BI Rate Masih Berpotensi Turun Lagi
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diyakini masih punya ruang kembali melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Namun menurut Ekonom Bank Permata Joshua Pardede, hal tersebut akan sangat dipengaruhi oleh keputusan pemerintah untuk menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada April 2016, mendatang.
"Saya pikir, ruang itu memang ada, tapi subjeknya seperti ini. Apakah nanti pemerintah jadi menurunkan harga BBM lagi atau tidak. Rencananya kan efektif per 1 April. Kalau itu turun, bisa jadi BI rate akan turun lagi," jelasnya kepada Sindonews, Jakarta, Minggu (20/3/2016).
(Baca Juga: BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 6,75%)
Meski demikian, lanjut dia BI akan lebih berhati-hati pastinya dalam mengambil keputusan tersebut meskipun masih ada ruang pelonggaran. BI akan melakukan assesment dahulu atas dampak dari penurunan BI rate yang kini menjadi 6,75% atau turun 25 basis poin (bps) dari sebelumnya 7%.
"Kita lihat dari press rilisnya BI sendiri memang mereka akan lebih berhati-hati lagi kedepanya. Karena penurunannya juga sudah 3 bulan berturut-turut ya. Dan saya pikir BI akan melakukan assesment dulu, atas dampak dari penurunan BI rate ini," kata dia.
Selain adanya ruang pelonggaran yang masih memungkinkan, menurutnya ekspektasi dari The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) sendiri yang memang sudah diturunkan, menjadi faktor pendorong untuk BI malakukan penurunan rate. "Mereka, menurunkan ekspektasi kenaikan fed rate (suku bunga acuan AS), dari 4 kali menjadi 2 kali saja," kata dia.
Dia menambahkan, dari sisi inflasi dan neraca perdagangan juga menjadi faktor domestik lain yang menjadi penentu naik turunnya BI rate. Seperti inflasi yang nantinya dipastikan akan meningkat ketika ramadhan dan neraca perdagangan yang memang surplus, tapi cenderung menurun.
"Jadi itu semua faktor yang harus diantisipsi oleh BI dan itu menjadi indikasi buat rupiah sendiri apakah nanti akan lebih stabil lagi kedepannya atau tidak. Dan seperti yang saya bilang tadi, kalau ada ruang pelonggaran, itu akan dilakukan BI setelah ada keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM," pungkasnya.
"Saya pikir, ruang itu memang ada, tapi subjeknya seperti ini. Apakah nanti pemerintah jadi menurunkan harga BBM lagi atau tidak. Rencananya kan efektif per 1 April. Kalau itu turun, bisa jadi BI rate akan turun lagi," jelasnya kepada Sindonews, Jakarta, Minggu (20/3/2016).
(Baca Juga: BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 6,75%)
Meski demikian, lanjut dia BI akan lebih berhati-hati pastinya dalam mengambil keputusan tersebut meskipun masih ada ruang pelonggaran. BI akan melakukan assesment dahulu atas dampak dari penurunan BI rate yang kini menjadi 6,75% atau turun 25 basis poin (bps) dari sebelumnya 7%.
"Kita lihat dari press rilisnya BI sendiri memang mereka akan lebih berhati-hati lagi kedepanya. Karena penurunannya juga sudah 3 bulan berturut-turut ya. Dan saya pikir BI akan melakukan assesment dulu, atas dampak dari penurunan BI rate ini," kata dia.
Selain adanya ruang pelonggaran yang masih memungkinkan, menurutnya ekspektasi dari The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) sendiri yang memang sudah diturunkan, menjadi faktor pendorong untuk BI malakukan penurunan rate. "Mereka, menurunkan ekspektasi kenaikan fed rate (suku bunga acuan AS), dari 4 kali menjadi 2 kali saja," kata dia.
Dia menambahkan, dari sisi inflasi dan neraca perdagangan juga menjadi faktor domestik lain yang menjadi penentu naik turunnya BI rate. Seperti inflasi yang nantinya dipastikan akan meningkat ketika ramadhan dan neraca perdagangan yang memang surplus, tapi cenderung menurun.
"Jadi itu semua faktor yang harus diantisipsi oleh BI dan itu menjadi indikasi buat rupiah sendiri apakah nanti akan lebih stabil lagi kedepannya atau tidak. Dan seperti yang saya bilang tadi, kalau ada ruang pelonggaran, itu akan dilakukan BI setelah ada keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM," pungkasnya.
(akr)