OPEC Sepakat Perpanjang Pengurangan Produksi hingga Akhir 2017
A
A
A
KUWAIT - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa mitra pendukung sepakat memperpanjang waktu pengurangan produksi hingga akhir tahun 2017. Sebelumnya kebijakan pemangkasan produksi dalam upaya mengekang banjir pasokan global, yang di mulai akhir tahun kemarin pada awalnya bakal berakhir Juni ini.
Seperti dilansir BBC, Senin (27/3/2017) langkah awal kesepakatan bertujuan mengurangi persediaan global, sehingga bisa kembali mengerek harga minyak mentah dunia. Namun dalam beberapa pekan terakhir muncul kekhawatiran bahwa pembatasan produksi tidak akan cukup menahan kelebihan pasokan internasional.
Negara-negara OPEC dan 11 negara-negara penghasil minyak lain, termasuk Rusia, bersepakatan pada Desember 2016 untuk memangkas produksi. Ini menjadi sejarah karena untuk pertama kalinya dalam 15 tahun, tercipta kesepakatan global. Kini pada pertamuan terbaru di Kuwait, mereka meminta pelaporan pengurangan produkai di bulan depan.
Selain itu OPEC mempertimbangkan untuk memperpanjang penurunan produksi selama enam bulan, seperti dikemukakan Menteri Perminyakan Kuwait Issam Almarzooq setelah pertemuan. Minyak pekan lalu merosot ke level terendah sejak November karena meningkatnya pasokan AS, sehingga menutupi upaya yang tengah diperjuangkan OPEC.
Sementara harga minyak Brent memuncak lebih dari USD57 per barel pada bulan Januari, sebelum tergelincir kembali ke bawah USD51 barel dalam beberapa pekan terakhir. Seorang analis minyak mengatakan bahwa kejatuhan harga minyak setelah pelaku pasar gugup tentang kepastian pasar. Khususnya terkait komitmen Rusia dan Arab Saudi untuk mengurangi produksi.
Negara-negara penghasil minyak menurut analis dari Natixis Abhishek Deshpande perlu menunjukkan disiplin dalam pengurangan produksi di beberapa bulan mendatang. "Kemungkinan ekstensi untuk memotong pasokan akan tetap tinggi, tapi ada juga penambahan stok," ungkapnya.
Seperti dilansir BBC, Senin (27/3/2017) langkah awal kesepakatan bertujuan mengurangi persediaan global, sehingga bisa kembali mengerek harga minyak mentah dunia. Namun dalam beberapa pekan terakhir muncul kekhawatiran bahwa pembatasan produksi tidak akan cukup menahan kelebihan pasokan internasional.
Negara-negara OPEC dan 11 negara-negara penghasil minyak lain, termasuk Rusia, bersepakatan pada Desember 2016 untuk memangkas produksi. Ini menjadi sejarah karena untuk pertama kalinya dalam 15 tahun, tercipta kesepakatan global. Kini pada pertamuan terbaru di Kuwait, mereka meminta pelaporan pengurangan produkai di bulan depan.
Selain itu OPEC mempertimbangkan untuk memperpanjang penurunan produksi selama enam bulan, seperti dikemukakan Menteri Perminyakan Kuwait Issam Almarzooq setelah pertemuan. Minyak pekan lalu merosot ke level terendah sejak November karena meningkatnya pasokan AS, sehingga menutupi upaya yang tengah diperjuangkan OPEC.
Sementara harga minyak Brent memuncak lebih dari USD57 per barel pada bulan Januari, sebelum tergelincir kembali ke bawah USD51 barel dalam beberapa pekan terakhir. Seorang analis minyak mengatakan bahwa kejatuhan harga minyak setelah pelaku pasar gugup tentang kepastian pasar. Khususnya terkait komitmen Rusia dan Arab Saudi untuk mengurangi produksi.
Negara-negara penghasil minyak menurut analis dari Natixis Abhishek Deshpande perlu menunjukkan disiplin dalam pengurangan produksi di beberapa bulan mendatang. "Kemungkinan ekstensi untuk memotong pasokan akan tetap tinggi, tapi ada juga penambahan stok," ungkapnya.
(akr)