BPS Nilai Penurunan BI Rate Akan Dongkrak Ekonomi RI
A
A
A
JAKARTA - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo menilai, penurunan suku bunga Bank Indonesia rate (BI rate) menjadi 6,75% dari sebelumnya 7,00% akan mendukung arah pembangunan Indonesia dan pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin membaik.
Menurutnya, hal itu dikarenakan beberapa prediksi agak terlalu pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Jadi, dibutuhkan sesuatu yang bisa menstimulus pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik di tengah belum stabilnya kondisi ekonomi global.
Bahkan, Bank Indonesia (BI) sempat mengatakan bahwa prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I/2016 bisa tembus 5,1%. "Dengan penurunan BI rate saya rasa bisa menentukan arah pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik lagi. Agar pertumbuhannya lebih baik lagi, karena beberapa prediksi ekonomi seringkali pesimistis kalau kita lihat," kata Sasmito, Jakarta, kemarin.
Di samping itu, strategi penurunan BI rate tersebut akan membuat dana-dana yang berada di perbankan keluar untuk disalurkan ke belanja atau konsumsi dan investasi. Hal ini bisa membuat produksi menjadi lebih kuat, sehingga bisa berpengaruh ke neraca perdagangan Indonesia.
"Itu akan meningkatkan demand, baik permintaan untuk investasi dan konsumsi. Ini yang kita harapkan bisa menunjang produksi lebih tinggi. Terkait dengan dampak inflasi, kita harap lebih moderat. Artinya kalau demand naik, apakah itu demand konsumsi atau lainnya, yang kita lihat harga-harga di tingkat internasional masih rendah, saya kira penting juga. Sehingga kalaupun ada penurunan BI rate, saya harapkan, tidak menaikkan inflasi," tutur dia.
Untuk dampak terhadap sektor riil, kata Sasmito, pasti sangat berpengaruh. Ini berkaitan dengan pembangunan infrastruktur yang uangnya juga dialiri dari para investor. Dari pada terlalu banyak menyimpan uang di bank, lebih baik digunakan untuk investasi karena bunganya sedang turun.
"Lebih baik uangnya diinvestasikan, kan bunga sudah turun. Dari pada harus disimpan di bank terus. Tapi saya yakin kok, di samping investasi, pasti orang-orang akan berbelanja seperti belanja rumah, motor dan yang lainnya," pungkasnya.
(Baca: BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 6,75%)
Menurutnya, hal itu dikarenakan beberapa prediksi agak terlalu pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Jadi, dibutuhkan sesuatu yang bisa menstimulus pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik di tengah belum stabilnya kondisi ekonomi global.
Bahkan, Bank Indonesia (BI) sempat mengatakan bahwa prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I/2016 bisa tembus 5,1%. "Dengan penurunan BI rate saya rasa bisa menentukan arah pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik lagi. Agar pertumbuhannya lebih baik lagi, karena beberapa prediksi ekonomi seringkali pesimistis kalau kita lihat," kata Sasmito, Jakarta, kemarin.
Di samping itu, strategi penurunan BI rate tersebut akan membuat dana-dana yang berada di perbankan keluar untuk disalurkan ke belanja atau konsumsi dan investasi. Hal ini bisa membuat produksi menjadi lebih kuat, sehingga bisa berpengaruh ke neraca perdagangan Indonesia.
"Itu akan meningkatkan demand, baik permintaan untuk investasi dan konsumsi. Ini yang kita harapkan bisa menunjang produksi lebih tinggi. Terkait dengan dampak inflasi, kita harap lebih moderat. Artinya kalau demand naik, apakah itu demand konsumsi atau lainnya, yang kita lihat harga-harga di tingkat internasional masih rendah, saya kira penting juga. Sehingga kalaupun ada penurunan BI rate, saya harapkan, tidak menaikkan inflasi," tutur dia.
Untuk dampak terhadap sektor riil, kata Sasmito, pasti sangat berpengaruh. Ini berkaitan dengan pembangunan infrastruktur yang uangnya juga dialiri dari para investor. Dari pada terlalu banyak menyimpan uang di bank, lebih baik digunakan untuk investasi karena bunganya sedang turun.
"Lebih baik uangnya diinvestasikan, kan bunga sudah turun. Dari pada harus disimpan di bank terus. Tapi saya yakin kok, di samping investasi, pasti orang-orang akan berbelanja seperti belanja rumah, motor dan yang lainnya," pungkasnya.
(Baca: BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 6,75%)
(izz)