Boediono Anggap Kondisi Ekonomi RI Tidak Normal
A
A
A
DEPOK - Mantan Wakil Presiden (Wapres) RI Boediono menganggap kondisi ekonomi Indonesia saat ini sudah tidak normal. Banyaknya angin dan badai yang menerpa, membuat perekonomian di Tanah Air keluar jalur.
Dia mengatakan, kondisi perekonomian saat ini sudah sangat berbeda dengan kondisi 1970-an. Saat ini, guncangan yang terjadi dan berdampak terhadap situasi perekonomian di Indonesia jauh lebih kencang, baik dari internal maupun eksternal.
"Kita semua tahu ada headwind, ada pula sidewind yang membawa ekonomi kita offtrack. Dan sekarang ini sidewind-nya banyak sekali, berbeda saat 1970-an. Sekarang ini lebih kencang. Krisis dan bencana bisa menerpa kita sewaktu-waktu," katanya saat menjadi keynote speaker dalam seminar Indonesia Economic Outlook 2016 di Universitas Indonesia (UI), Depok, Kamis (12/11/2015).
Menurutnya, Indonesia harus siap menghadapi guncangan tersebut dengan membangun suatu sistem ketahanan ekonomi yang efektif dan andal. Harus ada sistem pertahanan ekonomi, dan tidak cukup hanya dari text book yang sering dipelajari.
"Karena tidak banyak dalam text book itu dibahas mengenai bagaimana kita survive menghadapi suatu gejolak. Karena situasinya agak berbeda, agak tidak normal. Keputusan dan langkahnya itu harus inconventional, tidak seperti yang biasanya kita dapatkan dari pelajaran text book," tutur dia.
Mantan Menteri Keuangan ini mengungkapkan, ketidaksiapan Indonesia menghadapi krisis pada 1997-1998 membuat perekonomian di Tanah Air mundur 10 tahun ke belakang. Bahkan, pasca krisis ekonomi tersebut Indonesia butuh waktu panjang untuk kembali membangkitkan perekonomiannya.
Menurutnya, pada saat krisis keuangan global 2008, Indonesia sudah lebih siap dan mampu meminimalkan dampak serta memperpendek masa pemulihan. Namun, tanpa adanya sistem pertahanan Indonesia tidak akan mampu menciptakan kemajuan ekonomi berkelanjutan.
"Tanpa ada sistem pertahanan krisis, sustainable growth tidak akan pernah terjadi. Ini syarat untuk capai jalur sustainable growth," tandas Boediono.
Baca Juga:
Boediono: Mengelola Ekonomi Ibarat Mengendarai Sepeda
Dia mengatakan, kondisi perekonomian saat ini sudah sangat berbeda dengan kondisi 1970-an. Saat ini, guncangan yang terjadi dan berdampak terhadap situasi perekonomian di Indonesia jauh lebih kencang, baik dari internal maupun eksternal.
"Kita semua tahu ada headwind, ada pula sidewind yang membawa ekonomi kita offtrack. Dan sekarang ini sidewind-nya banyak sekali, berbeda saat 1970-an. Sekarang ini lebih kencang. Krisis dan bencana bisa menerpa kita sewaktu-waktu," katanya saat menjadi keynote speaker dalam seminar Indonesia Economic Outlook 2016 di Universitas Indonesia (UI), Depok, Kamis (12/11/2015).
Menurutnya, Indonesia harus siap menghadapi guncangan tersebut dengan membangun suatu sistem ketahanan ekonomi yang efektif dan andal. Harus ada sistem pertahanan ekonomi, dan tidak cukup hanya dari text book yang sering dipelajari.
"Karena tidak banyak dalam text book itu dibahas mengenai bagaimana kita survive menghadapi suatu gejolak. Karena situasinya agak berbeda, agak tidak normal. Keputusan dan langkahnya itu harus inconventional, tidak seperti yang biasanya kita dapatkan dari pelajaran text book," tutur dia.
Mantan Menteri Keuangan ini mengungkapkan, ketidaksiapan Indonesia menghadapi krisis pada 1997-1998 membuat perekonomian di Tanah Air mundur 10 tahun ke belakang. Bahkan, pasca krisis ekonomi tersebut Indonesia butuh waktu panjang untuk kembali membangkitkan perekonomiannya.
Menurutnya, pada saat krisis keuangan global 2008, Indonesia sudah lebih siap dan mampu meminimalkan dampak serta memperpendek masa pemulihan. Namun, tanpa adanya sistem pertahanan Indonesia tidak akan mampu menciptakan kemajuan ekonomi berkelanjutan.
"Tanpa ada sistem pertahanan krisis, sustainable growth tidak akan pernah terjadi. Ini syarat untuk capai jalur sustainable growth," tandas Boediono.
Baca Juga:
Boediono: Mengelola Ekonomi Ibarat Mengendarai Sepeda
(izz)