Target Ditandatangani dengan Darah

Minggu, 01 Oktober 2017 - 11:44 WIB
Target Ditandatangani dengan Darah
Target Ditandatangani dengan Darah
A A A
YUSWOHADY
Managing Partner, Inventure www.yuswohady.com

MENJELANG akhir tahun seperti sekarang ini adalah waktu-waktu paling "menegangkan" bagi para manajer, kepala divisi, direktur, dan business owner.

Ya, karena saat-saat inilah "nasib" mereka dipertaruhkan. Masa-masa Oktober-Desember inilah mereka harus menutup target akhir tahun. Bicara mengenai menutup target akhir tahun, saya teringat dengan Pak Zulkifli Zaini Dirut Bank Mandiri 2010-2013.

Kebetulan personally saya dekat dengan beliau. Kata-kata ampuh yang selalu saya ingat adalah "Target itu harus ditandatangani dengan darah".

Menjadi kebiasaan Pak Zul saat memimpin Bank Mandiri, setiap akhir tahun, setelah selesai merumuskan rencana strategi, program, dan anggaran tahunan (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan, RKAP), dia meminta para manajer dan kepala divisi untuk tanda tangan sebagai bukti komitmen.

Dengan berseloroh ia bilang "Tanda tangannya harus pakai darah". Pak Zul tidak main-main dengan selorohnya bahwa target harus ditandatangani dengan darah. Poinnya, menandatangani sebuah RKAP bukanlah sekadar komitmen, tapi sudah menyangkut harga diri dan kehormatan.

Maksudnya, kalau sampai target-target yang ada di dalam RKAP tersebut tidak tercapai maka taruhannya adalah harga diri dan kehormatan. Manajer dan kepala divisi sebagai penyusun RKAP seharusnya malu luar biasa kalau sampai tidak tercapai karena hal itu menyangkut harga diri dan kehormatan. Banyak manajer yang menganggap enteng target-target yang telah mereka susun di dalam RKAP.

Mereka cenderung menggampangkan persoalan dengan menetapkan target yang tinggi agar si bos senang. Apakah target tinggi itu bisa dicapai? Oh, tunggu dulu. Jawaban si manajer biasanya klise. "Ya Pak, kita akan bekerja keras untuk mencapainya".

Saat RKAP sudah dieksekusi dan target tidak tercapai maka si manajer pun menjadi reasonable man dengan mengemukakan beribu alasan "Iya Pak, ini kondisi ekonomi makro sedang tidak bagus, jualan turun semua".

Atau "Iya Pak, ini nasabah sedang kurang bagus bisnisnya sehingga tak lagi mengambil kredit dari kita". Mereka menyusun RKAP secara serampangan karena kalau target target yang disusun tidak tercapai, mereka tinggal mengeluarkan beribu macam alasan. Sikap menggampangkan RKAP ini kalau sampai dibiarkan akan membahayakan perusahaan, apalagi kalau sudah membudaya.

Mereka begitu mudah menyusun target tanpa beban apa pun untuk merealisasikan. Lalu, karena tak mencapai target merupakan hal yang biasa, mereka pun tak berjuang keras untuk mencapainya. Tercapai syukur, tak tercapai ya enggak apa-apa. Pak Zul menyebut para manajer ini tidak memiliki winning mentality.

Dan kalau sebuah organisasi diisi oleh orang-orang macam begini, maka organisasi tersebut bisa dipastikan akan melapuk dan akhirnya mati. Maksud Pak Zul, menggunakan analogi tanda tangan darah adalah untuk menciptakan budaya malu di kalangan manajer dalam hal pencapaian target. Mereka harus merasakan bahwa tidak mencapai target adalah suatu hal yang sangat memalukan.

Dan bahwa tidak mencapai target adalah suatu hal yang tak termaafkan. Saya setuju dengan Pak Zul bahwa di dalam setiap organisasi harus diciptakan "budaya malu" dalam pencapaian target. Seorang manajer harusnya merasa sangat malu jika tidak mampu mencapai target.

Malu karena harga dirinya jatuh dan kehormatannya ternodai begitu dia tidak perform dalam mewujudkan target. Bulan Oktober-November ini rekan-rekan manajer di seluruh perusahaan bakal menyusun RKAP 2018. So, pesan saya kepada mereka "Mari kita tanda tangani target kita dengan darah!!!"
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6642 seconds (0.1#10.140)