Gubernur Jateng Minta Informasi Harga Komoditas Selalu Diperbarui
A
A
A
SEMARANG - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah (Jateng) meluncurkan Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditas Generasi III (SiHaTi Gen III) sebagai sistem peringatan dini terhadap kenaikan harga bahan kebutuhan pokok.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta sistem itu selalu diupdate agar terus memberikan informasi harga komoditas terbaik bagi masyarakat.
"Saya mengharapkan sehari sekali update harga. Jika sehari dua kali (info terbaru harga) akan sangat luar biasa," ujarnya di sela-sela peluncuran SiHaTi Generasi III, Semarang, Jumat (28/4/2017).
Menurutnya, jika terjadi harga tinggi bisa dilakukan pengecekan dari produksi. Pembaruan infomasi secara berkelanjutan sehingga bisa dilakukan intervensi.
SiHaTi gen III dinilai sudah menemukan kesempurnaan. Aplikasi ini sudah bisa virtual meeting, pantauan harga di pasar serta pantauan produksi. "Bahkan, bisa juga diarahkan ke e- commerce sehingga banyak yang bisa memanfaatkan," kata dia.
SiHaTi berfungsi bagi pemerintah untuk memantau harga dan pengendalian inflasi. Dalam hal ini produsen petani dan lainnya bisa memantau harga yang terbaik.
Pedagang di pasar juga bisa mengakses perkembangan harga yang ada di masing-masing daerah. "Pedagang bisa melihat hasil produksinya dan petani bisa melihat harga yang paling pantas untuk bisa menjual. Jika seluruh kabupten/kota petani dan semua mau disiplin update terus menerus ini akan menjadi informasi komoditas paling dahsyat yang bisa diakses," terangnya.
Berdasarkan pantauan SiHaTi, lanjut dia, belum ada peningkatan fluktuatif, hanya saja mulai ada peningkatan harga telur. Namun, masih dalam jangkauan aman atau tidak mengkhawatirkan.
"Kita bisa mengantipasi kalau trend beberapa hari meningkat, bisa dilakukan intervensi pasokan. Kalau sampai hari ini, Insya Allah masih aman," kata Ganjar.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Hamid Ponco Wibowo menambahkan, SiHaTi Gen III merupakan integrasi antara tiga aplikasi. Di antaranya SiHaTi Data Produksi yang merupakan aplikasi berbasis android.
Aplikasi ini memungkinkan petani atau peternak di daerah sentra untuk mencatatkan informasi terkait produksi meliputi jumlah dan perkiraan panen, harga jual, serta kendala yang dihadapi.
"Sebagai tahap awal, pilot project SiHaTi Data Produksi mencakup 56 Gapoktan yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota sentra komoditas cabai, bawang merah, bawang putih dan daging sapi," kata Wakil Ketua TPID tersebut.
Berikutnya SiHaTi Mobile Application atau yang sering disebut SiHaTi Gen II. Ketiga, aplikasi SiHaTi Masyarakat yang memungkinkan masyarakat luas untuk memantau perkembangan harga di pasar-pasar utama di 35 kabupaten/ kota se-Jawa Tengah.
Adanya penggabungan ketiga aplikasi tersebut memberikan manfaat tak hanya untuk pemerintah, tapi juga untuk petani atau peternak serta masyarakat.
"Di antaranya untuk pemerintah memudahkan pemantauan perkembangan pasokan riil dan perkiraan pasokan yang dimiliki petani atau peternak di daerah sentra secara real time," tuturnya.
Dia menuturkan, dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan rencana tanam. Pengaturan pola tanam akan meminimalkan harga jatuh saat panen raya dan meminimalkan lonjakan harga saat terjadi kelangkaan produksi.
"Sedangkan bagi konsumen adanya aplikasi ini dapat mengelola ekspektasi positif, karena adanya transparansi harga dan pasokan," katanya.
Ke depan, diharapkan inovasi ini dapat kembali direplikasi secara nasional sebagaimana generasi sebelumnya. Penanganan permasalahan ketahanan pangan dapat dilakukan secara nasional. Salah satunya melalui kerja sama perdagangan antara daerah surplus dan defisit secara nasional.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta sistem itu selalu diupdate agar terus memberikan informasi harga komoditas terbaik bagi masyarakat.
"Saya mengharapkan sehari sekali update harga. Jika sehari dua kali (info terbaru harga) akan sangat luar biasa," ujarnya di sela-sela peluncuran SiHaTi Generasi III, Semarang, Jumat (28/4/2017).
Menurutnya, jika terjadi harga tinggi bisa dilakukan pengecekan dari produksi. Pembaruan infomasi secara berkelanjutan sehingga bisa dilakukan intervensi.
SiHaTi gen III dinilai sudah menemukan kesempurnaan. Aplikasi ini sudah bisa virtual meeting, pantauan harga di pasar serta pantauan produksi. "Bahkan, bisa juga diarahkan ke e- commerce sehingga banyak yang bisa memanfaatkan," kata dia.
SiHaTi berfungsi bagi pemerintah untuk memantau harga dan pengendalian inflasi. Dalam hal ini produsen petani dan lainnya bisa memantau harga yang terbaik.
Pedagang di pasar juga bisa mengakses perkembangan harga yang ada di masing-masing daerah. "Pedagang bisa melihat hasil produksinya dan petani bisa melihat harga yang paling pantas untuk bisa menjual. Jika seluruh kabupten/kota petani dan semua mau disiplin update terus menerus ini akan menjadi informasi komoditas paling dahsyat yang bisa diakses," terangnya.
Berdasarkan pantauan SiHaTi, lanjut dia, belum ada peningkatan fluktuatif, hanya saja mulai ada peningkatan harga telur. Namun, masih dalam jangkauan aman atau tidak mengkhawatirkan.
"Kita bisa mengantipasi kalau trend beberapa hari meningkat, bisa dilakukan intervensi pasokan. Kalau sampai hari ini, Insya Allah masih aman," kata Ganjar.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Hamid Ponco Wibowo menambahkan, SiHaTi Gen III merupakan integrasi antara tiga aplikasi. Di antaranya SiHaTi Data Produksi yang merupakan aplikasi berbasis android.
Aplikasi ini memungkinkan petani atau peternak di daerah sentra untuk mencatatkan informasi terkait produksi meliputi jumlah dan perkiraan panen, harga jual, serta kendala yang dihadapi.
"Sebagai tahap awal, pilot project SiHaTi Data Produksi mencakup 56 Gapoktan yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota sentra komoditas cabai, bawang merah, bawang putih dan daging sapi," kata Wakil Ketua TPID tersebut.
Berikutnya SiHaTi Mobile Application atau yang sering disebut SiHaTi Gen II. Ketiga, aplikasi SiHaTi Masyarakat yang memungkinkan masyarakat luas untuk memantau perkembangan harga di pasar-pasar utama di 35 kabupaten/ kota se-Jawa Tengah.
Adanya penggabungan ketiga aplikasi tersebut memberikan manfaat tak hanya untuk pemerintah, tapi juga untuk petani atau peternak serta masyarakat.
"Di antaranya untuk pemerintah memudahkan pemantauan perkembangan pasokan riil dan perkiraan pasokan yang dimiliki petani atau peternak di daerah sentra secara real time," tuturnya.
Dia menuturkan, dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan rencana tanam. Pengaturan pola tanam akan meminimalkan harga jatuh saat panen raya dan meminimalkan lonjakan harga saat terjadi kelangkaan produksi.
"Sedangkan bagi konsumen adanya aplikasi ini dapat mengelola ekspektasi positif, karena adanya transparansi harga dan pasokan," katanya.
Ke depan, diharapkan inovasi ini dapat kembali direplikasi secara nasional sebagaimana generasi sebelumnya. Penanganan permasalahan ketahanan pangan dapat dilakukan secara nasional. Salah satunya melalui kerja sama perdagangan antara daerah surplus dan defisit secara nasional.
(izz)