Setiap Momen Bisa Jadi Ajang Silaturahmi
A
A
A
DALAM perjalanan hidup Presiden Direktur dan CEO PT ISS Indonesia Elisa Lumbantoruan, semua momen adalah penting. Karena itu, filosofi hidupnya mengalir seperti air di sungai. Dia mengaku sejak dahulu tidak pernah merencanakan sesuatu secara matang karena semua yang terjadi telah diatur. "Ke mana pun arahnya, yakinlah itu yang terbaik," ujar pria kelahiran Tapanuli Utara itu.
Dia mencontohkan tahun 2003 silam saat dia sudah memutuskan akan pensiun total setelah berkarier hingga usia 53 tahun. Dia merasa uang cukup untuk menghabiskan masa pensiunnya dengan bermain golf keliling dunia dan berlibur. Namun, semuanya berubah seketika saat diketa hui ada penyumbatan pembuluh darah. "Saya harus pasang ring. Buyarlah impian main golf di setiap benua. Pola hidup berubah, pola makan diganti, harus jalan kaki teratur. Semua berubah," tuturnya.
Lalu, momen lainnya juga turut memengaruhi pada 2014 saat dua adiknya meninggal dunia karena serangan jantung dan kanker. Rentetan kejadian ini membuat dia berpikir ulang tentang hidup. Pria kelahiran 19 Juli 1960 ini sadar telah diberi waktu yang lebih panjang. Maknanya, ada sesuatu yang lebih besar untuk dilakukan daripada sekadar main golf di luar negeri.
"Sisa hidup saya harus bekerja dan berarti untuk banyak orang. Meskipun ada beberapa perusahaan yang menawarkan posisi, saya tetap tidak tergerak. Karena tidak ada yang memberi makna lebih besar dari yang saya lakukan di ISS ini," ucapnya.
Bicara soal keluarga, alumnus Institut Teknologi Bandung itu mengaku tetap rajin menghubungi keluarga dengan mengandalkan teknologi. Saat ini Elisa lebih sering tinggal di apartemen di dekat kantor di kawasan Bintaro dibandingkan di rumahnya di Bogor. Komunikasi dengan sang anak yang tengah kuliah di Belanda juga tetap lancar. Kunci komunikasi menurutnya adalah memahami apa yang mereka butuhkan dari diri kita. "Kita harus hadir saat dibutuhkan. Tidak peduli apakah dengan keluarga atau siapa pun," ujarnya.
Dalam mencari refreshing, dia mengaku sangat mudah. Menurutnya, di ISS semuanya refreshing. Dia mencontohkan, saat makan siang di suatu mal biasanya bertemu dengan pegawai ISS. Lalu, mereka akan minta foto bareng. Begitu pun saat bersama keluarga di rumah sakit, lalu bertemu petugas ISS, seketika jadi momen silaturahmi.
"Saya tidak pisahkan atau bedakan kegiatan. Saya adalah orang yang sama dalam lingkungan yang berbeda. Kalau sedang jalan bersama keluarga, ya kenalkan keluarga saya kepada karyawan. Kalau saya ngobrol dengan karyawan, pasti membuat mereka sangat senang," tuturnya.
Dia mencontohkan tahun 2003 silam saat dia sudah memutuskan akan pensiun total setelah berkarier hingga usia 53 tahun. Dia merasa uang cukup untuk menghabiskan masa pensiunnya dengan bermain golf keliling dunia dan berlibur. Namun, semuanya berubah seketika saat diketa hui ada penyumbatan pembuluh darah. "Saya harus pasang ring. Buyarlah impian main golf di setiap benua. Pola hidup berubah, pola makan diganti, harus jalan kaki teratur. Semua berubah," tuturnya.
Lalu, momen lainnya juga turut memengaruhi pada 2014 saat dua adiknya meninggal dunia karena serangan jantung dan kanker. Rentetan kejadian ini membuat dia berpikir ulang tentang hidup. Pria kelahiran 19 Juli 1960 ini sadar telah diberi waktu yang lebih panjang. Maknanya, ada sesuatu yang lebih besar untuk dilakukan daripada sekadar main golf di luar negeri.
"Sisa hidup saya harus bekerja dan berarti untuk banyak orang. Meskipun ada beberapa perusahaan yang menawarkan posisi, saya tetap tidak tergerak. Karena tidak ada yang memberi makna lebih besar dari yang saya lakukan di ISS ini," ucapnya.
Bicara soal keluarga, alumnus Institut Teknologi Bandung itu mengaku tetap rajin menghubungi keluarga dengan mengandalkan teknologi. Saat ini Elisa lebih sering tinggal di apartemen di dekat kantor di kawasan Bintaro dibandingkan di rumahnya di Bogor. Komunikasi dengan sang anak yang tengah kuliah di Belanda juga tetap lancar. Kunci komunikasi menurutnya adalah memahami apa yang mereka butuhkan dari diri kita. "Kita harus hadir saat dibutuhkan. Tidak peduli apakah dengan keluarga atau siapa pun," ujarnya.
Dalam mencari refreshing, dia mengaku sangat mudah. Menurutnya, di ISS semuanya refreshing. Dia mencontohkan, saat makan siang di suatu mal biasanya bertemu dengan pegawai ISS. Lalu, mereka akan minta foto bareng. Begitu pun saat bersama keluarga di rumah sakit, lalu bertemu petugas ISS, seketika jadi momen silaturahmi.
"Saya tidak pisahkan atau bedakan kegiatan. Saya adalah orang yang sama dalam lingkungan yang berbeda. Kalau sedang jalan bersama keluarga, ya kenalkan keluarga saya kepada karyawan. Kalau saya ngobrol dengan karyawan, pasti membuat mereka sangat senang," tuturnya.
(amm)