Biaya Pengembangan Pesawat Saat Ini Lebih Murah
A
A
A
JAKARTA - PT Regio Aviasi Industri (RAI) menyatakan, biaya pengembangan pesawat saat ini sudah terjangkau. Beda dengan puluhan tahun silam yang harganya mencapai dua kali lipat.
(Baca Juga: Biaya Pengembangan Pesawat R80 Buatan Habibie Rp13 Triliun)
Komisaris PT RAI Ilham Akbar Habibie mengatakan, dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan satu jenis pesawat pada era 1990-an sebesar USD2 miliar. Sedangkan, produk perusahaan sekarang yakni R80 hanya memakan biaya USD1 miliar.
"Pesawat kan setiap beberapa tahun ada generasi barunya. Itu (pengembangan R80) USD1 miliar termasuk murah. Saya dulu kerja di Boeing tahun 1990-an selama dua tahun, waktu itu pesawat Boeing 737 beralih ke generasi bawah dengan hanya adanya kokpit baru dan sayap baru itu saja sudah USD2 miliar," ujarnya di Jakarta, Rabu (11/10/2017).
(Baca Juga: Masuk Proyek Strategis, Pesawat Buatan Habibie R80 Cari Partner)
Saat ini, lanjut Ilham, justru semua elemen diperbaharui jika ingin mengembangkan jenis baru. Untuk skala Indonesia, harga murah ini juga didukung jam operasi yang lebih sedikit.
"Semuanya baru, makanya memang jauh lebih murah di Indonesia karena memang jam terbangnya jauh lebih rendah. Jadi murah sekali," kata anak dari Presiden ke-3 Indonesia BJ Habibie ini.
Dengan harga murah, bukan berarti pesawat R80 bikinan perusahaan akan jadi seadanya. Banyak teknisi berpengalaman dilibatkan dalam merancang si burung besi.
"Engineer kita juga sudah berpengalaman dan PT Dirgantara Indonesia kan sudah berdiri sejak 1976, itu beberapa orang sudah melalui proses pengembangan pesawat. Mereka sudah terbiasa sekali untuk desain pesawat," tutur Ilham.
(Baca Juga: Biaya Pengembangan Pesawat R80 Buatan Habibie Rp13 Triliun)
Komisaris PT RAI Ilham Akbar Habibie mengatakan, dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan satu jenis pesawat pada era 1990-an sebesar USD2 miliar. Sedangkan, produk perusahaan sekarang yakni R80 hanya memakan biaya USD1 miliar.
"Pesawat kan setiap beberapa tahun ada generasi barunya. Itu (pengembangan R80) USD1 miliar termasuk murah. Saya dulu kerja di Boeing tahun 1990-an selama dua tahun, waktu itu pesawat Boeing 737 beralih ke generasi bawah dengan hanya adanya kokpit baru dan sayap baru itu saja sudah USD2 miliar," ujarnya di Jakarta, Rabu (11/10/2017).
(Baca Juga: Masuk Proyek Strategis, Pesawat Buatan Habibie R80 Cari Partner)
Saat ini, lanjut Ilham, justru semua elemen diperbaharui jika ingin mengembangkan jenis baru. Untuk skala Indonesia, harga murah ini juga didukung jam operasi yang lebih sedikit.
"Semuanya baru, makanya memang jauh lebih murah di Indonesia karena memang jam terbangnya jauh lebih rendah. Jadi murah sekali," kata anak dari Presiden ke-3 Indonesia BJ Habibie ini.
Dengan harga murah, bukan berarti pesawat R80 bikinan perusahaan akan jadi seadanya. Banyak teknisi berpengalaman dilibatkan dalam merancang si burung besi.
"Engineer kita juga sudah berpengalaman dan PT Dirgantara Indonesia kan sudah berdiri sejak 1976, itu beberapa orang sudah melalui proses pengembangan pesawat. Mereka sudah terbiasa sekali untuk desain pesawat," tutur Ilham.
(izz)