Percepat UMKM Naik Kelas, Kemenkop UKM Gelar Pelatihan E-Dagang
A
A
A
SURAKARTA - Pemasaran dan penjuaan secara on line (daring) makin memudahkan dunia perdagangan berkembang pesat karena mampu menjangkau pasar seluas-luasnya. Karena itu Kementerian Koperasi dan UKM mendorong pelaku usaha KUMKM (Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah) memanfaatkan e-commerce atau elektronik dagang (e-dagang) sebagai sarana pemasaran produknya.
"Dengan e-commerce, kita sama saja dengan membuka cabang di banyak tempat sekaligus, jadi lebih efisien, dan praktis," ujar Asisten Deputi Bidang Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM, Ir Herustiati, saat memberikan sambutan sekaligus membuka Bimbingan Penerapan E-Commerce Pemasaran Produk KUMKM, di Surakarta, Kamis (2/4/2018).
Bimbingan penerapan e-dagang itu diikuti sekitar 100 pelaku KUMKM di Surakarta. Selain pelatihan e-dagang, dilakukan bimbingan pengembangan desain produk kriya KUMKM.
Herustiati merasa surprise dengan tingginya minat pelaku KUMKM dalam mengikuti bimbingan e-commerce ini. "Ini menunjukkan e-commerce sudah menjadi kebutuhan pelaku KUMKM dalam mengembangkan usahanya, tinggal bagaimana kita meningkatkan kapasitas SDM para pelaku UMKM ini khususnya di e-commerce ini," katanya.
Herustiati menegaskan, meski penetrasi pemasaran melalui daring sangat penting, namun pelaku KUMKM diminta juga memperhatikan sisi hulunya dalam hal ini proses produksi. Pasalnya, e-dagang akan percuma jika pelaku KUMKM tidak menjaga kualitas produk jualannya.
Karena itu menurutnya, dalam konteks UKM naik kelas, harus ada pembinaan secara menyeluruh, dimulai dari hulu, tengah, sampai hilir.
"Kementerian Koperasi dan UKM khususnya di bidang pemasaran memiliki beberapa strategi dalam membina dan mengembangkan KUMKM dari hulu sampai hilir," katanya.
Herustiati menjelaskan, di bagian hulu, pembinaan dilakukan mulai dari kualitas, keberlanjutan (kontinuitas), dan kapasitas produksi. Selain itu mutu desain, inovasi teknologi, sampai pengemasan (packaging).
Di bagian tengah (middle), Kementerian Koperasi dan UKM membimbing KUMKM untuk bisa mengakses pembiayaan produktif dari lembaga keuangan maupun KSP (Koperasi simpan Pinjam). Pembinaan di middle juga mencakup pembedayaan KUMKM, sertifikasi dan standisasi produk, hak merek dan hak cipta.
Di bagian hilir, menurutnya Kemenkop dan UKM menfasilitasi KUMKM dalam hal promosi produk, baik didalam maupun luar negeri, melalui pameran.
Herustiati menambahkan, saat ini UMKM yang sudah go online mencapai 4 juta pelaku, atau masih sekitar separuh dari target pemerintah, 8 juta UMKM go online di 2019. Ia optimis bila semua pihak melakukan kerja bareng dalam mengangkat UMKM untuk go online, target itu akan tercapai.
Jejaring Pasar
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta, Nur Haryani SE, MM mengatakan, pelaku KUMKM kota Surakarta membutuhkan jejaring pasar yang lebih luas, dan itu bisa didapatkan di e-dagang.
Menurutnya, Surakarta memiliki sekitar 3.000 jenis produk UMKM di mana belum seluruhnya menggunakan e-dagang. "Mungkin baru 40 % saja yang sudah go online, namun pelaku UMKM di sini sudah merasa e-dagang merupakan suatu kebutuhan," katanya.
Selain jejaring pasar, pelaku UMKM juga membutuhkan pendampingan, baik dari proses di hulu sampai ke hilir. "Dengan jumlah penduduk mendekati 600 ribu, dan luas kota Surakarta hanya 46 km2, e-commerce menjadi solusi agar UMKM di Surakarta bisa memasarkan produknya baik di dalam maupun luar negeri," pungkasnya.
"Dengan e-commerce, kita sama saja dengan membuka cabang di banyak tempat sekaligus, jadi lebih efisien, dan praktis," ujar Asisten Deputi Bidang Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM, Ir Herustiati, saat memberikan sambutan sekaligus membuka Bimbingan Penerapan E-Commerce Pemasaran Produk KUMKM, di Surakarta, Kamis (2/4/2018).
Bimbingan penerapan e-dagang itu diikuti sekitar 100 pelaku KUMKM di Surakarta. Selain pelatihan e-dagang, dilakukan bimbingan pengembangan desain produk kriya KUMKM.
Herustiati merasa surprise dengan tingginya minat pelaku KUMKM dalam mengikuti bimbingan e-commerce ini. "Ini menunjukkan e-commerce sudah menjadi kebutuhan pelaku KUMKM dalam mengembangkan usahanya, tinggal bagaimana kita meningkatkan kapasitas SDM para pelaku UMKM ini khususnya di e-commerce ini," katanya.
Herustiati menegaskan, meski penetrasi pemasaran melalui daring sangat penting, namun pelaku KUMKM diminta juga memperhatikan sisi hulunya dalam hal ini proses produksi. Pasalnya, e-dagang akan percuma jika pelaku KUMKM tidak menjaga kualitas produk jualannya.
Karena itu menurutnya, dalam konteks UKM naik kelas, harus ada pembinaan secara menyeluruh, dimulai dari hulu, tengah, sampai hilir.
"Kementerian Koperasi dan UKM khususnya di bidang pemasaran memiliki beberapa strategi dalam membina dan mengembangkan KUMKM dari hulu sampai hilir," katanya.
Herustiati menjelaskan, di bagian hulu, pembinaan dilakukan mulai dari kualitas, keberlanjutan (kontinuitas), dan kapasitas produksi. Selain itu mutu desain, inovasi teknologi, sampai pengemasan (packaging).
Di bagian tengah (middle), Kementerian Koperasi dan UKM membimbing KUMKM untuk bisa mengakses pembiayaan produktif dari lembaga keuangan maupun KSP (Koperasi simpan Pinjam). Pembinaan di middle juga mencakup pembedayaan KUMKM, sertifikasi dan standisasi produk, hak merek dan hak cipta.
Di bagian hilir, menurutnya Kemenkop dan UKM menfasilitasi KUMKM dalam hal promosi produk, baik didalam maupun luar negeri, melalui pameran.
Herustiati menambahkan, saat ini UMKM yang sudah go online mencapai 4 juta pelaku, atau masih sekitar separuh dari target pemerintah, 8 juta UMKM go online di 2019. Ia optimis bila semua pihak melakukan kerja bareng dalam mengangkat UMKM untuk go online, target itu akan tercapai.
Jejaring Pasar
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta, Nur Haryani SE, MM mengatakan, pelaku KUMKM kota Surakarta membutuhkan jejaring pasar yang lebih luas, dan itu bisa didapatkan di e-dagang.
Menurutnya, Surakarta memiliki sekitar 3.000 jenis produk UMKM di mana belum seluruhnya menggunakan e-dagang. "Mungkin baru 40 % saja yang sudah go online, namun pelaku UMKM di sini sudah merasa e-dagang merupakan suatu kebutuhan," katanya.
Selain jejaring pasar, pelaku UMKM juga membutuhkan pendampingan, baik dari proses di hulu sampai ke hilir. "Dengan jumlah penduduk mendekati 600 ribu, dan luas kota Surakarta hanya 46 km2, e-commerce menjadi solusi agar UMKM di Surakarta bisa memasarkan produknya baik di dalam maupun luar negeri," pungkasnya.
(akn)