Harga Minyak Dunia Turun Lagi Terimbas Kelebihan Pasokan
A
A
A
TOKYO - Harga minyak dunia kembali turun lebih rendah pada hari ini atau mengalami penurunan untuk hari kedua dan mengurangi kekuatan dari reli kuartal ketiga. Hal ini terjadi di tengah tanda-tanda kelebihan pasokan minyak global yang mungkin tidak segera dibuka secepat yang diharapkan.
Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/10/2017), harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 15 sen atau 0,3% ke level USD50,43 per barel pada pukul 00.41 GMT, setelah ditutup turun USD1,09 atau 2,1% pada sesi sebelumnya.
Patokan harga minyak AS membukukan kenaikan kuartal ketiga sekitar 12%, kenaikan kuartalan terkuatnya sejak kuartal kedua 2016. Namun, kini telah turun hampir 5% dari level tertinggi dalam enam bulan.
Sementara, harga minyak mentah brent, sebagai patokan harga minyak global, turun 18 sen atau 0,3% menjadi USD55,94 per barel. Kontrak minyak turun 67 sen atau 1,2% pada sesi sebelumnya.
Brent telah membukukan kenaikan kuartal ketiga sekitar 20%, kenaikan terbesar untuk kuartal tersebut sejak 2004 dan diperdagangkan setinggi USD59,49 per barel pada pekan lalu. Ini turun sekitar 6% dari tingkat tersebut.
Irak kemarin mengatakan bahwa ekspor naik sedikit pada September dari ladang minyak selatannya. Sementara survei Reuters sebelumnya mengindikasikan bahwa OPEC secara keseluruhan meningkatkan produksi.
Harga minyak pada pekan lalu naik karena terjadi ketegangan di Kurdistan Irak setelah pemungutan suara di wilayah tersebut, dengan Turki mengancam akan menutup jalur pipa yang membawa minyak dari wilayah tersebut di Irak utara ke Laut Tengah.
Kenaikan baru-baru ini juga didorong oleh tanda-tanda bahwa kekeringan minyak mentah tiga tahun mulai mereda, dibantu oleh kesepakatan pemotongan produksi di antara produsen global yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Namun, produsen minyak Timur Tengah khawatir kenaikan harga akan mendorong produsen AS ke pengeboran lebih banyak dan mendorong harga lebih rendah lagi. Produsen OPEC kunci mempertimbangkan harga di atas USD60 per barel karena mendorong terlalu banyak serpih.
Satu tanda bullish adalah surat dari Perusahaan Minyak Nasional Libya pada Senin yang menyatakan force majeure saat pengiriman dari Sharara, ladang minyak terbesar di negara itu.
Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/10/2017), harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 15 sen atau 0,3% ke level USD50,43 per barel pada pukul 00.41 GMT, setelah ditutup turun USD1,09 atau 2,1% pada sesi sebelumnya.
Patokan harga minyak AS membukukan kenaikan kuartal ketiga sekitar 12%, kenaikan kuartalan terkuatnya sejak kuartal kedua 2016. Namun, kini telah turun hampir 5% dari level tertinggi dalam enam bulan.
Sementara, harga minyak mentah brent, sebagai patokan harga minyak global, turun 18 sen atau 0,3% menjadi USD55,94 per barel. Kontrak minyak turun 67 sen atau 1,2% pada sesi sebelumnya.
Brent telah membukukan kenaikan kuartal ketiga sekitar 20%, kenaikan terbesar untuk kuartal tersebut sejak 2004 dan diperdagangkan setinggi USD59,49 per barel pada pekan lalu. Ini turun sekitar 6% dari tingkat tersebut.
Irak kemarin mengatakan bahwa ekspor naik sedikit pada September dari ladang minyak selatannya. Sementara survei Reuters sebelumnya mengindikasikan bahwa OPEC secara keseluruhan meningkatkan produksi.
Harga minyak pada pekan lalu naik karena terjadi ketegangan di Kurdistan Irak setelah pemungutan suara di wilayah tersebut, dengan Turki mengancam akan menutup jalur pipa yang membawa minyak dari wilayah tersebut di Irak utara ke Laut Tengah.
Kenaikan baru-baru ini juga didorong oleh tanda-tanda bahwa kekeringan minyak mentah tiga tahun mulai mereda, dibantu oleh kesepakatan pemotongan produksi di antara produsen global yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Namun, produsen minyak Timur Tengah khawatir kenaikan harga akan mendorong produsen AS ke pengeboran lebih banyak dan mendorong harga lebih rendah lagi. Produsen OPEC kunci mempertimbangkan harga di atas USD60 per barel karena mendorong terlalu banyak serpih.
Satu tanda bullish adalah surat dari Perusahaan Minyak Nasional Libya pada Senin yang menyatakan force majeure saat pengiriman dari Sharara, ladang minyak terbesar di negara itu.
(izz)