Penurunan BI Rate Diharapkan Dongkrak Daya Beli Masyarakat
A
A
A
JAKARTA - Penurunan BI rate diharapkan mampu mendongkrak daya beli masyarakat agar kembali meningkat yang didukung dengan adanya penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Meski demikian Ekonom Bank Permata, Joshua Pardede menjelaskan peningkatakan ini tidak akan langsung terjadi melainkan perlahan dipengaruhi faktor lain seperti inflasi yang cukup terkendali.
"Saya melihat dari BI, dengan penurunn ini diharapkan daya beli masyarakat bisa meningkat. Karena seperti yang kita lihat, ketika harga BBM diturunkan, BI rate juga turun, Saya melihat konsumsi masyarakat akan tumbuh lagi meski masih perlahan. Dan paling cepat itu akhir semester kedua ini baru bisa dilihat," jelasnya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (20/3/2016).
(Baca Juga: BI Rate Masih Berpotensi Turun Lagi)
Dia menambahkan jika melihat dari tren saat ini, penjualan otomotif pada awal tahun 2016 dibandingkan 2 bulan terakhir di tahun lalu tercatat masih turun, namun tidak banyak. Karena itu dengan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) menjadi 6,75% dari sebelumnya 7,00% akan mendukung konsumsi masyarakat.
"Ini mudah-mudahan menjadi tendensi membaik. Apalagi indeks kepercayaan masyarakat dari survey BI sudah mulai membaik juga. Jadi kita harapkan semoga di tahun ini, daya beli masyarakat yang meningkat serta bisa mendongkrak konsumsi rumah tangga," sambungnya.
Namun demikian, lanjut dia jangan kemudian diasumsikan dengan penurunan BI rate ini, pertumbuhan ekonomi bisa langsung tinggi. Paling penting, kata Joshua, terjaga dulu momentumnya. "Jadi motivasinya bukan dengan penurunan BI rate ini langsung PE bisa tinggi, tapi yang penting membaik dulu dan terjaga momentumnya. Kalau semua baik, pasti yang lainnya akan ikut tumbuh," pungkasnya.
"Saya melihat dari BI, dengan penurunn ini diharapkan daya beli masyarakat bisa meningkat. Karena seperti yang kita lihat, ketika harga BBM diturunkan, BI rate juga turun, Saya melihat konsumsi masyarakat akan tumbuh lagi meski masih perlahan. Dan paling cepat itu akhir semester kedua ini baru bisa dilihat," jelasnya kepada Sindonews di Jakarta, Minggu (20/3/2016).
(Baca Juga: BI Rate Masih Berpotensi Turun Lagi)
Dia menambahkan jika melihat dari tren saat ini, penjualan otomotif pada awal tahun 2016 dibandingkan 2 bulan terakhir di tahun lalu tercatat masih turun, namun tidak banyak. Karena itu dengan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) menjadi 6,75% dari sebelumnya 7,00% akan mendukung konsumsi masyarakat.
"Ini mudah-mudahan menjadi tendensi membaik. Apalagi indeks kepercayaan masyarakat dari survey BI sudah mulai membaik juga. Jadi kita harapkan semoga di tahun ini, daya beli masyarakat yang meningkat serta bisa mendongkrak konsumsi rumah tangga," sambungnya.
Namun demikian, lanjut dia jangan kemudian diasumsikan dengan penurunan BI rate ini, pertumbuhan ekonomi bisa langsung tinggi. Paling penting, kata Joshua, terjaga dulu momentumnya. "Jadi motivasinya bukan dengan penurunan BI rate ini langsung PE bisa tinggi, tapi yang penting membaik dulu dan terjaga momentumnya. Kalau semua baik, pasti yang lainnya akan ikut tumbuh," pungkasnya.
(akr)