China Mulai Recovery, Ekonomi Kalimantan-Sumatera Kembali Cerah
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa kondisi perekonomian China kini mulai kembali membaik. Hal ini berdampak pada pertumbuhan ekonommi di Provinsi Kalimantan dan Provinsi Sumatera yang turut mengalami perbaikan.
(Baca Juga: 40% Surat Utang Dipegang Asing, Ekonomi RI Tergantung Global)
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan, hal ini lantaran China memiliki peran besar terhadap Provinsi Kalimantan dan Provinsi Sumatera. Sebab, dua provinsi tersebut merupakan penghasil barang komoditas seperti batu bara, baja, hingga crude palm oil (CPO) yang dibutuhkan oleh Negeri Tirai Bambu tersebut.
"China peranannya ke ekonomi Indonesia banyak sekali. Karena China butuh CPO, batu bara, baja, dan lainnya," katanya dalam acara Rakornas Kadin 2017 di Jakarta, Selasa (3/10/2017).
Mirza menuturkan, pertumbuhan ekonomi China beberapa waktu lalu merosot dan hanya mampu tumbuh 6%. Akibatnya, harga batu bara dan komoditas lainnya ikut drop.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi China mulai kembali pulih. Dampaknya, harga komodias pun perlahan terkerek. "Nah, China sekarang tumbuh 6,7%-6,8%, mulai harga batu bara, CPO, baja naik," imbuh dia.
Saat harga komoditas jatuh, Provinsi Sumatera hanya tumbuh sekitar 3% dan Provinsi Kalimantan sekitar 1,5%. Dengan mulai pulihnya harga komoditas, ekonomi kedua provinsi tersebut kembali membaik di mana Provinsi Sumatera mulai tumbuh sekitar 4% hingga 4,5% dan Kalimantan sudah tumbuh sekitar 3,5% hingga 5%.
Namun, Mirza menyangsikan ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut akan kembali tumbuh di level 10% hingga 12%. Sebab, China sendiri hanya menargetkan ekonominya tumuh 6,5% hingga 7,5%.
"Jadi, kita rasanya tidak akan melihat lagi harga batu bara seperti 2010-2012. Tapi sudah ada recovery karena pertumbuhan ekonomi China yang naik," terangnya.
(Baca Juga: 40% Surat Utang Dipegang Asing, Ekonomi RI Tergantung Global)
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan, hal ini lantaran China memiliki peran besar terhadap Provinsi Kalimantan dan Provinsi Sumatera. Sebab, dua provinsi tersebut merupakan penghasil barang komoditas seperti batu bara, baja, hingga crude palm oil (CPO) yang dibutuhkan oleh Negeri Tirai Bambu tersebut.
"China peranannya ke ekonomi Indonesia banyak sekali. Karena China butuh CPO, batu bara, baja, dan lainnya," katanya dalam acara Rakornas Kadin 2017 di Jakarta, Selasa (3/10/2017).
Mirza menuturkan, pertumbuhan ekonomi China beberapa waktu lalu merosot dan hanya mampu tumbuh 6%. Akibatnya, harga batu bara dan komoditas lainnya ikut drop.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi China mulai kembali pulih. Dampaknya, harga komodias pun perlahan terkerek. "Nah, China sekarang tumbuh 6,7%-6,8%, mulai harga batu bara, CPO, baja naik," imbuh dia.
Saat harga komoditas jatuh, Provinsi Sumatera hanya tumbuh sekitar 3% dan Provinsi Kalimantan sekitar 1,5%. Dengan mulai pulihnya harga komoditas, ekonomi kedua provinsi tersebut kembali membaik di mana Provinsi Sumatera mulai tumbuh sekitar 4% hingga 4,5% dan Kalimantan sudah tumbuh sekitar 3,5% hingga 5%.
Namun, Mirza menyangsikan ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut akan kembali tumbuh di level 10% hingga 12%. Sebab, China sendiri hanya menargetkan ekonominya tumuh 6,5% hingga 7,5%.
"Jadi, kita rasanya tidak akan melihat lagi harga batu bara seperti 2010-2012. Tapi sudah ada recovery karena pertumbuhan ekonomi China yang naik," terangnya.
(izz)