Harga Minyak Turun karena Permintaan Diproyeksi Susut
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah turun pada awal perdagangan di Asia hari ini karena analis memproyeksikan permintaan dari China akan susut dalam beberapa bulan mendatang.
Dikutip dari Reuters, patokan minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) turun 41 sen dari penutupan terakhir di USD46,18/barel pagi ini. Sementara minyak berjangka Brent berada di USD49,33/barel, turun 23 sen.
Jatuhnya harga minyak pada awal pekan ini setelah kenaikan pada pekan lalu menyusul penurunan jumlah rig minyak lebih lanjut di AS, yang menunjukkan bahwa produksi minyak mentah dalam negeri bisa merosot dalam beberapa bulan mendatang.
Tapi di Asia, kemungkinan melambatnya permintaan di China didominasi perdagangan pada hari ini, dengan goyahnya pertumbuhan negara ekonomi kedua di dunia.
Barclays menyatakan bahwa pertumbuhan permintaan minyak China untuk September sesuai dengan persediaan, melambat menjadi 226.500 barel per hari (bph) atau 2,1% dibanding dengan bulan yang sama tahun lalu, jauh lebih rendah dari kenaikan 6,3% untuk tiga kuartal pertama tahun ini.
"Data permintaan yang kuat dalam delapan bulan pertama tidak konsisten dengan melambatnya kegiatan ekonomi makro yang diamati, sedangkan melemahnya permintaan pada September membaik, tercermin dari permintaan riil," kata Barclays, Senin (2/11/2015).
Dikutip dari Reuters, patokan minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) turun 41 sen dari penutupan terakhir di USD46,18/barel pagi ini. Sementara minyak berjangka Brent berada di USD49,33/barel, turun 23 sen.
Jatuhnya harga minyak pada awal pekan ini setelah kenaikan pada pekan lalu menyusul penurunan jumlah rig minyak lebih lanjut di AS, yang menunjukkan bahwa produksi minyak mentah dalam negeri bisa merosot dalam beberapa bulan mendatang.
Tapi di Asia, kemungkinan melambatnya permintaan di China didominasi perdagangan pada hari ini, dengan goyahnya pertumbuhan negara ekonomi kedua di dunia.
Barclays menyatakan bahwa pertumbuhan permintaan minyak China untuk September sesuai dengan persediaan, melambat menjadi 226.500 barel per hari (bph) atau 2,1% dibanding dengan bulan yang sama tahun lalu, jauh lebih rendah dari kenaikan 6,3% untuk tiga kuartal pertama tahun ini.
"Data permintaan yang kuat dalam delapan bulan pertama tidak konsisten dengan melambatnya kegiatan ekonomi makro yang diamati, sedangkan melemahnya permintaan pada September membaik, tercermin dari permintaan riil," kata Barclays, Senin (2/11/2015).
(rna)