Generasi Milenial Kendalikan Dunia
A
A
A
DULU anak muda hanya berpikir untuk menjadi profesional sukses dengan fokus utama memperkuat pengetahuan dan mengumpulkan banyak uang.
Kini, anak muda milenial berpikir lebih progresif: ingin memimpin dan mengubah dunia sesuai dengan keinginan mereka. Generasi muda yang berada di bawah usia 30 dan tumbuh pada abad teknologi memilih banyak cara dan strategi untuk mewujudkan keinginannya. Mereka lebih dinamis dalam melihat situasi di sekitar.
Mereka juga berpikir solutif dan praktis memakai sudut pandang entrepreneur dengan dukungan dunia digital. Sepak terjang generasi ini bukanlah isapan jempol. Majalah Forbes yang menggelar program 30 under 30 telah mendapati 600 penemu, entrepreneur, dan pemimpin muda yang akan menjadi penentu dan menulis kembali aturan bagi generasi mendatang.
Hebatnya mereka memiliki semangat kuat berjuang bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi berjuang untuk masyarakat di sekitarnya dan dunia pada umumnya. Siapa saja mereka? Editor majalah Forbes Randall Lane mengungkapkan, mereka yang terjaring umumnya bergerak pada bisnis teknologi. Mereka membuat perubahan dan menjadi pionir di bidangnya.
Mereka bukan sekadar follower yang mengikuti tren, tetapi menciptakan hal baru. Dia sangat yakin bahwa merekalah yang akan menjadi penggebrak dalam semua lini kehidupan di masa depan, mulai dari teknologi, e-commerce, seni, kepemimpinan hingga berbagai bidang lainnya.
Apa yang diciptakan anak muda itu akan mengubah dunia dan mem berikan warna baru dalam kehidupan sehari-hari manusia. "Setelah tujuh tahun ber lalu, Forbes 30 Under 30 berkembang menjadi cara dunia untuk menemukan entrepreneur dan pengubah per main an bagi gene rasi men datang," ujar editor majalah Forbes Randall Lane.
"Ini adalah klub eksklusif dimana orang ingin menemukan kembali hal baru di setiap bidang pada abad mendatang," imbuhnya.
Dalam pandangan Danielle Sabrina, brand dan media strategist asal AS, Forbes 30 Under 30 menegaskan tentang gene rasi terbaik dan paling cemerlang yang akan bersinar dimasa mendatang.
"Anak muda tidak mengenal ikatan. Usia 20 tahunan adalah para perusak yang bekerja dengan gairah dan semangat untuk menciptakan dunia seperti yang mereka inginkan. Anak muda tidak memedulikan ikatan budaya, etnik, dan gender," ungkap Sabrina seperti dilansir Huffington Post.
Massachusetts Institute of Technology (MIT), salah satu kampus teknologi ternama di Amerika Serikat, menyebut Forbes 30 Under 30 sebagai "ensiklopedia creative disruption (penghancuran kreatif) oleh 600 anak muda di 20 industri yang berbeda". Ke-600 anak muda itu dibagi dalam 20 kategori dan semuanya berusia di bawah 30 tahun.
Sebanyak 20 kategori itu mewakili berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Nantinya mereka akan dipilih menjadi 30 anak muda saja berdasarkan penilaian dewan panel yang kredibel. Sebanyak 19% kandi dat tersebut adalah imigran dan berasal dari 50 negara berbeda.
Ke-600 anak muda itu diseleksi dari 15.000 pendaftar. Forbes merekrut juri yang kredibel seperti pendiri Breyer Capital Jim Breyer dan dua alumni Under 30, yakni pendiri Bumble Whitney Wolfe dan pendiri Periscope Kayvon Beykpour.
Dari Mawar hingga Utang
Hal menarik dalam Forbes 30 Under 30 adalah ritel dan e-commerce. Kandidat dalam bidang itu adalah Seema Bansal, 26, dan tunangannya Sunny Chadha, 28, yang mendirikan Venus ET Fleur pada 2015. Itu merupakan startup yang menjual mawar melalui pemesanan online.
"Kita menghadirkan mawar dengan tekstur seperti baru dipetik dari kebun," ujar Bansal yang membangun e-commerce berbasis di New York.
Pada 2017, Venus ET Fleur meraih penghasilan USD7,5 juta (Rp101 miliar). Akhir tahun, mereka akan membuka cabang distribusi di Los Angeles.
Bansal dan Chadha menjadi entrepreneur muda yang diunggul kan dalam Forbes 30 Under 30 untuk 2018. Para entrepreneur yang masuk dalam kategori e-commerce dan teknologi adalah mereka yang telah mencapai pendapatan bisnisnya jutaan dolar.
Mereka membuat platform e-commerce dan aplikasi. Mereka juga meluncurkan produk baru yang belum ada sebelumnya.
Mereka adalah para pionir dalam ekonomi berlangganan. Kandidat lain dalam bidang e-commerce yang tidak mainstream adalah Brad McDonald yang mendirikan Agroy, perusahaan yang mengizinkan petani membeli pupuk dan benih secara online. Pada 2016, Agroy meraih penjualan hingga lebih dari USD2 juta (Rp27 miliar).
Selanjutnya kategori social entrepreneur yang di dalamnya anak muda berpikir bukan hanya mencari keuntungan semata, tetapi mereka juga menyusun bisnis yang mampu memberikan dampak sosial yang nyata bagi masyarakat. Salah satunya, Kelly Peeler. Dia terpaksa keluar dari pekerjaannya di JPMorgan Chase untuk mendirikan NextGenVest.
Itu seperti per usahaan konsultan keuangan yang membantu generasi Z untuk memahami proses bantuan keuangan. Pelanggannya adalah siswa sekolah dan mahasiswa yang ingin mendapatkan utang ke bank untuk biaya sekolah dan kuliah.
Dalam setahun, para pelanggan NextGenVest bisa menghemat USD39 juta (Rp527 miliar) dan mendapatkan akses bantuan keuangan senilai USD2,7 miliar (Rp36 triliun).
Dalam kategori social entreprenuer lainnya ada Tenzin Seldon, 28, yang mendirikan Kinstep, aplikasi yang menyediakan pekerjaan bagi para imigran. Kinstep memberikan informasi tentang gaji dan majikan yang menerima imigran sebagai pekerjaannya. Seldon ingin aplikasinya itu bisa menekan eksploitasi buruh murah khusus bagi para migran.
Forbes 30 Under 30 juga mencari investor muda yang akan mengguncang masa depan. Kebangkitan Facebook dan Uber juga berkat investor cerdas yang mampu mendanai startup baru. Investor muda yang masuk dalam Forbes 30 Under 30 adalah Talia Goldberg. Dia merupakan wakil presiden di firma investasi tertua di AS, Bessemer Venture Partners.
Manan mahasiswi seni itu berani mengarahkan perusahaannya untuk berinvestasi di perusahaan pembayaran Korea bernama Toss dan startup pelayaran Shippo pada 2017. Selain Goldberg, Elizabeth Galbut, 28, mendirikan SoGal Ventures dan Pocket Sun pada 2016. Itu merupakan layanan pendanaan ruang asrama bagi mahasiswa yang didukung First Round Capital.
Brayton Williams, 28, mendirikan Boost VC, firma investasi, bersama Adam Draper yang telah berinvestasi pada lebih dari 200 perusahaan dengan fokus utama menggunakan mata uang digital.
Kini, anak muda milenial berpikir lebih progresif: ingin memimpin dan mengubah dunia sesuai dengan keinginan mereka. Generasi muda yang berada di bawah usia 30 dan tumbuh pada abad teknologi memilih banyak cara dan strategi untuk mewujudkan keinginannya. Mereka lebih dinamis dalam melihat situasi di sekitar.
Mereka juga berpikir solutif dan praktis memakai sudut pandang entrepreneur dengan dukungan dunia digital. Sepak terjang generasi ini bukanlah isapan jempol. Majalah Forbes yang menggelar program 30 under 30 telah mendapati 600 penemu, entrepreneur, dan pemimpin muda yang akan menjadi penentu dan menulis kembali aturan bagi generasi mendatang.
Hebatnya mereka memiliki semangat kuat berjuang bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi berjuang untuk masyarakat di sekitarnya dan dunia pada umumnya. Siapa saja mereka? Editor majalah Forbes Randall Lane mengungkapkan, mereka yang terjaring umumnya bergerak pada bisnis teknologi. Mereka membuat perubahan dan menjadi pionir di bidangnya.
Mereka bukan sekadar follower yang mengikuti tren, tetapi menciptakan hal baru. Dia sangat yakin bahwa merekalah yang akan menjadi penggebrak dalam semua lini kehidupan di masa depan, mulai dari teknologi, e-commerce, seni, kepemimpinan hingga berbagai bidang lainnya.
Apa yang diciptakan anak muda itu akan mengubah dunia dan mem berikan warna baru dalam kehidupan sehari-hari manusia. "Setelah tujuh tahun ber lalu, Forbes 30 Under 30 berkembang menjadi cara dunia untuk menemukan entrepreneur dan pengubah per main an bagi gene rasi men datang," ujar editor majalah Forbes Randall Lane.
"Ini adalah klub eksklusif dimana orang ingin menemukan kembali hal baru di setiap bidang pada abad mendatang," imbuhnya.
Dalam pandangan Danielle Sabrina, brand dan media strategist asal AS, Forbes 30 Under 30 menegaskan tentang gene rasi terbaik dan paling cemerlang yang akan bersinar dimasa mendatang.
"Anak muda tidak mengenal ikatan. Usia 20 tahunan adalah para perusak yang bekerja dengan gairah dan semangat untuk menciptakan dunia seperti yang mereka inginkan. Anak muda tidak memedulikan ikatan budaya, etnik, dan gender," ungkap Sabrina seperti dilansir Huffington Post.
Massachusetts Institute of Technology (MIT), salah satu kampus teknologi ternama di Amerika Serikat, menyebut Forbes 30 Under 30 sebagai "ensiklopedia creative disruption (penghancuran kreatif) oleh 600 anak muda di 20 industri yang berbeda". Ke-600 anak muda itu dibagi dalam 20 kategori dan semuanya berusia di bawah 30 tahun.
Sebanyak 20 kategori itu mewakili berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Nantinya mereka akan dipilih menjadi 30 anak muda saja berdasarkan penilaian dewan panel yang kredibel. Sebanyak 19% kandi dat tersebut adalah imigran dan berasal dari 50 negara berbeda.
Ke-600 anak muda itu diseleksi dari 15.000 pendaftar. Forbes merekrut juri yang kredibel seperti pendiri Breyer Capital Jim Breyer dan dua alumni Under 30, yakni pendiri Bumble Whitney Wolfe dan pendiri Periscope Kayvon Beykpour.
Dari Mawar hingga Utang
Hal menarik dalam Forbes 30 Under 30 adalah ritel dan e-commerce. Kandidat dalam bidang itu adalah Seema Bansal, 26, dan tunangannya Sunny Chadha, 28, yang mendirikan Venus ET Fleur pada 2015. Itu merupakan startup yang menjual mawar melalui pemesanan online.
"Kita menghadirkan mawar dengan tekstur seperti baru dipetik dari kebun," ujar Bansal yang membangun e-commerce berbasis di New York.
Pada 2017, Venus ET Fleur meraih penghasilan USD7,5 juta (Rp101 miliar). Akhir tahun, mereka akan membuka cabang distribusi di Los Angeles.
Bansal dan Chadha menjadi entrepreneur muda yang diunggul kan dalam Forbes 30 Under 30 untuk 2018. Para entrepreneur yang masuk dalam kategori e-commerce dan teknologi adalah mereka yang telah mencapai pendapatan bisnisnya jutaan dolar.
Mereka membuat platform e-commerce dan aplikasi. Mereka juga meluncurkan produk baru yang belum ada sebelumnya.
Mereka adalah para pionir dalam ekonomi berlangganan. Kandidat lain dalam bidang e-commerce yang tidak mainstream adalah Brad McDonald yang mendirikan Agroy, perusahaan yang mengizinkan petani membeli pupuk dan benih secara online. Pada 2016, Agroy meraih penjualan hingga lebih dari USD2 juta (Rp27 miliar).
Selanjutnya kategori social entrepreneur yang di dalamnya anak muda berpikir bukan hanya mencari keuntungan semata, tetapi mereka juga menyusun bisnis yang mampu memberikan dampak sosial yang nyata bagi masyarakat. Salah satunya, Kelly Peeler. Dia terpaksa keluar dari pekerjaannya di JPMorgan Chase untuk mendirikan NextGenVest.
Itu seperti per usahaan konsultan keuangan yang membantu generasi Z untuk memahami proses bantuan keuangan. Pelanggannya adalah siswa sekolah dan mahasiswa yang ingin mendapatkan utang ke bank untuk biaya sekolah dan kuliah.
Dalam setahun, para pelanggan NextGenVest bisa menghemat USD39 juta (Rp527 miliar) dan mendapatkan akses bantuan keuangan senilai USD2,7 miliar (Rp36 triliun).
Dalam kategori social entreprenuer lainnya ada Tenzin Seldon, 28, yang mendirikan Kinstep, aplikasi yang menyediakan pekerjaan bagi para imigran. Kinstep memberikan informasi tentang gaji dan majikan yang menerima imigran sebagai pekerjaannya. Seldon ingin aplikasinya itu bisa menekan eksploitasi buruh murah khusus bagi para migran.
Forbes 30 Under 30 juga mencari investor muda yang akan mengguncang masa depan. Kebangkitan Facebook dan Uber juga berkat investor cerdas yang mampu mendanai startup baru. Investor muda yang masuk dalam Forbes 30 Under 30 adalah Talia Goldberg. Dia merupakan wakil presiden di firma investasi tertua di AS, Bessemer Venture Partners.
Manan mahasiswi seni itu berani mengarahkan perusahaannya untuk berinvestasi di perusahaan pembayaran Korea bernama Toss dan startup pelayaran Shippo pada 2017. Selain Goldberg, Elizabeth Galbut, 28, mendirikan SoGal Ventures dan Pocket Sun pada 2016. Itu merupakan layanan pendanaan ruang asrama bagi mahasiswa yang didukung First Round Capital.
Brayton Williams, 28, mendirikan Boost VC, firma investasi, bersama Adam Draper yang telah berinvestasi pada lebih dari 200 perusahaan dengan fokus utama menggunakan mata uang digital.
(izz)