Arab Saudi dan Mesir Sepakat Bangun Kota Baru Senilai Rp137 Triliun
A
A
A
KAIRO - Arab Saudi dan Mesir sepakat untuk mengembangkan kota baru di Semenanjung Sinai, selatan Mesir dengan luas lahan mencapai 1.000 kilometer persegi alias 386 mil persegi. Mega proyek ini menelan dana hingga USD10 miliar atau setara Rp137,64 triliun. Estimasi kurs Rp13.764 per USD.
Mengutip dari CNBC, Senin (5/3/2018), kesepakatan ini diraih usai pertemuan Pangeran Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman al-Saud dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi di Kairo, Mesir, pada Minggu (4/3). Ini merupakan kunjungan publik pertama Pangeran Mohammed bin Salman ke luar negeri usai didaulat menjadi pewaris pada 2017 lalu.
Kesepakatan membangun kota baru ini datang tiga pekan menjelang pemilihan presiden di Mesir. Arab Saudi dinilai ingin mengamankan Sisi untuk masa jabatan kedua. Pemilihan ini mendapat perhatian, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, karena dianggap kurang demokratis.
Bulan Februari lewat, 14 kelompok hak asasi internasional dan Mesir menuduh Sisi telah "menginjak-injak" demokrasi dengan syarat yang minimum untuk pemilihan yang bebas dan adil.
Proyek kota baru di selatan Mesir ini, merupakan bagian dari mega city Arab Saudi yang disebut NEOM senilai USD500 miliar alias Rp688 triliun. NEOM berasal dari dua suku kata, yaitu bahasa Yunani untuk "neo" yang berarti baru dan bahasa Arab, "Mostaqbal" yang artinya masa depan.
Kota baru masa depan ini dirancang dengan 100% memanfaatkan energi terbarukan. Hal ini selaras dengan reformasi kerajaan yang tidak ingin mengandalkan ekonomi dari berbasis minyak mentah.
Proyek NEOM mencakup sekitar 10.230 mil persegi, yang terhubung dari Yordania hingga Mesir. Kerajaan Arab Saudi mengatakan bahwa industri seperti energi, air, bioteknologi, makanan, manufaktur, dan hiburan akan menjadi prioritas di kota baru ini.
Mengutip dari CNBC, Senin (5/3/2018), kesepakatan ini diraih usai pertemuan Pangeran Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman al-Saud dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi di Kairo, Mesir, pada Minggu (4/3). Ini merupakan kunjungan publik pertama Pangeran Mohammed bin Salman ke luar negeri usai didaulat menjadi pewaris pada 2017 lalu.
Kesepakatan membangun kota baru ini datang tiga pekan menjelang pemilihan presiden di Mesir. Arab Saudi dinilai ingin mengamankan Sisi untuk masa jabatan kedua. Pemilihan ini mendapat perhatian, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, karena dianggap kurang demokratis.
Bulan Februari lewat, 14 kelompok hak asasi internasional dan Mesir menuduh Sisi telah "menginjak-injak" demokrasi dengan syarat yang minimum untuk pemilihan yang bebas dan adil.
Proyek kota baru di selatan Mesir ini, merupakan bagian dari mega city Arab Saudi yang disebut NEOM senilai USD500 miliar alias Rp688 triliun. NEOM berasal dari dua suku kata, yaitu bahasa Yunani untuk "neo" yang berarti baru dan bahasa Arab, "Mostaqbal" yang artinya masa depan.
Kota baru masa depan ini dirancang dengan 100% memanfaatkan energi terbarukan. Hal ini selaras dengan reformasi kerajaan yang tidak ingin mengandalkan ekonomi dari berbasis minyak mentah.
Proyek NEOM mencakup sekitar 10.230 mil persegi, yang terhubung dari Yordania hingga Mesir. Kerajaan Arab Saudi mengatakan bahwa industri seperti energi, air, bioteknologi, makanan, manufaktur, dan hiburan akan menjadi prioritas di kota baru ini.
(ven)