Energi Fosil Kritis, Alumni Teknik Mesin ITB 87 Bahas EBT
A
A
A
JAKARTA - Energi fosil hingga kini masih menjadi energi utama yang dipakai manusia. Sayang, energi fosil dalam beberapa tahun ke depan dipastikan bakal habis. Perlu upaya nyata dari semua pihak memikirkan energi baru terbarukan (EBT).
Tema tersebut menjadi bahasan dalam focus group discussion (FGD) yang digelar Alumni Teknik Mesin ITB angkatan 87 di Aula Timur ITB, Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/9/2017).
Hadir pada FGD itu Rektor ITB Kadarsah Suryadi, serta pembicara lainnya dari Puslitbangtek Ketenagalistrikan dan EBTKE ESDM Mohamad Irsan, Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma, perwakilan dari PT Arya Watala Kapital Mada Ayu Habsari, dan perwkailan PT LEN.
Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma mengatakan, kedaulatan energi yang saat ini sedang digalakan akan sulit tercapai bila Indonesia masih tergantung pada energi fosil. Energi tersebut tersedia dalam jumlah terbatas.
"Pada tahun 70-an, kita sudah memprediksi Indonesia akan net impor minyak pada 2004. Ternyata pada 2006 sudah terjadi. Itu sudah diperkirakan sebelumnya," katanya.
Energy fosil di Indonesia juga dalam posisi kritis untuk gas dan batu-bara dalam beberapa tahun ke depan.
"Pada 2037 kita akan jadi net importir untuk gas. Begitupun batu bara. Batu bara kita akan habis atau net importir pada 2046. Sekarang eksplorasi batu bara sedang dilakukan habis-habisan. Ini yang harus dicarikan solusinya," kata Surya.
Sementara itu, Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan, pihaknya bersyukur alumni ITB tidak lupa akan almamaternya. Apalagi yang dibahas adalah EBT yang merupakan energi masa depan.
"Ke depan, negera yang kaya adalah bukan karena migasnya, tapi adalah negara yang memiliki air. Kita sumber daya air 70%. Kami berharap Indonesia akan menjadi negara kaya," katanya.
Menurut Kadarsyah, perkembangan ekonomi suatu kawasan tak bisa dilepaskan dari kemajuan industri di kawasan itu. Namun agar industri maju, harus ada penguasaan energi, semua saling berkaitan.
Tema tersebut menjadi bahasan dalam focus group discussion (FGD) yang digelar Alumni Teknik Mesin ITB angkatan 87 di Aula Timur ITB, Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/9/2017).
Hadir pada FGD itu Rektor ITB Kadarsah Suryadi, serta pembicara lainnya dari Puslitbangtek Ketenagalistrikan dan EBTKE ESDM Mohamad Irsan, Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma, perwakilan dari PT Arya Watala Kapital Mada Ayu Habsari, dan perwkailan PT LEN.
Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma mengatakan, kedaulatan energi yang saat ini sedang digalakan akan sulit tercapai bila Indonesia masih tergantung pada energi fosil. Energi tersebut tersedia dalam jumlah terbatas.
"Pada tahun 70-an, kita sudah memprediksi Indonesia akan net impor minyak pada 2004. Ternyata pada 2006 sudah terjadi. Itu sudah diperkirakan sebelumnya," katanya.
Energy fosil di Indonesia juga dalam posisi kritis untuk gas dan batu-bara dalam beberapa tahun ke depan.
"Pada 2037 kita akan jadi net importir untuk gas. Begitupun batu bara. Batu bara kita akan habis atau net importir pada 2046. Sekarang eksplorasi batu bara sedang dilakukan habis-habisan. Ini yang harus dicarikan solusinya," kata Surya.
Sementara itu, Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan, pihaknya bersyukur alumni ITB tidak lupa akan almamaternya. Apalagi yang dibahas adalah EBT yang merupakan energi masa depan.
"Ke depan, negera yang kaya adalah bukan karena migasnya, tapi adalah negara yang memiliki air. Kita sumber daya air 70%. Kami berharap Indonesia akan menjadi negara kaya," katanya.
Menurut Kadarsyah, perkembangan ekonomi suatu kawasan tak bisa dilepaskan dari kemajuan industri di kawasan itu. Namun agar industri maju, harus ada penguasaan energi, semua saling berkaitan.
(dmd)