Kunjungan Donald Trump Bisa Mendukung Visi Arab Saudi 2030
A
A
A
RIYADH - Presiden Amerika Serikat Donald John Trump melakukan kunjungan luar negeri pertamanya. Menariknya, Trump memilih Arab Saudi sebagai tempat kunjungan luar negeri pertamanya. Hal ini menggugurkan tudingan yang selama ini dialamatkan kepada Trump, sebagai sosok anti-Islam.
Melansir dari CNBC, Jumat (19/5/2017), pihak Kerajaan Arab Saudi sendiri menggelar “karpet merah” alias antusias menyambut kedatangan Trump, sekaligus bisa meningkatkan hubungan ekonomi dan bisnis kedua negara.
Arab Saudi selama ini telah khawatir atas perlambatan harga minyak. “Kami memiliki dua tema utama, yaitu turunnya harga minyak. Itu kabar buruknya. Tapi kami memiliki rencana transformasi nasional, itulah kabar baiknya,” ujar Ammar Al-Khudairy, chairman dan pendiri perusahaan ekuitas swasta Amwal Al-Khaleej kepada CNBC.
Selama ini, negeri petro dolar itu selalu menggantungkan ekonominya kepada minyak. Seiring dengan Visi Arab Saudi 2030, mereka ingin mendiversifikasi ekonominya. Kedatangan Trump pun bisa menarik minat perusahaan AS berinvestasi di Arab Saudi.
“Kita perlu menarik minat perusahaan multinasional untuk datang dan berinvestasi di Arab Saudi, dan di berbagai bidang,” sambung Al-Khudairy.
Karena itu, lanjut dia, kunjungan Trump sangat menggairahkan untuk meningkatkan aspek ekonomi dan bisnis. Yang ujungnya akan menciptakan kesadaran lebih banyak bagi perusahaan Negeri Abang Sam untuk melakukan investasi ke Arab Saudi.
Kunjungan Trump ini membalas lawatan Wakil Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman pada Maret lalu ke Gedung Putih. Sang Pangeran meminta administrasi Trump untuk memandang Iran sebagai ancaman di Timur Tengah.
Pemimpin Redaksi Arab News, Faisal Abbas menggambarkan kunjungan Trump sangat bersejarah. Banyak kalangan di Arab Saudi mengharapkan Trump memiliki sifat berbeda dari pendahulunya Barack Obama, yang dinilai bersikap lunak terhadap Iran dalam mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya.
“Ini adalah kunjungan bersejarah. Sudah saatnya Amerika dan Saudi mengatur ulang relasi, menyelaraskan aliansi, dan berusaha memperbaiki hubungan sebanyak mungkin untuk menghadapi tantangan di kawasan ini,” kata Abbas kepada CNBC.
Melansir dari CNBC, Jumat (19/5/2017), pihak Kerajaan Arab Saudi sendiri menggelar “karpet merah” alias antusias menyambut kedatangan Trump, sekaligus bisa meningkatkan hubungan ekonomi dan bisnis kedua negara.
Arab Saudi selama ini telah khawatir atas perlambatan harga minyak. “Kami memiliki dua tema utama, yaitu turunnya harga minyak. Itu kabar buruknya. Tapi kami memiliki rencana transformasi nasional, itulah kabar baiknya,” ujar Ammar Al-Khudairy, chairman dan pendiri perusahaan ekuitas swasta Amwal Al-Khaleej kepada CNBC.
Selama ini, negeri petro dolar itu selalu menggantungkan ekonominya kepada minyak. Seiring dengan Visi Arab Saudi 2030, mereka ingin mendiversifikasi ekonominya. Kedatangan Trump pun bisa menarik minat perusahaan AS berinvestasi di Arab Saudi.
“Kita perlu menarik minat perusahaan multinasional untuk datang dan berinvestasi di Arab Saudi, dan di berbagai bidang,” sambung Al-Khudairy.
Karena itu, lanjut dia, kunjungan Trump sangat menggairahkan untuk meningkatkan aspek ekonomi dan bisnis. Yang ujungnya akan menciptakan kesadaran lebih banyak bagi perusahaan Negeri Abang Sam untuk melakukan investasi ke Arab Saudi.
Kunjungan Trump ini membalas lawatan Wakil Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman pada Maret lalu ke Gedung Putih. Sang Pangeran meminta administrasi Trump untuk memandang Iran sebagai ancaman di Timur Tengah.
Pemimpin Redaksi Arab News, Faisal Abbas menggambarkan kunjungan Trump sangat bersejarah. Banyak kalangan di Arab Saudi mengharapkan Trump memiliki sifat berbeda dari pendahulunya Barack Obama, yang dinilai bersikap lunak terhadap Iran dalam mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya.
“Ini adalah kunjungan bersejarah. Sudah saatnya Amerika dan Saudi mengatur ulang relasi, menyelaraskan aliansi, dan berusaha memperbaiki hubungan sebanyak mungkin untuk menghadapi tantangan di kawasan ini,” kata Abbas kepada CNBC.
(ven)