Buka Fishcrime Symposium, Jokowi Pamer Ekspor Produk Ikan Naik
A
A
A
YOGYAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan ada peningkatan ekspor sebesar 7,34% dari produk perikanan Indonesia dari bulan Januari hingga Juni 2016, bila dibandingkan dengan periode yang sama 2015. Dia juga menerangkan ada penurunan tindakan ilegal dalam eksploitasi ikan selama dua tahun terakhir.
"Terus belajar dengan negara-negara lain, dan juga pengalaman sendiri dalam menghadapi ilegal fishing. Sekaligus, kita berbagai pengalaman dengan negara-negara lain, negara sahabat, dalam masalah ini," katanya saat membuka simposium internasional kejahatan perikanan atau Symposium Fisheries Crime (FishCRIME) di Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta, Senin (10/10/2016).
Menurutnya Indonesia pernah menempati peringkat kedua produsen terbesar di dunia untuk ikan laut dengan jumlah tangkapan 6 juta ton atau setara dengan 6,8% total produksi dunia yang terjadi 2014 lalu. "Saya yakin angka-angka itu masih di bawah potensi maksimal Indonesia karena masih ada praktek ilegal fishing," sambungnya.
Lebih lanjut Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku tidak rela kejahatan laut di Indonesia dibiarkan begitu saja. Untuk itu, dia menegaskan adanya simposium yang dihadiri 45 negara dari lima benua ini merupakan bukti nyata pemerintah dalam mengatasi persoalan kejahatan perikanan dunia.
"Simposium ini bukti nyata komitmen dari aksi bersama kita dalam mengatasi persoalan kejahatan perikanan," tegasnya.
Dia menambahkan praktik ilegal fishing sudah mengakibatkan merugikan perekonomian negara sebesar USD20 miliar per tahun. Termasuk, mengancam 65% terumbu karang yang ada di lautan Indonesia.
Oleh karena itu dia menerangkan, selama kepemimpinannya selama dua tahun terus mengencarkan perang terhadap ilegal fishing. Begitu juga dengan pengamanan terhadap 236 kapal pencuri ikan. Jokowi sendiri memberikan apresiasi terkait penindakan hukum terhadap kapal-kapal pencuri ikan dengan menengelamkan ke laut.
"Hasilnya mulai terlihat, eksploitasi ikan (Ilegal) di Indonesia mengalami penurunan antara 30 sampai 35%, sehingga kita memungkinkan stok tangkapan ikan dari 7,2 ton tahun 2013 menjadi 9,9 juta ton di tahun 2015," paparnya.
Jokowi juga mengapresiasi acara simposiom internasional ini karena Indonesia telah diberi kepercayaan dari dunia internasional dalam keberhasilan memberantas penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing).
"Terus belajar dengan negara-negara lain, dan juga pengalaman sendiri dalam menghadapi ilegal fishing. Sekaligus, kita berbagai pengalaman dengan negara-negara lain, negara sahabat, dalam masalah ini," katanya saat membuka simposium internasional kejahatan perikanan atau Symposium Fisheries Crime (FishCRIME) di Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta, Senin (10/10/2016).
Menurutnya Indonesia pernah menempati peringkat kedua produsen terbesar di dunia untuk ikan laut dengan jumlah tangkapan 6 juta ton atau setara dengan 6,8% total produksi dunia yang terjadi 2014 lalu. "Saya yakin angka-angka itu masih di bawah potensi maksimal Indonesia karena masih ada praktek ilegal fishing," sambungnya.
Lebih lanjut Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku tidak rela kejahatan laut di Indonesia dibiarkan begitu saja. Untuk itu, dia menegaskan adanya simposium yang dihadiri 45 negara dari lima benua ini merupakan bukti nyata pemerintah dalam mengatasi persoalan kejahatan perikanan dunia.
"Simposium ini bukti nyata komitmen dari aksi bersama kita dalam mengatasi persoalan kejahatan perikanan," tegasnya.
Dia menambahkan praktik ilegal fishing sudah mengakibatkan merugikan perekonomian negara sebesar USD20 miliar per tahun. Termasuk, mengancam 65% terumbu karang yang ada di lautan Indonesia.
Oleh karena itu dia menerangkan, selama kepemimpinannya selama dua tahun terus mengencarkan perang terhadap ilegal fishing. Begitu juga dengan pengamanan terhadap 236 kapal pencuri ikan. Jokowi sendiri memberikan apresiasi terkait penindakan hukum terhadap kapal-kapal pencuri ikan dengan menengelamkan ke laut.
"Hasilnya mulai terlihat, eksploitasi ikan (Ilegal) di Indonesia mengalami penurunan antara 30 sampai 35%, sehingga kita memungkinkan stok tangkapan ikan dari 7,2 ton tahun 2013 menjadi 9,9 juta ton di tahun 2015," paparnya.
Jokowi juga mengapresiasi acara simposiom internasional ini karena Indonesia telah diberi kepercayaan dari dunia internasional dalam keberhasilan memberantas penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing).
(akr)