Menteri PPN: Indonesia Harus Jadi Negara Industri dan Jasa

Jum'at, 05 Agustus 2016 - 19:34 WIB
Menteri PPN: Indonesia Harus Jadi Negara Industri dan Jasa
Menteri PPN: Indonesia Harus Jadi Negara Industri dan Jasa
A A A
DEPOK - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menilai untuk menjadi negara maju, Indonesia harus berpikir dalam kerangka industri bukan lagi tergantung pada komoditas. Indonesia harus menjadi negara industri dengan manufaktur yang kompetitif.

Namun saat ini, kata Bambang, sistem logistik Indonesia masih belum mapan dan efisien. Biaya logistik dan jalur distribusi masih tinggi bahkan untuk mengirim barang di dalam negeri.

"Indonesia negara kepulauan, ada kelebihan yaitu secara maritim kita kuat, namun biaya yang kita jalankan lebih mahal. Jika seperti India dan China pasti akan efisien," katanya di Balairung Universitas Indonesia (UI), Depok, Jumat (5/8/2016).

Bambang lantas memberi contoh ketidakefisienan tersebut. Seperti pada eksportir vanila, dimana biaya angkut satu kontainer vanila dari Surabaya ke California, AS, bianyanya USD3.000 ekuivalen Rp39,3 juta. Sementara biaya angkut dari Surabaya ke Medan--sama-sama di Indonesia--biayanya justru USD7.000 setara Rp91,7 juta.

Baca: Pemerintah Ingin Bentuk Tim Nasional Keuangan Inklusif

Kendati lebih murah menjual ke luar negeri (California) ketimbang ke Medan, namun hal ini secara lainnya sangat buruk karena biaya logistik di dalam negeri, kemahalan. Mengantisipasi itu, kata Bambang, Indonesia harus menjadi negara industri. Dengan demikian, Indonesia dapat bertahan menghadapi terpaan badai global.

“Harus jadi negara industri dan jasa. Kalau enggak jadi, maka akan ketinggalan. Enggak akan maju kalau enggak bisa jadi negara industri. Dulu tahun 1980an ada booming minyak, kayu, batu bara, itu sifatnya sementara. Harus diwaspadai jangan sampai Indonesia hanya tergantung pada komoditas. Sehingga negara kaya dengan sumber daya alam bisa menjadi kutukan,” jelasnya.

Bambang melanjutkan, Indonesia sebagai negara maritim harus berpikir bahwa laut adalah sebagai penghubung antar pulau bukan pemisah. Menurutnya, Indonesia harus berjalan dengan visi misi maritim bukan lagi daratan atau kontinen.

“Saatnya berpikir ke laut, harus berpikir maritim. Dan negara ini bukan hanya Jawa, tetapi dari Sabang sampai Merauke,” tuturnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5210 seconds (0.1#10.140)