Penyaluran Kredit Bank Jatim Capai Rp30,74 Triliun
A
A
A
SURABAYA - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) hingga Juli 2017 berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp30,74 triliun, naik 4,94% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp45,11 triliun, naik 6,04% secara year on year (yoy).
Untuk total aset mencapai Rp54,67 triliun, naik 7,64% (yoy) serta laba sebelum pajak yang mengalami pertumbuhan menjadi Rp1,10 triliun, naik 30,33% (yoy). Untuk terus mendongkrak pertumbuhan, perseroan akan mengoptimalkan pasar potensial seperti sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Sektor UMKM masih menjadi portofolio nomor satu emiten berkode BJTM ini. "Penyaluran kredit ke UMKM berkontribusi lebih dari 80% dari total penyaluran kredit Bank Jatim," ujar Direktur Utama Bank Jatim, R Soeroso, Surabaya, Senin (21/8/2017).
Kinerja indikator keuangan yang baik ini juga ditopang rasio-rasio keuangan yang baik seperti return on equity (ROE) sebesar 22,91%, nett interest margin (NIM) sebesar 6,92%, return On asset (ROA) sebesar 3,75%, biaya operasional dibanding pendapatan operasional (BOPO) 63,95% serta loan to deposit ratio (LDR) 68,14%.
"Indikator kinerja perbankan kami mengalami pertumbuhan positif. Ini buah kerja keras semua elemen Bank Jatim, baik karyawan, menejemen, pemegang saham, maupun berbagai pihak yang terus mendukung Bank Jatim," tutur dia.
Di sisi lain, Gubernur Jatim Soekarwo akan memperkuat UMKM serta koperasi guna meningkatkan perekonomian. Orang nomor satu di provinsi Jatim itu menilai, penguatan koperasi dan UMKM merupakan bagian dari sistem ekonomi yang berkeadilan.
Menurutnya, jika Koperasi dan UMKM tidak berkembang atau bahkan mati, maka sistem perekonomian akan lemah. "Kami meminta perbankkan untuk peduli terhadap perkembangan para pelaku UMKM dan Koperasi. Salah satunya memperbesar kredit bagi sektor tersebut. Kemudian suku bunganya juga harus rendah," terangnya.
Koperasi dan UMKM memang menjadi andalan Jatim. Selain berkontribusi besar bagi PDRB Jatim, sektor tersebut terbukti mampu bertahan dan terus tumbuh meski situasi ekonomi global sedang lesu.
Pihaknya berharap, pasar dalam negeri harus dikuasai koperasi dan UMKM. "Jika UMKM dan koperasi tumbuh dan berkembang, maka suasana negara itu akan harmonis. Sebaliknya, jika koperasi dan UMKM lemah maka akan menimbulkan konflik sosial," tutur dia.
Data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jatim menunjukkan, jumlah koperasi dan UMKM selama 2016 terdapat 31.218 koperasi dengan anggota 7.623.830 orang. Jumlah ini diyakini akan terus bertambah mengingat kondisi perekonomian Jatim saat ini yang terus tumbuh membaik.
Hingga saat ini perekonomian Jatim telah ditopang oleh sekor UMKM sebesar 54,98%. Kontribusi koperasi dan UMKM tersebut terus merangkak naik seiring bertumbuhnya sektor usaha kecil.
Untuk total aset mencapai Rp54,67 triliun, naik 7,64% (yoy) serta laba sebelum pajak yang mengalami pertumbuhan menjadi Rp1,10 triliun, naik 30,33% (yoy). Untuk terus mendongkrak pertumbuhan, perseroan akan mengoptimalkan pasar potensial seperti sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Sektor UMKM masih menjadi portofolio nomor satu emiten berkode BJTM ini. "Penyaluran kredit ke UMKM berkontribusi lebih dari 80% dari total penyaluran kredit Bank Jatim," ujar Direktur Utama Bank Jatim, R Soeroso, Surabaya, Senin (21/8/2017).
Kinerja indikator keuangan yang baik ini juga ditopang rasio-rasio keuangan yang baik seperti return on equity (ROE) sebesar 22,91%, nett interest margin (NIM) sebesar 6,92%, return On asset (ROA) sebesar 3,75%, biaya operasional dibanding pendapatan operasional (BOPO) 63,95% serta loan to deposit ratio (LDR) 68,14%.
"Indikator kinerja perbankan kami mengalami pertumbuhan positif. Ini buah kerja keras semua elemen Bank Jatim, baik karyawan, menejemen, pemegang saham, maupun berbagai pihak yang terus mendukung Bank Jatim," tutur dia.
Di sisi lain, Gubernur Jatim Soekarwo akan memperkuat UMKM serta koperasi guna meningkatkan perekonomian. Orang nomor satu di provinsi Jatim itu menilai, penguatan koperasi dan UMKM merupakan bagian dari sistem ekonomi yang berkeadilan.
Menurutnya, jika Koperasi dan UMKM tidak berkembang atau bahkan mati, maka sistem perekonomian akan lemah. "Kami meminta perbankkan untuk peduli terhadap perkembangan para pelaku UMKM dan Koperasi. Salah satunya memperbesar kredit bagi sektor tersebut. Kemudian suku bunganya juga harus rendah," terangnya.
Koperasi dan UMKM memang menjadi andalan Jatim. Selain berkontribusi besar bagi PDRB Jatim, sektor tersebut terbukti mampu bertahan dan terus tumbuh meski situasi ekonomi global sedang lesu.
Pihaknya berharap, pasar dalam negeri harus dikuasai koperasi dan UMKM. "Jika UMKM dan koperasi tumbuh dan berkembang, maka suasana negara itu akan harmonis. Sebaliknya, jika koperasi dan UMKM lemah maka akan menimbulkan konflik sosial," tutur dia.
Data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jatim menunjukkan, jumlah koperasi dan UMKM selama 2016 terdapat 31.218 koperasi dengan anggota 7.623.830 orang. Jumlah ini diyakini akan terus bertambah mengingat kondisi perekonomian Jatim saat ini yang terus tumbuh membaik.
Hingga saat ini perekonomian Jatim telah ditopang oleh sekor UMKM sebesar 54,98%. Kontribusi koperasi dan UMKM tersebut terus merangkak naik seiring bertumbuhnya sektor usaha kecil.
(izz)