribu naik menjadi Rp9 ribu per kilogram, pisang ambon dari Rp10 ribu naik menjadi Rp15 ribu per tandan, dan buah semangka dari Rp4 ribu naik menjadi Rp6 ribu per kilogram.
Sebelumnya, kenaikan harga telah terjadi pada buah impor. Kenaikan buah impor tersebut mencapai 20-30% dari harga normal. Kondisi tersebut membuat omzet pedagang buah mengalami penurunan.
“Kenaikan ini dikerenakan nilai tukar rupiah yang anjlok sehingga ongkos produksi mengalami kenaikan dan musim kemarau yang tak kunjung usai. Kenaikannya sekitar 20-30%,” kata Nur Rofiq, seorang pedagang buah, Rabu (30/9/2015).
Dia menuturkan, kenaikan harga buah membuatnya lebih banyak menjual buah lokal ketimbang impor. Sebab, kenaikan harga buah impor yang cukup tinggi sehingga tidak diminati masyarakat. Tercatat jenis buah impor yang naik, antara lain apel Fujidari sebelumnya R 28 ribu menjadi Rp 30 ribu, buah pear dari Rp25 ribu menjadi Rp 28 ribu.
“Kenaikan paling besar terjadi pada apel jenis Washington dari Rp25 ribu naik menjadi Rp35 ribu per kilogram, dan anggur dari Rp60 ribu naik menjadi Rp75 ribu per kilogram,” ungkap Rofiq.
Hal senada disampaikan Ponco Novianto, pedagang buah lainnya. Kenaikan harga buah lokal dan impor membuat jumlah pembeli kian menurun. Dalam sehari biasanya dia bisa menjual sekitar 100 kilogram, sementara pascaharga niak dirinya dalam sehari hanya bisa menjual 75 kilogram.
“Penjualannya terus turun sehingga kami mengalami penurunan omzet. Padahal berdagang adalah mata pencaharian saya satu-satunya,” keluhnya.
Ponco khawatir jika kondisi ini terus terjadi akan membuat para pedagang merugi lantaran buah yang tidak laku akan membusuk. “Kalau tidak laku dan akhirnya busuk, pastinya langsung dibuang karena tidak bisa dikembalikan lagi ke distributor,” tandasnya.
Baca: Ini Penyebab Rupiah Bisa Terjungkal di Atas Rp15.000/USD
(dmd)