Tahun 2016, Ekspor Senjata Jerman Meningkat Menjadi 4 Miliar Euro
A
A
A
BERLIN - Saat Perang Dunia II, Jerman di bawah pemerintahan Nazi dikenal sebagai negara pencipta senjata-senjata canggih. Senapan serbu Avtomat Kalashnikov (AK-47) rancangan Mikhail Kalashnikov merupakan pengembangan dari senapan Jerman, Sturmgewehr 44 (StG 44). Kini, salah satu produksi andalannya adalah main battle tank Leopard, salah satunya penggunanya Indonesia.
Melansir dari Die Welt, Selasa (5/7/2016), Pemerintah Jerman telah menyetujui ekspor senjata pada tahun 2016 sebesar 4 miliar euro ekuivalen USD4,48 miliar. Angka tersebut menandai peningkatan baru dalam penjualan senjata. Nilai ekspor senjata dalam enam bulan pertama tahun ini, melonjak dari 3,46 miliar euro pada periode yang sama tahun 2015.
Laporan yang dikutip dari dokumen Departemen Ekonomi Jerman, mengatakan bahwa ekspor senjata negara itu hampir dua kali lipat dari tahun 2015, mencapai tingkat tertinggi sejak awal milenium ini.
Kendati ekspor senjata mereka meningkat, Menteri Ekonomi Jerman, Sigmar Gabriel telah berjanji untuk lebih berhati-hati dalam perizinan ekspor senjata, khususnya yang berkaitan dengan Timur Tengah dan wilayah lainnya yang sedang didera konflik.
Gabriel pun menjelaskan kenaikan ekspor senjata ini telah mendapat pesertujuan dari pemerintah termasuk Partai Demokrat Sosial dan pro-bisnis liberal, Free Democratic Party.
Die Welt mengatakan ada total 6.400 persetujuan ekspor senjata dalam enam bulan pertama 2016. Sebanyak 4.500 persetujuan terkait dengan pengiriman ke negara-negara anggota Uni Eropa dan NATO atau negara sekutu militer NATO.
Namun surat kabar tersebut menyebutkan Jerman telah melakukan pengiriman senjata ke Aljazair, bahkan tahun lalu mengirimkan kapal selam ke Israel, ekspor senjata kecil ke negara-negara ketiga seperti pengiriman 100.000 pistol ke Kolombia dan pemerintah Kurdi di Irak. Pengiriman tersebut menuai protes dari kelompok oposisi.
Adapun kesepakatan 1,66 miliar euro untuk menjual tank Leopard ke Qatar, juga menuai protes karena negara tersebut dianggap ikut terlibat dalam perang saudara di Yaman. Tapi Gabriel menyebut bahwa kesepakatan tersebut tidak bisa ditarik mundur.
Pemerintahan Merkel berdalih untuk ekspor senjata kecil mengalami penurunan pada semester pertama tahun berjalan, yang mencapai volume 11,6 juta euro, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya 12,4 juta euro.
Gabriel lantas menegaskan bahwa penurunan penjualan senjata kecil tersebut sebagai langkah sukses. “Senjata-senjata ini sangat berbahaya, karena ini adalah senjata untuk perang saudara,” ujarnya kepada Süddeutsche Zeitung, Selasa (5/7/2016). Negara tersebut memang mempunyai kebijakan untuk mengurangi ekspor senjata kecil.
Melansir dari Die Welt, Selasa (5/7/2016), Pemerintah Jerman telah menyetujui ekspor senjata pada tahun 2016 sebesar 4 miliar euro ekuivalen USD4,48 miliar. Angka tersebut menandai peningkatan baru dalam penjualan senjata. Nilai ekspor senjata dalam enam bulan pertama tahun ini, melonjak dari 3,46 miliar euro pada periode yang sama tahun 2015.
Laporan yang dikutip dari dokumen Departemen Ekonomi Jerman, mengatakan bahwa ekspor senjata negara itu hampir dua kali lipat dari tahun 2015, mencapai tingkat tertinggi sejak awal milenium ini.
Kendati ekspor senjata mereka meningkat, Menteri Ekonomi Jerman, Sigmar Gabriel telah berjanji untuk lebih berhati-hati dalam perizinan ekspor senjata, khususnya yang berkaitan dengan Timur Tengah dan wilayah lainnya yang sedang didera konflik.
Gabriel pun menjelaskan kenaikan ekspor senjata ini telah mendapat pesertujuan dari pemerintah termasuk Partai Demokrat Sosial dan pro-bisnis liberal, Free Democratic Party.
Die Welt mengatakan ada total 6.400 persetujuan ekspor senjata dalam enam bulan pertama 2016. Sebanyak 4.500 persetujuan terkait dengan pengiriman ke negara-negara anggota Uni Eropa dan NATO atau negara sekutu militer NATO.
Namun surat kabar tersebut menyebutkan Jerman telah melakukan pengiriman senjata ke Aljazair, bahkan tahun lalu mengirimkan kapal selam ke Israel, ekspor senjata kecil ke negara-negara ketiga seperti pengiriman 100.000 pistol ke Kolombia dan pemerintah Kurdi di Irak. Pengiriman tersebut menuai protes dari kelompok oposisi.
Adapun kesepakatan 1,66 miliar euro untuk menjual tank Leopard ke Qatar, juga menuai protes karena negara tersebut dianggap ikut terlibat dalam perang saudara di Yaman. Tapi Gabriel menyebut bahwa kesepakatan tersebut tidak bisa ditarik mundur.
Pemerintahan Merkel berdalih untuk ekspor senjata kecil mengalami penurunan pada semester pertama tahun berjalan, yang mencapai volume 11,6 juta euro, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya 12,4 juta euro.
Gabriel lantas menegaskan bahwa penurunan penjualan senjata kecil tersebut sebagai langkah sukses. “Senjata-senjata ini sangat berbahaya, karena ini adalah senjata untuk perang saudara,” ujarnya kepada Süddeutsche Zeitung, Selasa (5/7/2016). Negara tersebut memang mempunyai kebijakan untuk mengurangi ekspor senjata kecil.
(ven)