Inflasi Jawa Tengah di Februari Melebihi Inflasi Nasional
A
A
A
SEMARANG - Inflasi Jawa Tengah bulan Februari 2017 lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng mencatat angka inflasi Februari 2017 sebesar 0,51%. Namun angka inflasi Jateng di bulan Februari lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 0,23%.
Kepala BPS Jawa Tengah, Margo Yuwono mengatakan, tarif listrik berkontribusi besar dalam mengerek inflasi. "Kontribusi tarif listrik terhadap inflasi Februari mencapai 0,143%. Hal ini dipicu pencabutan subsidi tarif listrik yang berdampak pada meningkatnya biaya yang harus dibayarkan masyarakat," katanya, Rabu (1/3/2017).
Dia mengatakan, kebijakan pencabutan subsidi yang dilakukan Januari 2017 dirasakan oleh para pelanggan pasca bayar di bulan Februari. "Kontributor terbesar berikutnya adalah bawang merah yaitu sebesar 0,083%, disusul cabai rawit 0,07%. Kedua komoditas ini menyumbang inflasi karena harga meningkat yang dipicu oleh pasokan yang berkurang," paparnya.
Margo melanjutkan, tarif pulsa telepon dan tarif tenaga kerja bukan mandor turut pula memberikan sumbangsih inflasi. Adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) menjadikan tarif tenaga kerja juga meningkat. Tarif listrik maupun upah minimum telah menjadi kebijakan pemerintah. Hal ini sama pula dengan tarif pulsa yang ditentukan oleh masing-masing provider.
"Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan inflasi dengan mengantisipasi kenaikan komoditas-komoditas lain seperti bawang dan cabai," katanya.
Terkait tingginya inflasi Jateng dibandingkan nasional, dia menilai sejumlah komoditas asal provinsi ini tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan provinsi, juga didistribusikan ke daerah-daerah lain.
"Informasi yang didapatkan, seperti cabai, bawang dan beberapa komoditas lain yang merupakan produk Jateng juga dikirim ke provinsi lain. Akibatnya harga-harga komoditas di Jateng naik dan inflasi juga meningkat," katanya.
Kepala Bidang Statistik Distribusi, Sri Herawati menambahkan, inflasi di Jateng terjadi di semua kota Survei Biaya Hidup (SBH). Inflasi tertinggi di Kota Kudus sebesar 0,93%, Cilacap sebesar 0,69%, Purwokerto 0,56%, Surakarta sebesar 0,48% dan Semarang 0,44%. "Inflasi terendah di Kota Tegal sebesar 0,32%. Selain itu, enam ibukota provinsi di Pulau Jawa mengalami inflasi," katanya.
Inflasi tertinggi terjadi di Serang, Banten, sebesar 0,5%, Semarang 0,44%, Bandung 0,38%, Yogyakarta 0,36% dan DKI Jakarta sebesar 0,33%. Inflasi terendah di Surabaya sebesar 0,16%.
Kepala BPS Jawa Tengah, Margo Yuwono mengatakan, tarif listrik berkontribusi besar dalam mengerek inflasi. "Kontribusi tarif listrik terhadap inflasi Februari mencapai 0,143%. Hal ini dipicu pencabutan subsidi tarif listrik yang berdampak pada meningkatnya biaya yang harus dibayarkan masyarakat," katanya, Rabu (1/3/2017).
Dia mengatakan, kebijakan pencabutan subsidi yang dilakukan Januari 2017 dirasakan oleh para pelanggan pasca bayar di bulan Februari. "Kontributor terbesar berikutnya adalah bawang merah yaitu sebesar 0,083%, disusul cabai rawit 0,07%. Kedua komoditas ini menyumbang inflasi karena harga meningkat yang dipicu oleh pasokan yang berkurang," paparnya.
Margo melanjutkan, tarif pulsa telepon dan tarif tenaga kerja bukan mandor turut pula memberikan sumbangsih inflasi. Adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) menjadikan tarif tenaga kerja juga meningkat. Tarif listrik maupun upah minimum telah menjadi kebijakan pemerintah. Hal ini sama pula dengan tarif pulsa yang ditentukan oleh masing-masing provider.
"Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan inflasi dengan mengantisipasi kenaikan komoditas-komoditas lain seperti bawang dan cabai," katanya.
Terkait tingginya inflasi Jateng dibandingkan nasional, dia menilai sejumlah komoditas asal provinsi ini tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan provinsi, juga didistribusikan ke daerah-daerah lain.
"Informasi yang didapatkan, seperti cabai, bawang dan beberapa komoditas lain yang merupakan produk Jateng juga dikirim ke provinsi lain. Akibatnya harga-harga komoditas di Jateng naik dan inflasi juga meningkat," katanya.
Kepala Bidang Statistik Distribusi, Sri Herawati menambahkan, inflasi di Jateng terjadi di semua kota Survei Biaya Hidup (SBH). Inflasi tertinggi di Kota Kudus sebesar 0,93%, Cilacap sebesar 0,69%, Purwokerto 0,56%, Surakarta sebesar 0,48% dan Semarang 0,44%. "Inflasi terendah di Kota Tegal sebesar 0,32%. Selain itu, enam ibukota provinsi di Pulau Jawa mengalami inflasi," katanya.
Inflasi tertinggi terjadi di Serang, Banten, sebesar 0,5%, Semarang 0,44%, Bandung 0,38%, Yogyakarta 0,36% dan DKI Jakarta sebesar 0,33%. Inflasi terendah di Surabaya sebesar 0,16%.
(ven)