Industri Perawatan dan Perbaikan Pesawat Makin Digenjot

Senin, 16 April 2018 - 04:10 WIB
Industri Perawatan dan Perbaikan Pesawat Makin Digenjot
Industri Perawatan dan Perbaikan Pesawat Makin Digenjot
A A A
JAKARTA - Pemerintah sedang mendorong tumbuhnya industri maintenance, repair, and overhaul (MRO) di Indonesia. Hal ini lantaran masih banyak potensi pengembangan sektor ini yang diintegrasikan dengan beberapa bandara di dalam negeri. Pesatnya pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia membuka peluang usaha cukup besar pada industri perawatan dan perbaikan pesawat atau disebut MRO.

"Harusnya Indonesia punya daya saing tinggi dan ini menjadi peluang besar kita, dengan banyak jumlah bandara. Karena, kalau ada pesawat dari luar negeri yang rusak, bisa dirawat oleh pekerja kita," ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto pada kunjungan ke di Batam, Kepulauan Riau, akhir pekan lalu.

(Baca Juga: Potensi Bisnis Industri MRO Nasional Diproyeksi USD2,2 Miliar
Sambung Airlangga, industri penerbangan dalam negeri terus berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini diindikasikan dengan kenaikan jumlah lalu lintas udara, baik penumpang maupun untuk arus barang.

“Pertumbuhan jumlah penumpang udara domestik meningkat rata-rata 15% per tahun selama 10 tahun terakhir, sedangkan jumlah penumpang udara internasional naik hingga sekitar 8% dan Indonesia adalah merupakan negara terbesar ketiga di Asia dalam pembelian pesawat udara setelah China dan India," ungkapnya.

Ke depannya, bisnis industri MRO juga cukup menjanjikan seiring meningkatnya sektor pariwisata dan perekonomian di Tanah Air. "Adanya industri perawatan pesawat bisa menurunkan biaya dari industri penerbangan, salah satunya biaya impor komponen pesawat," kata Airlangga.

Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan, pihaknya sedang fokus menjalankan masterplan bisnis MRO termasuk pengembangan sumber daya manusia di Batam Aero Technic (BAT). Sejak beroperasi pada 2014, dari lima tahap pengembangan BAT, perusahaan sudah merampungkan satu tahap.

"Tahap pertama sudah difungsikan 4 hektare, dan untuk tahap kedua adalah 3 hektare. Pada tahap kedua akan dibangun hanggar untuk aircraft painting sebanyak dua unit, warehouse, dan avionic shop," ujarnya.

Edward menuturkan, dengan area yang telah terbangun seluas 4 hektare, saat ini hangar sudah bisa menampung 12 pesawat narrow body (berbadan ramping) atau empat pesawat berbadan besar secara simultan. Pihaknya menargetkan perluasan fasilitas BAT hingga tahap ketiga akan rampung pada tahun 2019 dengan kemampuan memperbaiki sebanyak 38 pesawat sekaligus.

"Tahap kelima akan selesai pada tahun 2022. Jumlah pekerjanya kalau sudah tiga shift kurang lebih 10.000 orang," ungkap Edward

Selain itu, perusahaan sudah melakukan kerja sama dengan Pemerintah Kota Batam untuk membangun politeknik aviasi. Total nilai investasi pengembangan BAT ini diperkirakan mencapai Rp8-9 triliun.

Edward menambahkan, perluasan fasilitas MRO bertujuan untuk menangani sekitar 250 unit pesawat yang dimilikinya. Apalagi, Lion berencana mendatangkan sekitar 700 unit pesawat berbagai jenis, seperti pesawat ATR, Boeing, dan Airbus untuk melayani rute domestik maupun internasional. "Adanya fasilitas pengetesan pesawat, membuat MRO milik Lion Group menjadi yang tercanggih dan satu-satunya di Asia," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7089 seconds (0.1#10.140)