Industri Properti Jalan di Tempat, Penjualan Semen Tersendat
A
A
A
JAKARTA - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menyatakan, penjualan semen secara nasional tengah tersendat. Penyebabnya yakni industri properti yang sedang jalan di tempat.
Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra mengatakan, proyek infrastruktur pemerintah menjadi penyelamat nasib para perusahaan semen di Tanah Air. Diperkirakan pertumbuhan industri ini maksimal hanya sampai 4% sampai akhir tahun.
"Ritelnya berhenti, infrastruktur naik, bangun propertinya berhenti. Bergantung ke infrastruktur, ritelnya enggak jalan, full year growth industri semen 3%-4%," ujarnya di Jakarta, Senin (15/5/2017).
Menurut Rizkan, pertumbuhan industri semen tahun ini masih sulit untuk kembali berbalik arah secara kuat. Tidak adanya insentif dan turunnya harga jadi faktor utama perlambatan.
"Rebound itu kan kepercayaan. Insentifnya apa? Tahun lalu ada insentif down payment. Sekarang (kuartal I) relatif stabil sampai 1% pertumbuhan penjualan semen dibandingkan tahun lalu tapi harga turun jauh, harga turun saya berharapnya sudah stop. Tapi masih akan turun di industri 5% sampai akhir tahun," katanya.
Anjloknya harga diakuinya menggerus laba perusahaan semen. Padahal dari sisi produksi dan penjualan relatif tidak ada masalah berarti.
"Lebih karena demand kurang, over capacity biasa, produksi naik, penjualan enggak ada masalah tapi harga turun. Laba turun? Cari mana perusahaan yang naik? Target laba perusahaan, kami usahakan enggak turun tahun ini," pungkas Rizkan.
Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra mengatakan, proyek infrastruktur pemerintah menjadi penyelamat nasib para perusahaan semen di Tanah Air. Diperkirakan pertumbuhan industri ini maksimal hanya sampai 4% sampai akhir tahun.
"Ritelnya berhenti, infrastruktur naik, bangun propertinya berhenti. Bergantung ke infrastruktur, ritelnya enggak jalan, full year growth industri semen 3%-4%," ujarnya di Jakarta, Senin (15/5/2017).
Menurut Rizkan, pertumbuhan industri semen tahun ini masih sulit untuk kembali berbalik arah secara kuat. Tidak adanya insentif dan turunnya harga jadi faktor utama perlambatan.
"Rebound itu kan kepercayaan. Insentifnya apa? Tahun lalu ada insentif down payment. Sekarang (kuartal I) relatif stabil sampai 1% pertumbuhan penjualan semen dibandingkan tahun lalu tapi harga turun jauh, harga turun saya berharapnya sudah stop. Tapi masih akan turun di industri 5% sampai akhir tahun," katanya.
Anjloknya harga diakuinya menggerus laba perusahaan semen. Padahal dari sisi produksi dan penjualan relatif tidak ada masalah berarti.
"Lebih karena demand kurang, over capacity biasa, produksi naik, penjualan enggak ada masalah tapi harga turun. Laba turun? Cari mana perusahaan yang naik? Target laba perusahaan, kami usahakan enggak turun tahun ini," pungkas Rizkan.
(ven)