Bangun Masyarakat Bawah, Strategi Perindo Bangkitkan Macan Asia

Kamis, 14 April 2016 - 07:29 WIB
Bangun Masyarakat Bawah,...
Bangun Masyarakat Bawah, Strategi Perindo Bangkitkan Macan Asia
A A A
PERINDO - Partai Perindo berupaya menjadikan Indonesia kembali menjadi bangsa yang disegani sebagai Macan Asia. Selama ini, Indonesia sulit menjadi negara maju karena persoalan kesenjangan tidak diatasi.

"Strategi Partai Perindo membangun bangsa dengan cara membangun masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi lemah. Membangun negara itu, membangun masyarakatnya menjadi produktif," ujar Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT), saat melantik 93 DPC Kabupaten/Kota Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Binjai dan Langkat di Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/4/2016).

Dia memaparkan, masyarakat menengah ke bawah harus tumbuh lebih cepat dan tinggi daripada masyarakat menengah ke atas. Untuk itu, mereka perlu diberikan perlakuan khusus agar naik kelas. Berupa akses dana murah dan mudah, pelatihan keterampilan dan proteksi dari pasar bebas. Jika masyarakat bawah naik kelas, jumlah masyarakat menengah ke atas yang merupakan penggerak ekonomi akan lebih banyak.

Partai Perindo sendiri telah menjalankan berbagai program yang menyentuh langsung masyarakat ekonomi lemah seperti UMKM, petani, nelayan dan buruh. Untuk UMKM misalnya Partai Perindo akan menyalurkan 10.000 gerobak usaha untuk UMKM binaan. Tidak hanya itu mereka juga akan dilatih dan didampingi dalam menjalankan usahanya

HT menjelaskan, semakin banyak yang menggerakkan, akan semakin cepat pertumbuhan ekonomi. Konsep ini sudah dibuktikan China yang 30 tahun lalu berada di bawah Indonesia.

"Selama 20 tahun pertumbuhan ekonomi China 9% per tahun. China berhasil menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Jumlah gedung dengan 10 lantai atau lebih, lebih banyak di Shanghai daripada New York," tuturnya.

HT melanjutkan kondisi Indonesia kini yang tertinggal jauh dengan negara-negara tetangga. Padahal, pada era 1980-1990an Indonesia merajai Asia. "Tahun 1980-an Indonesia dikenal sebagai Macan Asia. Waktu itu kita berhasil membangun industri. Di pulau Jawa banyak pabrik-pabrik dibangun," terangnya.

Sayang Indonesia terlena. Tidak membangun infrastruktur, pendidikan dan faktor penunjang lainnya dengan baik membuat negara-negara lain berhasil menyingkirkan Indonesia. "Julukan Macan Asia itu akhirnya pudar," ucapnya.

Ketertinggalan Indonesia di bidang pendidikan, kata HT, tampak dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Sekitar 49% masyarakat berpendidikan SD ke bawah. Sementara yang pernah mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi hanya sekitar 9%. "Kita berjuang bagaimana meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan yang masih tertinggal," ujarnya.

Selain itu, tambah HT, masih banyak persoalan lainnya yang harus segera diatasi di negeri ini. Mulai dari pemberantasan korupsi, penegakan hukum, hingga degradasi moral. "Kita harus bersatu padu, harus solid untuk bisa menjadikan bangsa Indonesia makmur. Saya mengajak kita semua back to basic, kembali ke tujuan semula terbentuknya NKRI," tandasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0763 seconds (0.1#10.140)