Thamrin City Jadi Pusat Perdagangan Batik Nasional
A
A
A
JAKARTA - Sebagai warisan dan kekayaan budaya bangsa, Agung Podomoro berikhtiar memajukan industri batik. Salah satunya melalui Trade Mall (TM) Thamrin City. Pusat perbelanjaan ini dihuni 1.400 kios dan lapak batik yang menjadikannya pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia, baik secara eceran maupun grosir.
Lebih dari 20 sentra batik dari berbagai daerah di Indonesia ada di trade mall ini. Selain Batik Madura, juga terdapat ribuan corak batik dari Pekalongan, Batang, Yogyakarta, Bantul hingga Papua.
“Melalui berbagai edukasi dan inovasi program untuk pedagang maupun pembeli, TM Thamrin City kini semakin berkembang sehingga Pusat Batik Nusantara (PBN) menjadi barometer industri batik nasional. Perkembangan tren, mode dan sentra distribusi batik kini mengikuti pada perkembangan pasar disini,” ujar AVP Marketing Trade Mall Agung Podomoro Ho Mely Surjani melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (21/2/2017).
Salah satu pedagang yang dibina perusahaan dari awal adalah Syaiful CH, pemilik kios Batik Madura, yang berjualan di Lantai Dasar, TM Thamrin City. Awalnya Syaiful berusaha Batik Madura dari nol. Tetapi melalui berbagai pembinaan dan pembekalan, sekarang menjadi tahu pentingnya berkreasi untuk mengembangkan batik Madura sesuai tren pasar.
Menurut Saiful, tersedianya koleksi batik yang semakin beragam di Pusat Batik Nusantara, membuat pedagang dan pembeli mempunyai banyak pilihan. Untuk mengelaborasi potensi batik Madura yang ditekuninya, Syaiful pun tidak segan untuk mempelajari berbagai referensi batik pesisir ini bahkan sampai ke Jepang.
“Saya kaget ketika menemukan referensi buku model batik Madura di Jepang yang sangat lengkap. Ini kesempatan untuk menampilkan ribuan corak Batik Madura hingga dikenal masyarakat luas,” katanya.
Pedagang dan pengrajin batik asal Tanjungbumi Bangkalan, Madura ini sudah lama berdagang batik di TM Thamrin City dan usahanya terus berkembang. Saat ini, telah memiliki lima kios Batik Madura.
Dia menambahkan, saat ini Ia melayani bisnis eceran maupun penjualan grosir, yang mampu mengirim hingga ratusan kodi label Batik Madura ke berbagai kota di Indonesia dan luar negeri, seperti Medan, Banjarmasin, Makassar, Singapura, dan Kuala Lumpur. Kebanyakan batik tulis.
“Bagi saya dan keluarga besar yang mengembangkan Batik Madura di sini, usaha ini sangat menguntungkan tidak hanya dari sisi omzet juga dapat ikut melestarikan budaya batik Nusantara,” pungkasnya.
Lebih dari 20 sentra batik dari berbagai daerah di Indonesia ada di trade mall ini. Selain Batik Madura, juga terdapat ribuan corak batik dari Pekalongan, Batang, Yogyakarta, Bantul hingga Papua.
“Melalui berbagai edukasi dan inovasi program untuk pedagang maupun pembeli, TM Thamrin City kini semakin berkembang sehingga Pusat Batik Nusantara (PBN) menjadi barometer industri batik nasional. Perkembangan tren, mode dan sentra distribusi batik kini mengikuti pada perkembangan pasar disini,” ujar AVP Marketing Trade Mall Agung Podomoro Ho Mely Surjani melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (21/2/2017).
Salah satu pedagang yang dibina perusahaan dari awal adalah Syaiful CH, pemilik kios Batik Madura, yang berjualan di Lantai Dasar, TM Thamrin City. Awalnya Syaiful berusaha Batik Madura dari nol. Tetapi melalui berbagai pembinaan dan pembekalan, sekarang menjadi tahu pentingnya berkreasi untuk mengembangkan batik Madura sesuai tren pasar.
Menurut Saiful, tersedianya koleksi batik yang semakin beragam di Pusat Batik Nusantara, membuat pedagang dan pembeli mempunyai banyak pilihan. Untuk mengelaborasi potensi batik Madura yang ditekuninya, Syaiful pun tidak segan untuk mempelajari berbagai referensi batik pesisir ini bahkan sampai ke Jepang.
“Saya kaget ketika menemukan referensi buku model batik Madura di Jepang yang sangat lengkap. Ini kesempatan untuk menampilkan ribuan corak Batik Madura hingga dikenal masyarakat luas,” katanya.
Pedagang dan pengrajin batik asal Tanjungbumi Bangkalan, Madura ini sudah lama berdagang batik di TM Thamrin City dan usahanya terus berkembang. Saat ini, telah memiliki lima kios Batik Madura.
Dia menambahkan, saat ini Ia melayani bisnis eceran maupun penjualan grosir, yang mampu mengirim hingga ratusan kodi label Batik Madura ke berbagai kota di Indonesia dan luar negeri, seperti Medan, Banjarmasin, Makassar, Singapura, dan Kuala Lumpur. Kebanyakan batik tulis.
“Bagi saya dan keluarga besar yang mengembangkan Batik Madura di sini, usaha ini sangat menguntungkan tidak hanya dari sisi omzet juga dapat ikut melestarikan budaya batik Nusantara,” pungkasnya.
(ven)