Indonesia Bisa Jadi Pusat Industri ASEAN

Minggu, 24 April 2016 - 06:37 WIB
Indonesia Bisa Jadi...
Indonesia Bisa Jadi Pusat Industri ASEAN
A A A
BISNIS perbankan tahun ini diyakini tetap tumbuh dengan dukungan fundamental perekonomian yang kuat. Terlebih dengan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang diharapkan mampu menggerakkan ekonomi dalam jangka panjang.

Meski demikian, bisnis perbankan pada 2016 diperkirakan cukup menantang termasuk untuk bank asing. Likuiditas ketat dan tren pertumbuhan yang diperkirakan belum akan pulih berpeluang meningkatkan risiko bisnis bank.

CEO Standard Chartered (StanChart) Bank Indonesia Tse Koon Shee berpendapat, sebagai bank global, pihaknya justru diuntungkan karena memiliki posisi strategis dengan koneksi ke investor di seluruh dunia. Guna mengetahui lebih jauh strategi yang dilakukan StanChart, berikut petikan wawancara dengan Tse Koon Shee di kantornya, beberapa waktu lalu.

Anda sudah 1,5 tahun di Indonesia. Bagaimana rasanya menjadi CEO di negara yang sangat beragam dan menantang?

Ya sudah 1,5 tahun di sini. StanChart merupakan bank global yang terbiasa dengan kultur beragam dan inklusif. Sejak pertama bergabung kami sudah dibiasakan berinteraksi dengan banyak pihak. Di sini saya memiliki kesempatan untuk merasakan kultur berbagai negara. 20 tahun lalu saya juga sudah mengerjakan proyek di Indonesia selama 9 bulan, lalu juga pernah di Thailand, Hong Kong, Inggris, dan Uni Emirat Arab.

Bagaimana Anda melihat ekonomi Indonesia?

Sangat positif. Saya melihat pelemahan ekonomi Indonesia di tahun lalu sebagai dampak reformasi yang dilakukan pemerintah dan akan menjadi lebih baik untuk jangka panjang. Indonesia memiliki potensi penduduk yang besar dan produktif. Selain itu juga basis perekonomiannya sangat beragam.

Proyek infrastuktur yang dilakukan pemerintah juga sangat menjanjikan perubahan positif. Sehingga pelemahan ekonomi tahun lalu rasanya hanya jangka pendek. Bisnis kami di Indonesia sudah 152 tahun dan ini bukti kami hadir bukan hanya untuk waktu yang singkat.

Kami memiliki ragam bisnis yang mampu melayani segmen ritel untuk individual hingga segmen korporasi. Segmen kelas menengah Indonesia sangat kuat sehingga kami mengembangkan segmen ritel dengan bisnis wealth management. Dalam bisnis wealth management kami bermitra dengan perusahaan jasa finansial lainnya, seperti asuransi. Kami dikenal sebagai distributor asuransi terbesar.

Kami juga melayani kebutuhan investasi dengan menggandeng 50 perusahaan mutual fund atau asset management. Kami telah meluncurkan tiga produk reksadana syariah dengan keunggulan 51% underlying mayoritas yang bisa ditempatkan di luar negeri. Ini kebijakan relaksasi dari pemerintah yang langsung kami manfaatkan.

Pada segmen komersial kami memiliki beragam layanan untuk korporasi mulai dari cash management, pembiayaan modal kerja, hingga membantu promosikan perusahaan yang ingin go international yang membutuhkan mitra dan pasar baru. Kami mendukung perusahaan yang berorientasi ekspor khususnya untuk permodalan. Dalam proyek infrastruktur yang sedang didorong pemerintah, kami juga turut mendukung pembiayaan dan mencarikan investor global dengan menawarkan proyek sindikasi, obligasi pemerintah atau produk utang lainnya. Strategi ini menjadikan bisnis kami cukup dalam di pasar, dengan beragam portofolio bisnis.

Bagaimana Anda melihat persaingan di industri perbankan saat ini?


Jika kita melihat struktur perbankan di Indonesia ada 118 bank yang memiliki keunikannya sendiri. Namun, kami memiliki jaringan internasional yang luas dan ini sangat membantu bagi nasabah korporasi yang ingin lakukan ekspansi global. Kami bisa mengakses pasar internasional untuk permodalan yang lebih efisien. Seperti saat Garuda Indonesia membutuhkan pendanaan maka kami bantu pasarkan sukuk global Garuda ke manca negara seperti Timur Tengah.

Rekanan nasabah korporasi global juga kami bantu untuk masuk berinvestasi di Indonesia. Kami tidak sama dengan bank internasional lainnya yang layanannya terbatas, sedangkan kami memiliki layanan luas. Sehingga kami bisa menggarap bisnis pendukungnya atau supply chain dari perusahaan distributor atau suplier. Kami bisa menjangkau baik ranah lokal dan internasional.

Bagaimana dengan regulasi yang ada di Indonesia?

Regulasi di sini sangat profesional dan berstandar tinggi. Aturan main di sini tidak jauh berbeda dengan pasar lainnya, saling terkoneksi dan sangat menjaga konsumen dan daya tahan industri. Hal ini wajar dilakukan sejak krisis keuangan 2008 dan juga sebelumnya. Kami memiliki relasi yang sangat baik dengan regulator sehingga tidak ada masalah besar selama ini. Saya tidak melihat regulasi menjadi penghambat. Kami bisa berbagi dan menjelaskan operasional bisnis kami.

Bagaimana Anda melihat potensi bisnis di ASEAN dan Indonesia?

Target sukses di ASEAN dan Indonesia, keduanya jadi syarat mutlak yang berkaitan. Kami tidak bisa melihat kekuatan ASEAN tanpa melihat Indonesia. MEA ini adalah arah yang tepat. Dengan kekuatan Indonesia yang ada, akan dapat lebih besar lagi apabila batas ekonomi antarnegara lebih dibuka. Indonesia bisa memanfaatkan pasar ASEAN yang lebih luas lagi dan juga memaksimalkan kekuatan investasi dari negara seperti Singapura misalnya. Setiap negara memiliki kekuatannya sendiri. Namun akan lebih baik apabila setiap negara memiliki daya saing untuk saling melengkapi. Seperti di kawasan Eropa, kita bisa melihat kekuatan yang dimiliki Inggris untuk finansial dan Jerman untuk automotif.

Kami ingin mendukung karena kami beroperasi di semua negara ASEAN. Kami ingin mengajak investor asing untuk membangun industri ekspor, khususnya sepatu dan pakaian. Ada investor yang tertarik datang, perusahaan dari Taiwan yang memiliki pabrik sepatu dan pakaian di China. Kami sedang ajukan proposal untuk mengembangkan pabriknya di Indonesia.

Indonesia bisa menjadi sentra industri utama di ASEAN dengan kekayaan bahan baku, wilayah, dan tenaga kerja. Indonesia juga bisa menjadi pusat kawasan wisata utama, financial centre, atau pusat hub logistik barang.

Namun akan lebih baik apabila Indonesia memilih mengembangkan satu industri utamanya dan unggul. Dengan demikian seluruh potensi yang ada di ASEAN bisa terpusat.

Kami bisa menghubungkan seluruh potensi kekuatan di ASEAN. Kami akan tawarkan Indonesia dengan potensinya menjadi basis kekuatan ekonomi di ASEAN. Bukan sekadar lokasi pabrik.

Apa tantangan saat memimpin bank di Indonesia?


Selama 22 tahun saya berkarier di perbankan, saya sudah pernah bertanggung jawab di kawasan, untuk beberapa negara sekaligus. Saya juga terbiasa dengan keberagaman, khususnya karena berasal dari Singapura yang memiliki keragaman etnis dan agama. Ini sangat membantu di lingkungan kerja saat ini.

Apa filosofi Anda dalam memimpin?

Filosofi dalam memimpin saya ialah 4C, yang sering saya sampaikan dalam pelatihan kepemimpinan. Seringkali orang akan bilang 4C ialah kartu kredit (credit card), kondominium (condominium), country club, mobil (car).

C yang pertama ialah courage (keberanian) yang dibutuhkan saat memimpin. Artinya kita tidak akan menguasai semua teknis di lapangan, namun justru kadang yang menguasai teknis tidak berani mengambil keputusan dan mereka membutuhkan dorongan meskipun mereka tahu jawabannya. Sehingga pemimpin butuh keberanian untuk memutuskan.

Kedua ialah, competence (kompetensi) karena untuk membuat keputusan yang tepat harus dengan menguasai beberapa skill meskipun tidak semuanya. Dengan kompetensi saya bisa tahu substansi masalahnya dan juga dapat meminta pendapat lain dengan tepat.

Berikutnya ialah charisma (karisma) yang dibutuhkan untuk meyakinkan orang dan menginspirasi. Meskipun di saat terburuk tetap menguasai diri dan menginspirasi tim meskipun keputusannya sulit.

Terakhir, ialah character. Meskipun andal namun apabila tidak punya integritas maka karakter Anda tidak baik dan orang tidak percaya.

Bagaimana cara Anda memimpin?


Dalam memimpin berarti soal momen yang tepat. Kita harus tahu kapan momen yang tepat untuk memantau (zoom out) dari ketinggian 3.000 kaki dan kapan mendekat (zoom in) di ketinggian 3 kaki. Kadang beberapa pimpinan hanya melihat dari kejauhan sehingga tidak tahu detail. Namun kalau terlalu dekat juga tidak bisa melihat secara makro gambaran besar pekerjaan dan tidak membiarkan tim bekerja maksimal.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0948 seconds (0.1#10.140)