Donald Trump Effect

Minggu, 20 Maret 2016 - 16:21 WIB
Donald Trump Effect
Donald Trump Effect
A A A
JAKARTA - Nuansa pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS) kali ini terasa istimewa. Jika roh film Star Wars adalah Anakin Skywalker, the Darth Vader, maka roh Pilpres AS adalah Donald Trump, kandidat presiden dari Partai Republik.

Mayoritas media di AS memosisikan Donald Trump seperti Darth Vader. Ia digambarkan, kadang secara berlebihan, sebagai tokoh ”the Dark Side of America.” Pernyataan dan pemikiran Trump yang kontroversial seolah mengonfirmasi pemosisian negatif tadi.

Ambil contoh tentang imigran asal Meksiko, Donald Trump dengan enteng berkata: ”They’re sending people that have lots of problems, and they’re bringing those problems with us. They’re bringing drugs. They’re bringing crime. They’re rapists. And some, I assume, are good people.” Namun, bagi sebagian rakyat AS, yang lebih penting adalah menjawab pertanyaan, ”How will the upcoming election affect my personal wealth?” Untuk jadi lebih makmur, sebaiknya rakyat AS pilih presiden dari Partai Republik atau Partai Demokrat?

Siapa yang lebih bisa meningkatkan harga saham? Pedro Santa Clara dan Rossen Valkanov dalam artikel ”The Presidential Puzzle: Political Cycles and the Stock Market” yang terbit di Journal of Finance (2003), mengindikasikan presiden dari Partai Demokrat lebih piawai dalam menyenangkan investor saham di AS. Menganalisis data sejak 1927, mereka menemukan bahwa presiden dari Partai Demokrat secara rata-rata menumbuhkan harga saham 14,1% setahun.

Di lain pihak, presiden dari Partai Republik secara rata-rata hanya mampu mendongkrak harga saham 11,8% setahun. Bill Clinton, presiden dari Partai Demokrat, selama periode 1993-2001 bahkan menciptakan rekor pertumbuhan indeks saham S&P 500 sebesar 17,4% per tahun. Bagaimana prospek harga saham di AS di bawah kepemimpinan Donald Trump, seandainya ia terpilih sebagai presiden AS? Dari analisis saya terhadap media di AS, sebagian besar percaya bahwa Donald Trump adalah bencana bagi investor saham.

”If Trump wins, stocks will crash 50%,” demikian pernyataan Ian Winer, direktur Wedbush, salah satu institusi keuangan besar di AS. Ian Winer khawatir bahwa rencana Trump untuk menurunkan tarif pajak orang kaya AS dan korporasi akan mengurangi pendapatan pemerintah sekitar USD10 triliun selama satu dekade ke depan.

Di sisi pengeluaran, Trump berjanji untuk memperkuat otot militer AS dan infrastruktur. Akibat itu, anggaran AS diperkirakan akan defisit dan posisi kredit AS bakal melemah. Rencana Trump untuk mendeportasi imigran ilegal juga dianggap bisa mengurangi penawaran tenaga kerja AS. Akibat itu, biaya tenaga kerja dan harga produk AS akan naik. Sebagai tambahan, rencana Trump menaikkan tarif impor untuk produk dari China, Meksiko, dan sebagainya bisa membuat harga produk AS makin meroket.

Caroline Freund dari Peterson Institute for International Economics mengingatkan bahwa tarif impor yang ekstrem akan menekan manufaktur AS, sektor yang justru ingin diperkuat Trump, melalui kenaikan bahan baku impor. ”So many US companies are deeply involved in global supply chains: I cannot even imagine what they look like with high tariffs,”kata Caroline. Akhirnya, menurut Ian Winer, kinerja dan harga saham perusahaan AS akan tertekan.

Winer tidak sendirian. Kritik terhadap proposal ekonomi juga datang dari berbagai kalangan. Misalnya, tokoh Partai Republik Mitt Romney dan CEO Hewlett- Packard Meg Whitman. Menurut mereka, Donald Trump akan mengantar dunia ke jurang resesi. Wall Street tampaknya lebih menyukai kandidat presiden lain dari Partai Republik, John Kasich.

Survei terbaru yang dilakukan CNBC dengan sampel fund manager dan analis saham mengindikasikan 42% responden memandang Kasich sebagai presiden terbaik untuk mendorong ekonomi AS, diikuti 16% responden yang memilih Hillary Clinton. Sedangkan Donald Trump hanya kebagian 13% suara. Meskipun kritikus berteriak, Donald Trump tetap berlalu.

Survei oleh CNBC Global CFO Council dua pekan silam mengindikasikan 67% CFO (direktur keuangan) yakin Trump akan menjadi kandidat presiden dari Partai Republik, diikuti Marco Rubio (16,7%) dan Ted Cruz (12,5%). Memprediksi siapa yang akan memenangkan Pilpres AS 2016 sedang menjadi trending topic di Wall Street.

Maklumlah, hasil pilpres ini akan mengubah secara dramatis alokasi aset dan eksposur risiko portofolio investor. Mungkin karena kehadiran Darth, eh.. Donald Trump. Hasil Pilpres AS juga akan berdampak terhadap iklim investasi global. Contoh sederhana, seorang sahabat saya yang dananya nyangkut di saham sebuah perusahaan batu bara anggota klub ‘go cap’ (Rp 50) adalah pendukung berat Trump.

”Kalau Trump menang, kemungkinan besar suhu politik dunia meningkat. Nah, kalau Timur Tengah sudah memanas, harga minyak bakal naik. Otomatis harga batu bara akan melonjak,” ia berspekulasi. Bagi dia, Donald Trump bukan Darth Vader, tapi Rambo sang penyelamat.

Lukas Setia Atmaja
Financial Expert - Prasetiya Mulya Business School
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 4.4936 seconds (0.1#10.140)