Harga BBM Tak Lagi Selangit di Kabupaten Paling Timur Indonesia
A
A
A
PAPUA - Tanggal 20 November 2017 menjadi momentum sangat penting bagi masyarakat Oksibil, salah satu distrik sekaligus ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Pada hari tersebut, masyarakat di wilayah paling timur Indonesia itu akhirnya dapat menikmati bahan bakar minyak (BBM) dengan harga yang sama dengan wilayah lain.
Sebelumnya, BBM menjadi barang mahal bagi masyarakat di wilayah yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini itu. Untuk mendapatkan 1 liter bensin dan solar, warga harus merogoh kocek Rp50.000 hingga Rp80.000 per liter.
Belum lagi jika dalam kondisi tidak normal atau menjelang momentum penting seperti menjelang perayaan akhir tahun, harganya bisa selangit. Melalui program BBM Satu Harga, saat ini warga Oksibil dapat menikmati bensin premium dengan harga Rp6.450 dan solar Rp5.150 per liter.
Guna memastikan apakah penyaluran BBM berjalan sesuai harapan, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) melakukan pengawasan Program BBM Satu Harga di Oksibil. Komite BPH Migas Marwansyah Lobo Balia mengatakan, program BBM Satu Harga harus disertai dengan pengawasan dan koordinasi yang efektif.
"Tanpa pengawasan, ini akan kembali seperti sebelumnya," kata Lobo saat acara Koordinasi dan Pengawasan Program BBM Satu Harga di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Dia juga mengajak pemerintah daerah setempat untuk ikut aktif memantau penyaluran BBM Satu Harga. "Ini akan berjalan baik jika pemda melakukan (pengawasan-red) bersama-sama BPH Migas," ucapnya ditujukan kepada Bupati Oksibil, Costan Omteka yang menyambut kehadiran rombongan BPH Migas.
Lebih lanjut Lobo mengungkapkan pada tahun ini program BBM Satu Harga sudah berjalan di 54 daerah pelosok. Sejauh ini sudah sekitar 39-40 daerah yang terlaksana. "Sisanya masih ada empat atau lima daerah di Papua dan beberapa di pulau terluar, seperti Natuna," ucap Lobo yang hadir didampingi Kasubdit Pengawasan BBM Direktorat BBM BPH Migas, Putu Suardana.
Lobo turut meminta pemda tidak ragu melaporkan kepada BPH Migas jika menemukan penyimpangan dalam penyaluran BBM Satu Harga. "Lapor lah kepada kami jika ada yang menyimpang, " kata Lobo.
Sementara itu Bupati Oksibil, Costan Omteka mengakui Program BBM Satu Harga sangat membantu kehidupan warganya. Dia mengungkapkan sebelum ada penyalur BBM satu harga di wilayahnya, harga bensin mencapai Rp50.000-Rp80.000 per liter. "Bahkan pada kondisi di atas normal, harganya bisa mencapai Rp100.000-Rp150.000," katanya.
Dia berharap penyalur lancar menyalurkan BBM kepada masyarakat. Jangan sampai ada kelangkaan BBM atau ada permainan harga oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. "Kami, pemerintah bertugas untuk menjaga stabilitas harga, " ujarnya.
Sebelumnya, BBM menjadi barang mahal bagi masyarakat di wilayah yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini itu. Untuk mendapatkan 1 liter bensin dan solar, warga harus merogoh kocek Rp50.000 hingga Rp80.000 per liter.
Belum lagi jika dalam kondisi tidak normal atau menjelang momentum penting seperti menjelang perayaan akhir tahun, harganya bisa selangit. Melalui program BBM Satu Harga, saat ini warga Oksibil dapat menikmati bensin premium dengan harga Rp6.450 dan solar Rp5.150 per liter.
Guna memastikan apakah penyaluran BBM berjalan sesuai harapan, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) melakukan pengawasan Program BBM Satu Harga di Oksibil. Komite BPH Migas Marwansyah Lobo Balia mengatakan, program BBM Satu Harga harus disertai dengan pengawasan dan koordinasi yang efektif.
"Tanpa pengawasan, ini akan kembali seperti sebelumnya," kata Lobo saat acara Koordinasi dan Pengawasan Program BBM Satu Harga di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Dia juga mengajak pemerintah daerah setempat untuk ikut aktif memantau penyaluran BBM Satu Harga. "Ini akan berjalan baik jika pemda melakukan (pengawasan-red) bersama-sama BPH Migas," ucapnya ditujukan kepada Bupati Oksibil, Costan Omteka yang menyambut kehadiran rombongan BPH Migas.
Lebih lanjut Lobo mengungkapkan pada tahun ini program BBM Satu Harga sudah berjalan di 54 daerah pelosok. Sejauh ini sudah sekitar 39-40 daerah yang terlaksana. "Sisanya masih ada empat atau lima daerah di Papua dan beberapa di pulau terluar, seperti Natuna," ucap Lobo yang hadir didampingi Kasubdit Pengawasan BBM Direktorat BBM BPH Migas, Putu Suardana.
Lobo turut meminta pemda tidak ragu melaporkan kepada BPH Migas jika menemukan penyimpangan dalam penyaluran BBM Satu Harga. "Lapor lah kepada kami jika ada yang menyimpang, " kata Lobo.
Sementara itu Bupati Oksibil, Costan Omteka mengakui Program BBM Satu Harga sangat membantu kehidupan warganya. Dia mengungkapkan sebelum ada penyalur BBM satu harga di wilayahnya, harga bensin mencapai Rp50.000-Rp80.000 per liter. "Bahkan pada kondisi di atas normal, harganya bisa mencapai Rp100.000-Rp150.000," katanya.
Dia berharap penyalur lancar menyalurkan BBM kepada masyarakat. Jangan sampai ada kelangkaan BBM atau ada permainan harga oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. "Kami, pemerintah bertugas untuk menjaga stabilitas harga, " ujarnya.
(akr)