Antusias Tinggi, Delegasi IMF-WB 2018 Kehabisan Tiket Pesawat

Selasa, 13 Maret 2018 - 19:25 WIB
Antusias Tinggi, Delegasi...
Antusias Tinggi, Delegasi IMF-WB 2018 Kehabisan Tiket Pesawat
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan delegasi negara yang akan hadir dalam pertemuan tahunan (Annual Meetings) International Monetary Fund (IMF)-World Bank di Bali pada Oktober 2018 mendatang, kehabisan tiket pesawat.

Tingginya antusias membuat tiket pesawat untuk kelas bisnis dan first class ke Bali sudah ludes terjual di semua maskapai.

Keterangan Luhut, pertemuan akbar tersebut akan dihadiri sekitar 20.000 peserta. Mereka yang hadir merupakan delegasi negara dari kaum jetset yang kerap menggunakan pesawat first class.

"Dari Washington, mereka sudah menjelaskan bahwa mereka kekurangan seat untuk business dan first class. Karena mereka jalan ke sini itu tidak seperti kita pakai economic class," katanya di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Selasa (13/3/2018).

Oleh sebab itu, pemerintah akan bekerja sama dengan beberapa maskapai seperti Garuda Indonesia, Batik Air, ataupun Singapore Airlines untuk mempersiapkan penerbangan tambahan (extra flight) pada periode tersebut. Selain itu, pemerintah juga akan bekerja sama dengan pihak terkait untuk pengaturan slot tambahan tersebut.

"Bayangkan sekitar 20 ribu orang datang dalam satu minggu. Jadi kami hubungi Garuda, Batik Air, Singapore Airlines dan maskapai lainnya. Concern kami soal slotnya, bagaimana mengatur slotnya dan menggunakan pesawat wide body," imbuh.

Tidak hanya pesawat, sambung mantan Menkopolhukam ini, 21 hotel mewah di Bali pun telah terisi penuh (full boked) untuk periode Oktober 2018. "Kita sedang atur lagi. Kami melihat mungkin bisa 20 ribu lebih yang datang," tuturnya.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara menambahkan Indonesia akan sangat diuntungkan dengan penyelenggaraan Annual Meetings IMF-World Bank 2018. Sebab, peserta yang hadir dalam pertemuan tahunan tersebut adalah para pejabat negara dan kaum nomor wahid, yang bisa membelanjakan sekitar USD30 juta hanya untuk penginapan.

"12 ribu sampai 15 ribu peserta yang datang mereka bukan backpacker tapi orang yang mungkin kartu kreditnya saja dititipkan ke orang lain. Kalau mereka belanja setidaknya USD30 juta hanya untuk penginapan. Mereka kalau malam tinggalnya di Nusa Dua tapi makan malamnya di tempat lain. Jadi semua manfaatnya kembali ke kita," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0700 seconds (0.1#10.140)