Harga Minyak Dunia Sentuh Posisi Tertinggi sejak 2015
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia menyentuh posisi tertinggi sejak awal Juli 2015, lalu di tengah pengetatan pasar. Sementara itu Pangeran Arab Saudi pada akhir pekan kemarin menegaskan perlawanan terhadap korupsi dan menegaskan bakal menangkap siapapun yang terbukti melakukan penyelewengan.
Seperti dilansir Reuters, Senin (6/11/2017) harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan internasional untuk harga minyak mencapai posisi USD62,44 per barel di awal perdagangan pekan ini untuk berada di posisi terbaik sejak 2015. Brent pada pukul GMT 00.51 berada di level USD62,27 per barel dengan tambahan 20 sen atau 0,3% dari sesi terakhir atau berada di atas 40% dari level terendah Juni 2017.
Sementara harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) juga meningkat menjadi USD56,00 per barel dalam perdagangan awal hari ini, untuk menembus rekor tertinggi sejak 2015 dan berada di posisi USD55,83 dengan kenaikan 19 sen atau setara dengan 0,3% dari sesi terakhir. WTI berada di atas posisi terendah pada 2017.
Sebelumnya Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman yang bakal ditunjuk menjadi Raja Saudi di masa depan, menyuarakan gerakan antikorupsi setelah sebanyak 11 pangeran termasuk miliarder bisnis terkemuka Alwaleed bin Talal dan 4 menteri yang tengah menjabat ditangkap oleh Komite Anti-Korupsi Arab Saudi. Penangkapan dilakukan terkait dugaan keterlibatan dalam kasus korupsi. .
"Ini mengkonsolidasikan bahwa proses reformasi sedang berlangsung dan keinginan ini akan mendorong harga minyak yang lebih tinggi," ucap Strategi Pasar Utama di AxiTrader Greg McKenna.
Reformasi bin Salman mencakup rencana untuk membuat perusahaan raksasa minyak milik negara Saudi Aramco untuk IPO pada tahun depan. Selain itu pengetatan pasar masih terus berlangsung saat perusahaan eneri AS memangkas rog minyal menjadi 729 untuk menjadi pengurangan terbesar sejak Mei 2016.
Penurunan aktivitas pengeboran AS mengiringi upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan kelompok negara non-OPEC dipandu Rusia telah berjanji untuk menahan produksi sekitar 1,8 juta barel per hari (bpd) dalam produksi minyak untuk mengencangkan pasar. Perjanjian untuk menahan persediaan bakal berjalan hingga 2018 Maret, tapi muncul ide untuk memperpanjang kesepakatan.
Seperti dilansir Reuters, Senin (6/11/2017) harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan internasional untuk harga minyak mencapai posisi USD62,44 per barel di awal perdagangan pekan ini untuk berada di posisi terbaik sejak 2015. Brent pada pukul GMT 00.51 berada di level USD62,27 per barel dengan tambahan 20 sen atau 0,3% dari sesi terakhir atau berada di atas 40% dari level terendah Juni 2017.
Sementara harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) juga meningkat menjadi USD56,00 per barel dalam perdagangan awal hari ini, untuk menembus rekor tertinggi sejak 2015 dan berada di posisi USD55,83 dengan kenaikan 19 sen atau setara dengan 0,3% dari sesi terakhir. WTI berada di atas posisi terendah pada 2017.
Sebelumnya Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman yang bakal ditunjuk menjadi Raja Saudi di masa depan, menyuarakan gerakan antikorupsi setelah sebanyak 11 pangeran termasuk miliarder bisnis terkemuka Alwaleed bin Talal dan 4 menteri yang tengah menjabat ditangkap oleh Komite Anti-Korupsi Arab Saudi. Penangkapan dilakukan terkait dugaan keterlibatan dalam kasus korupsi. .
"Ini mengkonsolidasikan bahwa proses reformasi sedang berlangsung dan keinginan ini akan mendorong harga minyak yang lebih tinggi," ucap Strategi Pasar Utama di AxiTrader Greg McKenna.
Reformasi bin Salman mencakup rencana untuk membuat perusahaan raksasa minyak milik negara Saudi Aramco untuk IPO pada tahun depan. Selain itu pengetatan pasar masih terus berlangsung saat perusahaan eneri AS memangkas rog minyal menjadi 729 untuk menjadi pengurangan terbesar sejak Mei 2016.
Penurunan aktivitas pengeboran AS mengiringi upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan kelompok negara non-OPEC dipandu Rusia telah berjanji untuk menahan produksi sekitar 1,8 juta barel per hari (bpd) dalam produksi minyak untuk mengencangkan pasar. Perjanjian untuk menahan persediaan bakal berjalan hingga 2018 Maret, tapi muncul ide untuk memperpanjang kesepakatan.
(akr)