Digital Vampire

Minggu, 16 April 2017 - 12:04 WIB
Digital Vampire
Digital Vampire
A A A
YUSWOHADY
Managing Partner, Inventure www.yuswohady.com @yuswohady


Dalam dongeng, novel, atau film kita mengenal vampir (vampire ) yang hobinya mengisap darah mangsanya.

Makhluk ini menghabisi mangsanya dengan mengisap darah hingga tetes terakhir menggunakan dua gigi taringnya yang tajam. Nah, era disrupsi teknologi saat ini rupanya ada makhluk yang hobinya mirip vampir, yaitu mengisap darah.

Makhluk itu saya sebut digital vampire. Digital vampire adalah perusahaan (atau teknologi) yang memiliki hobi mengisap "darah" pesaing-pesaingnya. Kalau vampir mengisap darah mangsanya, maka digital vampire mengisap konsumen, revenue, dan profit para pesaingnya. Konsumen, revenue, dan profit yang disedot itulah yang membuat si pesaing lemas dan akhirnya mati.

Kalau vampir membunuh mangsanya dengan menggunakan taring yang tajam, digital vampire membunuh mangsanya dengan platform atau aplikasi digital: cloud computing, digital mobility, location-based services, big data analitics, social media, internet of things, machine learning, hingga artificial intelligence.

Amazon dan Google misalnya, membunuh pesaingnya dengan senjata big data analitics, cloud computing, dan machine learning. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai makhluk baru ini, mungkin akan lebih gampang jika saya memberikan contoh ilustrasi berikut ini: WhatsApp dan Skype "mengisap darah" operator telekomunikasi dengan meluncurkan layanan pesan dan teleponi gratis.

Uber "mengisap darah" operator layanan taksi dengan menawarkan model bisnis berbagi (sharing business model) yang assets-light dan super efisien. AirBnB "mengisap darah" para pengelola hotel-chain raksasa, seperti Hyatt atau Hilton dengan mempertemukan demand dan supply secara sangat efisien, transparan, dan demokratis.

Google dan Tesla "mengisap darah" para produsen automotif global seperti GM dan Toyota dengan menciptakan mobil otonom (self-driving car) dan mobil listrik yang canggih. Bermodal keunggulan digital dua pemain "kemarin sore" di bidang automotif itu mengisap konsumen, revenue, dan profit dari pemain-pemain lama yang sudah berkuasa berpuluh tahun sebelumnya.

Sedih juga mendengar kabar beberapa pekan lalu bahwa Tesla telah mengungguli Ford maupun GM sebagai perusahaan automotif dengan nilai pasar terbesar di Amerika. Watson, komputer cerdas (cognitive computer) milik IBM mengalahkan manusia dalam adu kepintaran di acara kuis televisi Jeopardy pada 2011.

Ini menandai era komputer cerdas akan menggantikan tak hanya pekerjaan yang labor-intesive, tapi juga cognitive-intensive seperti dokter, peneliti, analis pajak, apoteker, jurnalis, penerjemah, pengacara.

Jadi, tak lama lagi robot pintar seperti Watson bakal "mengisap darah" beragam profesi intelek yang sebelumnya hanya bisa dikerjakan manusia. 3D Printing akan merevolusi jagat manufacturing dengan menciptakan model operasi baru yang dikenal sebagai distributed fabrication atau DIY (do it yourself) manufacturing.

Ini memicu era di mana setiap rumah tangga bisa memiliki "pabrik" sendiri dan menghasilkan produk yang highly-customizable. Jadi, 3D Printing bakal "mengisap darah" pabrik-pabrik yang menjalankan produksi massal.

Amazon Prime Air bakal "mengisap darah" perusahaan pengiriman barang menggunakan drone (drone delivery services) yang digerakkan oleh robot alias algoritma. Tak hanya itu, melalui Amazon Go, perusahaan berbasis di Seattle ini juga bakal "mengisap darah" perusahaan-perusahaan ritel konvensional dengan konsep ritel tak bertuan, di mana konsumen tak perlu ngantre di kasir untuk membayar.

Begitu ambil barang langsung ngacir. Amazon Go bakal "mengisap" konsumen para pesaingnya karena memberikan pengalaman berbelanja yang belum ada sebelumnya. Platform Massive Open Online Course (MOOC) yang dikembangkan pemain-pemain baru dan fresh seperti Coursera atau Udacity bakal mengancam eksistensi perguruan tinggi di seluruh dunia.

Mereka menawarkan kursus-kursus super murah melalui platform digital yang tak bakal bisa ditandingi perguruan tinggi konvensional. Pada 2013 Prof Clayton Christensen, bapak disrupsi teknologi, menyimpulkan bahwa sekitar 15 tahun dari sekarang separuh universitas di Amerika Serikat bakal bangkrut.

Digital vampire menghabisi pesaingnya dengan menciptakan extraordinary value yang tak mungkin bisa ditandingi pemain-pemain konvensional. Uber dan Grab misalnya menghasilkan extraordinary value berupa kualitas layanan yang excellence, tapi dengan harga yang super murah.

Atau mobil otonom Google memberikan extraordinary value dengan memberikan customer experience yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu berkendara tanpa sopir. Bedanya vampir dan digital vampire hanya satu.

Kalau vampir ditakuti, digital vampire justru dicari-cari dan diburu layaknya monster Pokemon. Mengapa? Sebab, digital vampire bisa mendatangkan fulus luar biasa besar dalam waktu yang luar biasa cepat. Para venture capitalist memburunya untuk dibesarkan agar menghasilkan kapitalisasi pasar miliaran dolar.

Perusahaan-perusahaan besar (incumbent) juga memburunya untuk dicaplok sebelum dia besar kemudian mencaploknya. Awas! Digital vampire bergentayangan di mana-mana.

Kalau belum mendigitalisasi bisnis Anda, sepatutnya Anda selalu waswas karena setiap saat sang vampir akan menggigit dan mengisap darah perusahaan Anda hingga tetes terakhir.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7298 seconds (0.1#10.140)