Bermitra dan Menjadi Agen Pembangunan

Minggu, 05 Februari 2017 - 07:45 WIB
Bermitra dan Menjadi...
Bermitra dan Menjadi Agen Pembangunan
A A A
MENJADI orang nomor satu di perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bukan perkara mudah. Apalagi perusahaan yang bersangkutan bersinggungan langsung dengan masyarakat banyak. Diperlukan semangat dan energi ekstra untuk mengarahkan agar tujuan perusahaan tercapai.

Hal inilah yang menjadi acuan Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Satya Heragandhi dalam menyukseskan sejumlah proyek infrastruktur yang dikelola perusahaannya. Menurut dia, energi ekstra diperlukan untuk membangun Jakarta agar sesuai dengan harapan pemegang saham.

Sebagai perusahaan BUMD, Jakpro memang dituntut turut aktif dalam pembangunan. Apalagi Jakarta menjadi salah satu tolok ukur perekonomian Indonesia di mata internasional. Tahun ini, Jakpro akan tetap fokus mengembangkan tiga kegiatan usahanya, yaitu dalam bidang properti, infrastruktur dan utilitas (gas).

Apa saja strategi yang akan dilakukan Jakpro sepanjang 2017? Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana visi dan misi Jakpro ke depan?


Pemegang saham (Pemerintah DKI Jakarta) menginginkan Jakpro menjadi investment holding. Dengan kita memiliki begitu banyak penugasan infrastruktur, itu bertujuan untuk membangun yang perusahaan lain tidak bisa bangun karena tingkat kesulitan atau juga karena tidak berani mengambil risiko. Untuk visi misinya kita terus melakukan penugasan, memastikan segala sesuatu hal kita jalankan sesuai prosedurnya. Sebagai korporasi kami juga memastikan tetap mendapatkan keuntungan. Namun juga tetap memenuhi tata kelola perusahaan yang baik.

Apa saja tantangan yang dihadapi di Jakpro?

Perusahaan ini mempunyai tantangan yang luar biasa berat, karena tugas-tugas yang diemban oleh Pemprov DKI untuk membangun infrastruktur. Di masa yang lalu mungkin ada beberapa permasalahan seperti birokrasi atau political will, sehingga banyak proyek yang terhambat. Misalnya, jika kita telisik kebutuhan air bersih di Jakarta sudah ada sejak 20 tahun lalu. Selain itu, kebutuhan transportasi juga sudah mengalami kemacetan sejak beberapa tahun lalu. Begitu juga masalah sampah. Tapi kenapa tidak bisa dibangun?

Untuk itu, kami sebagai manajemen akan terus berusaha mengerjakan proyek-proyek ini. Jika sudah selesai dalam tiga atau empat tahun kemudian, kita pasti akan bangga dengan hasilnya. Kita bisa memberi kebanggaan kepada anak cucu kita, bahwa proyek-proyek tersebut kita yang mengerjakannya. Untuk itu dimulai dengan percaya, bahwa kita mampu dan bisa. Kepercayaan diri tersebut juga harus didorong. Sejauh ini kami membuktikan hasil dengan pencapaian yang cukup baik.

Bagaimana Anda melihat infrastruktur khususnya di wilayah Jakarta pada tahun ini?

Penduduk DKI Jakarta yang mempunyai KTP saat ini mencapai angka 9,6-9,7 juta, belum lagi yang bekerja di sini tapi tinggal di luar Jakarta. Rata-rata setiap hari sebanyak 18-20 juta jiwa berada di Jakarta. Belum lagi usia produktif sekitar 70% atau mencapai 12 juta yang bergerak. Minimum di Jakarta ada sedikitnya 30-40 juta pergerakan dengan kendaraan. Hal ini membutuhkan dukungan dari sarana transportasi umum. Namun kenyataannya infrastruktur transportasi hanya memenuhi 2% dari jumlah tersebut. Jika tidak segera disediakan multiplier effect untuk Jakarta tidak akan bagus.

Lalu untuk sampah, setiap harinya ada 6.600 sampai 7.000 ton yang diproduksi di Jakarta. Saat ini di Bantar Gebang (Bekasi) ada 26 meter ketinggian sampah atau mencapai gedung enam lantai di kawasan seluas 100 hektare. Kalau kita tidak bangun sesuatu di situ, jumlah sampah akan terus menumpuk. Ada juga masalah air bersih, kita kekurangan 9.000 liter per detik. Di sisi lain ada 1,2 juta penduduk yang membutuhkan rumah murah. Sejumlah tantangan ini akan menjadi peluang bagi kami sebagai BUMD yang bergerak di bisnis infrastruktur dan properti.

Proyek infrastruktur apa yang akan digarap Jakpro tahun ini?

Kami fokus pada penugasan Pemprov DKI Jakarta untuk membangun sarana infrastruktur dalam mendukung Asian Games 2018. Utamanya pembangunan velodrome, equestrian dan LRT (light rail transit) yang dimulai proyeknya sejak tahun lalu. Untuk velodrome sampai Desember 2016 progres pengerjaannya sudah 30%. Sedangkan untuk LRT, kami mendapatkan mandapat menggarap rute dari Rawamangun menuju Kelapa Gading. Untuk Equestrian kami lebih fokus merenovasi dari pada membangun ulang, sehingga waktunya lebih pendek.

Biasanya untuk pembangunan velodrome standar internasional yang kita bangun disini membutuhkan waktu 4-5 tahun. Tapi kami menargetkan dalam dua tahun atau Juni 2018 bisa selesai dengan nilai investasi yang lebih rendah. Jujur, pembangunan LRT yang paling berat, karena biasanya dibutuhkan waktu minimal empat tahun. Pengadaan lokomotif biasanya 24 bulan, belum lagi waktu pengiriman ke Jakarta. Kami ditargetkan pada Juni 2018 harus sudah beroperasi. Upaya kami yaitu dengan merencanakan design engineering lalu dibangun. Ini akan lebih baik dan lebih cepat.

Bagaimana dengan pencapaian kinerja perusahaan sepanjang tahun lalu?

Selain menggarap penugasan yang diberikan, kami juga akan fokus mengembangkan kepada tiga unit bisnis yaitu infrastruktur, properti dan utilitas. Jakpro sebagai korporasi juga dituntut untuk meraih keuntungan. Tahun lalu Jakpro berhasil menyelesaikan sembilan projek. Di saat yang bersamaan kita berhasil menghasilkan laba bersih lebih tinggi 25% dari target yang diberikan. Tahun ini sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan untuk net income ditargetkan mencapai Rp90 miliar.

Aset juga tumbuh cukup signifikan, tadinya aset kami Rp5 triliunan, sekarang Rp7 triliun. Tapi kalau kita menggunakan revaluasi, aset kita bisa mencapai Rp9,6 triliun. Dengan aset tersebut, kemampuan perusahaan untuk meminjam uang di bank minimal bisa Rp20 triliun. Dari dana tersebut banyak sekali yang bisa dibangun.

Apa saja terobosan dan inovasi yang dilakukan Jakpro untuk membangun infrastruktur di DKI Jakarta?

Kita membuka kesempatan untuk kemitraan dengan negara lain, misalnya untuk proyek Water Tratment Plant, Jakpro menjalin kerja sama dengan Singapura. Melalui kerja sama ini kita bisa mempelajari, bagaimana upaya negara sekecil itu bisa mempunyai pengelolaan air yang bagus. Untuk LRT juga kita sempat mencari partner negara yang teknologinya bagus, ada Jepang, China, Korea dan Prancis. Dari sekian banyak yang kita pilih Korea.

Dalam pengolahan sampah, Jakpro juga turut menggandeng Finlandia. Negara-negara tersebut kita kualifikasi melalui pencarian langsung di perwakilan kedutaan besarnya di Jakarta. Artinya kita sangat peduli dengan teknologi tinggi untuk pembangunan infrastruktur Jakarta. Sebagai BUMD kami memang dituntut untuk bisa menjadi agent of development. Pasalnya, tidak semua perusahaan berani berinvestasi untuk sektor infrastruktur tersebut.

Beralih ke soal kepemimpinan, sebagai direktur utama prinsip kepemimpinan seperti apa yang Anda anut?

Dalam pendekatan manajerial saya selalu melihat dan berpesan terutama pada level top manajemen, kita tidak saja membangun infrastrukur dan properti, tetapi kita harus bisa membangun pemimpin di masa depan. Tugas pemimpin di Jakpro yaitu mencetak pemimpin masa depan. Jadi tim kami bisa menjadi sekolah mereka dalam menghadapi persaingan di masa yang akan datang. Dengan demikian pekerja bisa membangun jaringan pimpinan yang lebih baik lagi di bawah mereka.

Menurut Anda apa saja hakikat seorang pemimpin atau leader?

Pemimpin itu ada karena ada follower-nya, apakah itu karena jabatan atau bisa juga terdapat figure seorang pemimpin di dalam pribadinya. Namun, terpenting dia bisa mengembangkan seseorang untuk bisa menjadi leader di masa depan. Pada saat pertama saya masuk di Jakpro, komunikasi yang dibangun sangat formal antara karyawan ke tingkat atas. Ini yang lantas saya patahkan. Dari buku yang saya baca berjudul ‘Make it Happen’, hakikat dari seorang pemimpin itu adalah mendengar apa yang tidak terucapkan, melihat apa yang tidak tergambarkan dan merasakan apa yang tidak tersampaikan.

Dari pengalaman yang saya dapatkan di perusahaan sebelumnya, tugas pemimpin itu ada lima. Pertama, pemimpin itu harus punya energi. Kedua, energi tersebut untuk mendorong karyawannya maupun perusahaan itu sendiri untuk menjadi lebih baik. Ketiga, pemimpin itu harus bisa menyemangati orang lain agar bisa berkembang. Keempat, pemimpin harus juga bisa mengeksekusi sejumlah rencana yang telah ditetapkan. Kelima, pemimpin itu harus mempunyai empati terhadap anak buahnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9112 seconds (0.1#10.140)