Perdagangan China Lebih Sehat di Luar Perkiraan
A
A
A
BEIJING - Ekspor dan impor China tercatat meningkat melebihi dari perkiraan sebelumnya pada bulan Mei, untuk menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu -julukan China- tetap tangguh di tengah kekhawatiran yang diprediksi bakal melambat. Angka ekspor naik 8,7% dari tahun lalu, mengalahkan prediksi 7% setelah permintaan kuat dari Eropa.
Sementara seperti dilansir BBC, Jumat (9/6/2017) nilai impor China terangkat mencapai 14,8%, dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 8,5% berkat kinerja positif produk pengolahan dan perakitan. Secara keseluruhan, perdagangan China surplus USD40,8 miliar dari bulan April mencapai sebesar USD38 miliar. Data yang dirilis pada tengah pekan juga menunjukkan kenaikan cadangan devisa China lebih dari yang diharapkan pada Mei
Namun, masih banyak analis yang memperingatkan bahwa pertumbuhan China cenderung melambat secara bertahap pada kuartal, mendatang. "Hari ini data perdagangan telah memberikan kejutan dengan berbalik menguat. Tapi pandangan kami tidak berubah bahwa pertumbuhan PDB mungkin melompat pada kuartal pertama," ucap Bank Investasi Nomura dalam sebuah laporan.
Risiko Pertumbuhan
Sementara itu sebelumnya Lembaga Pemeringkat Moody’s Investors Service menurunkan predikat kredit China, ketika kekhawatiran makin meningkat bahwa kekuatan sektor keuangan akan mulai terkikis ke depannya seiring hutang yang bertambah. Sebagai besar pertumbuhan China sejak krisis keuangan telah mendapatkan stimulus dari belanja besar-besaran pemerintah untuk infrastruktur.
(Baca Juga: Rating Investasi China Turun, Ekonomi Dunia Akan Melemah
Tetapi peningkatan arus modal yang keluar, ditambah runtuhnya harga komoditas tampaknya bakal menjadi hambatan. Pemerintah China telah dipaksa untuk mengambil langkah-langkah untuk mendinginkan pasar properti dan mengurangi aktivitas spekulatif pasar. Investor juga khawatir tentang potensi ketegangan ekonomi antara China dengan AS, sebagai mitra perdagangan terbesar setelah Uni Eropa.
Meski begitu angin segar sedikit berhembus, setelah Presiden AS Donald Trump berjanji untuk memangkas kesenjangan dengan China. Serta pertemuan pada bulan April dengan Presiden China Xi Jinping di Florida, kedua belah pihak telah sepakat 100 poin perjanjian perdagangan yang saling menguntungkan.
Sementara seperti dilansir BBC, Jumat (9/6/2017) nilai impor China terangkat mencapai 14,8%, dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 8,5% berkat kinerja positif produk pengolahan dan perakitan. Secara keseluruhan, perdagangan China surplus USD40,8 miliar dari bulan April mencapai sebesar USD38 miliar. Data yang dirilis pada tengah pekan juga menunjukkan kenaikan cadangan devisa China lebih dari yang diharapkan pada Mei
Namun, masih banyak analis yang memperingatkan bahwa pertumbuhan China cenderung melambat secara bertahap pada kuartal, mendatang. "Hari ini data perdagangan telah memberikan kejutan dengan berbalik menguat. Tapi pandangan kami tidak berubah bahwa pertumbuhan PDB mungkin melompat pada kuartal pertama," ucap Bank Investasi Nomura dalam sebuah laporan.
Risiko Pertumbuhan
Sementara itu sebelumnya Lembaga Pemeringkat Moody’s Investors Service menurunkan predikat kredit China, ketika kekhawatiran makin meningkat bahwa kekuatan sektor keuangan akan mulai terkikis ke depannya seiring hutang yang bertambah. Sebagai besar pertumbuhan China sejak krisis keuangan telah mendapatkan stimulus dari belanja besar-besaran pemerintah untuk infrastruktur.
(Baca Juga: Rating Investasi China Turun, Ekonomi Dunia Akan Melemah
Tetapi peningkatan arus modal yang keluar, ditambah runtuhnya harga komoditas tampaknya bakal menjadi hambatan. Pemerintah China telah dipaksa untuk mengambil langkah-langkah untuk mendinginkan pasar properti dan mengurangi aktivitas spekulatif pasar. Investor juga khawatir tentang potensi ketegangan ekonomi antara China dengan AS, sebagai mitra perdagangan terbesar setelah Uni Eropa.
Meski begitu angin segar sedikit berhembus, setelah Presiden AS Donald Trump berjanji untuk memangkas kesenjangan dengan China. Serta pertemuan pada bulan April dengan Presiden China Xi Jinping di Florida, kedua belah pihak telah sepakat 100 poin perjanjian perdagangan yang saling menguntungkan.
(akr)