Menjadikan Indonesia Pusat Outsourcing Terbaik di Dunia
A
A
A
JAKARTA - Para pelaku usaha alih daya (outsourcing) menyatakan keinginannya menjadikan Indonesia sebagai pusat outsourcing terbaik dunia. Untuk itu, mereka berkomitmen mengikuti regulasi yang telah ditetapkan pemerintah.
Adapun salah satu langkah untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan mendukung outsourcing sehat dan melaksanakan bisnis yang mengacu pada regulasi guna meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan bersama.
“Apa yang sudah ditetapkan pemerintah, kita taati. Para pengusaha outsourcing ingin menjadikan Indonesia sebagai negara pusat outsourcing dunia. Dengan cara fokus menjalankan sistem bisnis outsourcing yang sehat dan menaati regulasi yang ada,” ujar Direktur SIMGroup, Anta Ginting dalam siaran persnya.
Berkaca dari India dan Filipina, yang kini selalu menjadi tujuan utama outsourching bagi perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, dan negara maju lainnya, Anta bertekad untuk mulai membenahi sistem, dan menghapus paradigma negatif soal outsourcing di Indonesia. Karena dalam kenyataannya, outsourcing dalam negeri telah menghasilkan pajak dan premi BPJS hingga Rp1 triliun per tahun.
“Kita bisa menggeser posisi India dan Filipina sebagai negara pusat outsourcing dunia karena jumlah SDM kita juga tidak kalah banyak. Hanya saja, kita perlu membenahi sistem kerja terlebih dahulu, kemudian melatih SDM agar menjadi karyawan yang berkualitas dan memiliki berbagai macam keahlian kerja,” papar Anta, yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Asosiasi Bisnis Alih Daya .
Salah satu hal, imbuhnya yang membuat India selalu “dibidik” perusahaan internasional, selain karena biaya tenaga kerja yang cukup murah, India juga memiliki banyak pekerja yang menguasai bahasa Inggris. Untuk itu, Anta menyatakan sudah saatnya pekerja dalam negeri juga diberikan pelatihan multibahasa seperti Inggris, dan Mandarin untuk menambah nilai “jual”.
“Kita fokus untuk mendidik, dan melatih calon karyawan agar siap kerja. Itulah mengapa kami rutin mengadakan program simulasi kepada karyawan sebelum ditempatkan di perusahaan mitra kami,” pungkas Anta.
Adapun salah satu langkah untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan mendukung outsourcing sehat dan melaksanakan bisnis yang mengacu pada regulasi guna meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan bersama.
“Apa yang sudah ditetapkan pemerintah, kita taati. Para pengusaha outsourcing ingin menjadikan Indonesia sebagai negara pusat outsourcing dunia. Dengan cara fokus menjalankan sistem bisnis outsourcing yang sehat dan menaati regulasi yang ada,” ujar Direktur SIMGroup, Anta Ginting dalam siaran persnya.
Berkaca dari India dan Filipina, yang kini selalu menjadi tujuan utama outsourching bagi perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, dan negara maju lainnya, Anta bertekad untuk mulai membenahi sistem, dan menghapus paradigma negatif soal outsourcing di Indonesia. Karena dalam kenyataannya, outsourcing dalam negeri telah menghasilkan pajak dan premi BPJS hingga Rp1 triliun per tahun.
“Kita bisa menggeser posisi India dan Filipina sebagai negara pusat outsourcing dunia karena jumlah SDM kita juga tidak kalah banyak. Hanya saja, kita perlu membenahi sistem kerja terlebih dahulu, kemudian melatih SDM agar menjadi karyawan yang berkualitas dan memiliki berbagai macam keahlian kerja,” papar Anta, yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Asosiasi Bisnis Alih Daya .
Salah satu hal, imbuhnya yang membuat India selalu “dibidik” perusahaan internasional, selain karena biaya tenaga kerja yang cukup murah, India juga memiliki banyak pekerja yang menguasai bahasa Inggris. Untuk itu, Anta menyatakan sudah saatnya pekerja dalam negeri juga diberikan pelatihan multibahasa seperti Inggris, dan Mandarin untuk menambah nilai “jual”.
“Kita fokus untuk mendidik, dan melatih calon karyawan agar siap kerja. Itulah mengapa kami rutin mengadakan program simulasi kepada karyawan sebelum ditempatkan di perusahaan mitra kami,” pungkas Anta.
(dmd)