Tekan Biaya Produksi, Keuntungan Bank of America Makin Naik
A
A
A
BANK of America Corp mampu menundukkan ekspektasi banyak pihak yang awalnya pesimistis. Bank of America berhasil meraih keuntungan besar dengan kenaikan 15% pada kuartal ketiga tahun ini dan menempati posisi kedua sebagai bank peminjam terbesar di Amerika Serikat (AS). Kenaikan laba yang cukup besar tersebut tidak terlepas dari upaya Bank of America yang mampu menekan biaya produksi.
Performa tersebut mampu mengalahkan rival utamanya, JPMorgan Chase & Co serta Citigroup Inc, yang meraih kenaikan 7,1% dan 7,6% pada kuartal ketiga tahun ini. Prestasi itu merupakan hasil dari kebijakan CEO Bank of America Brian Moynihan yang memang mengutamakan penurunan biaya produksi. "Penurunan biaya pengeluaran kali ini terendah sejak kuartal keempat 2008," ungkap Moynihan, dilansir Reuters.
Keuntungan bersih Bank of America bagi pemegang saham meningkat menjadi USD5,12 miliar dari USD4,45 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan saham per lembar meningkat menjadi 48 sen dari 41 sen. Padahal, para analis memprediksi pendapatan saham Bank of America hanya 45 sen. "Bank of America lebih baik dibandingkan bank lain," demikian analis perbankan dari Instinet Steven Chubak.
Tak mengherankan jika pialang saham Warren Buffett dengan Berkshire Hathaway Inc menjadi pemilik saham terbesar Bank of America. Buffett memiliki 700 juta saham Bank of America atau 6,6%. Jumlah itu tiga kali lipat lebih besar investasinya pada bank tersebut dibandingkan enam tahun lalu. Kenapa? Itu menunjukkan kalau Buffett percaya kepada CEO Bank of America Brian Moynihan. Investasi Buffett digunakan Moynihan untuk memperkuat banknya di tengah isu krisis keuangan dan perumahan di AS.
"Pada 2011 kami menyambut Berkshire Hathaway sebagai salah satu pemegang saham," ujar Moynihan. "Kini kami mengapresiasi mereka sebagai pemegang saham terbesar kami," ujarnya.
Berkshire akan mengumpulkan USD336 juta dividen tahunan dari Bank of Amerika. Sementara itu, Moynihan mengungkapkan mata uang digital seperti bitcoin memicu kekhawatiran sebagian kalangan bagaimana melacak penggunaan dana ilegal. Karena itu, dia mengungkapkan sistem perbankan lebih aman dan lebih baik dalam melacak aktivi tas ilegal dibandingkan mata uang digital.
"Dengan sistem perbankan sekarang, otoritas bisa menggunakan data untuk melacak siapa yang terlibat dalam aktivitas ilegal," ungkap Moynihan, dilansir CNBC.
Dia mengungkapkan, otoritas perbankan di seluruh dunia harus mewaspadai peredaran mata uang digital tersebut. Kenapa publik perlu beralih ke bitcoin, padahal sistem perbankan lebih aman. Moynihan menjelaskan kalau institusi keuangan sudah menjadikan triliun dolar menjadi uang digital. Sementara mata uang digital tidak jelas siapa saja yang terlibat dalam transaksi. "Mata uang digital rawan digunakan untuk aksi terorisme," ujarnya.
Dalam isu Britain Exit (Brexit), Moynihan mengungkapkan bahwa Bank of America belum akan mengubah kebijakan berkaitan Brexit. Juli 2017 Bank of Amerika mengumumkan kalau Dublin akan menggantikan London sebagai kantor wilayah Eropa saat Inggris akan keluar Uni Eropa. Moynihan tidak mengikuti langkah Morgan Stanley dan Goldman Sachs Group Inc yang pindah ke Frankfurt. Moynihan mengungkapkan tidak ada yang istimewa tentang Brexit dalam sudut perspektif bisnis. "Tanpa Brexit di otak kita, kami akan tetap bekerja untuk para pelanggan kita," ujarnya.
Dia menjelaskan kebijakannya bertujuan untuk menghindari gangguan di pasar dan aliran aset klien di Bank of America. Pada era digital Bank of America juga fokus ke mobile banking dengan pertumbuhan mencapai dua digit. "Kami selalu berinvestasi di masa depan dengan lingkungan pertumbuhan yang lambat," ujarnya.
Moynihan mengungkapkan pengguna ponsel yang mengaplikasikan layanan Bank of America tumbuh menjadi 1,1 juta pada kuartal terakhir. Total pengguna mobile banking telah mencapai 21,5 juta. "Sangat penting bagi brand industri kami untuk tetap bergerak dan menunjukkan orang bahwa kami memainkan digital sebagai hal utama untuk membantu pertumbuhan ekonomi, membantu mengembangkan komunitas, membantu perusahaan bangkit, membantu memberdayakan masyarakat, dan membantu pelanggan untuk menabung," paparnya Moynihan.
Bank of America Corporation sebenarnya merupakan bank multi nasional yang berpusat di Charlotte, North Carolina. Dari segi aset, Bank of America merupakan bank terbesar kedua di AS. Pada 2016 Bank of America menjadi bank terbesar ke-26 di AS dalam segi pendapatan total. Pada 2016 Bank of America menduduki posisi ke-11 sebagai perusahaan terbesar di dunia versi Forbes. Hingga 31 Desember 2016 Bank of America menguasai 10,73% deposito di AS. Itu juga menjadi satu dari empat bank terbesar di AS bersama Citigroup, JPMorgan Chase, dan Wells Fargo. Bank of America beroperasi di 50 negara bagian AS dan lebih dari 40 negara dengan 46 juta pelanggan dan bisnis.
Performa tersebut mampu mengalahkan rival utamanya, JPMorgan Chase & Co serta Citigroup Inc, yang meraih kenaikan 7,1% dan 7,6% pada kuartal ketiga tahun ini. Prestasi itu merupakan hasil dari kebijakan CEO Bank of America Brian Moynihan yang memang mengutamakan penurunan biaya produksi. "Penurunan biaya pengeluaran kali ini terendah sejak kuartal keempat 2008," ungkap Moynihan, dilansir Reuters.
Keuntungan bersih Bank of America bagi pemegang saham meningkat menjadi USD5,12 miliar dari USD4,45 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan saham per lembar meningkat menjadi 48 sen dari 41 sen. Padahal, para analis memprediksi pendapatan saham Bank of America hanya 45 sen. "Bank of America lebih baik dibandingkan bank lain," demikian analis perbankan dari Instinet Steven Chubak.
Tak mengherankan jika pialang saham Warren Buffett dengan Berkshire Hathaway Inc menjadi pemilik saham terbesar Bank of America. Buffett memiliki 700 juta saham Bank of America atau 6,6%. Jumlah itu tiga kali lipat lebih besar investasinya pada bank tersebut dibandingkan enam tahun lalu. Kenapa? Itu menunjukkan kalau Buffett percaya kepada CEO Bank of America Brian Moynihan. Investasi Buffett digunakan Moynihan untuk memperkuat banknya di tengah isu krisis keuangan dan perumahan di AS.
"Pada 2011 kami menyambut Berkshire Hathaway sebagai salah satu pemegang saham," ujar Moynihan. "Kini kami mengapresiasi mereka sebagai pemegang saham terbesar kami," ujarnya.
Berkshire akan mengumpulkan USD336 juta dividen tahunan dari Bank of Amerika. Sementara itu, Moynihan mengungkapkan mata uang digital seperti bitcoin memicu kekhawatiran sebagian kalangan bagaimana melacak penggunaan dana ilegal. Karena itu, dia mengungkapkan sistem perbankan lebih aman dan lebih baik dalam melacak aktivi tas ilegal dibandingkan mata uang digital.
"Dengan sistem perbankan sekarang, otoritas bisa menggunakan data untuk melacak siapa yang terlibat dalam aktivitas ilegal," ungkap Moynihan, dilansir CNBC.
Dia mengungkapkan, otoritas perbankan di seluruh dunia harus mewaspadai peredaran mata uang digital tersebut. Kenapa publik perlu beralih ke bitcoin, padahal sistem perbankan lebih aman. Moynihan menjelaskan kalau institusi keuangan sudah menjadikan triliun dolar menjadi uang digital. Sementara mata uang digital tidak jelas siapa saja yang terlibat dalam transaksi. "Mata uang digital rawan digunakan untuk aksi terorisme," ujarnya.
Dalam isu Britain Exit (Brexit), Moynihan mengungkapkan bahwa Bank of America belum akan mengubah kebijakan berkaitan Brexit. Juli 2017 Bank of Amerika mengumumkan kalau Dublin akan menggantikan London sebagai kantor wilayah Eropa saat Inggris akan keluar Uni Eropa. Moynihan tidak mengikuti langkah Morgan Stanley dan Goldman Sachs Group Inc yang pindah ke Frankfurt. Moynihan mengungkapkan tidak ada yang istimewa tentang Brexit dalam sudut perspektif bisnis. "Tanpa Brexit di otak kita, kami akan tetap bekerja untuk para pelanggan kita," ujarnya.
Dia menjelaskan kebijakannya bertujuan untuk menghindari gangguan di pasar dan aliran aset klien di Bank of America. Pada era digital Bank of America juga fokus ke mobile banking dengan pertumbuhan mencapai dua digit. "Kami selalu berinvestasi di masa depan dengan lingkungan pertumbuhan yang lambat," ujarnya.
Moynihan mengungkapkan pengguna ponsel yang mengaplikasikan layanan Bank of America tumbuh menjadi 1,1 juta pada kuartal terakhir. Total pengguna mobile banking telah mencapai 21,5 juta. "Sangat penting bagi brand industri kami untuk tetap bergerak dan menunjukkan orang bahwa kami memainkan digital sebagai hal utama untuk membantu pertumbuhan ekonomi, membantu mengembangkan komunitas, membantu perusahaan bangkit, membantu memberdayakan masyarakat, dan membantu pelanggan untuk menabung," paparnya Moynihan.
Bank of America Corporation sebenarnya merupakan bank multi nasional yang berpusat di Charlotte, North Carolina. Dari segi aset, Bank of America merupakan bank terbesar kedua di AS. Pada 2016 Bank of America menjadi bank terbesar ke-26 di AS dalam segi pendapatan total. Pada 2016 Bank of America menduduki posisi ke-11 sebagai perusahaan terbesar di dunia versi Forbes. Hingga 31 Desember 2016 Bank of America menguasai 10,73% deposito di AS. Itu juga menjadi satu dari empat bank terbesar di AS bersama Citigroup, JPMorgan Chase, dan Wells Fargo. Bank of America beroperasi di 50 negara bagian AS dan lebih dari 40 negara dengan 46 juta pelanggan dan bisnis.
(amm)