Sri Mulyani: Stabilitas Ekonomi Indonesia Masih Terjaga
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, stabilitas perekonomian Indonesia hingga semester I/2018 masih terjaga. Pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,27% yang merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2014.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ini disumbangkan oleh permintaan konsumsi dan investasi. Selain itu dari kegiatan pemerintah dan juga ekspor, meski impor meningkat.
"Stabilitas ekonomi masih terjaga, inflasi Juli sebesar 3,18%, sehingga kumulatif inflasi 2,18%. Realisasi ini lebih rendah dari 2,60% periode yang sama tahun lalu. Kita punya stabilitas harga baik," ujarnya di Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Sri Mulyani menjelaskan, jika melihat dari lingkungan global muncul dinamika yang cukup tinggi. Nilai tukar rupiah pun terimbas kondisi eksternal tersebut.
Untuk nilai tukar, sampai semester I/2018 berada di level Rp13.855 per USD. Sementara suku bunga rata-rata untuk satu semester masih 4,57%, angka ini lebih rendah dari periode sama tahun 2017 yang mencapai 5,07%.
"Ini suatu pencapaian yang berarti karena suku bunga global naik tajam dan adanya fluktuasi global," katanya.
Selain itu, Sri Mulyani menambahkan, harga minyak mentah per 31 Juli 2018 tercatat USD67 per barel dengan lifting 771 ribu barel per hari atau lebih rendah dari APBN yang 800 ribu barel per hari. Kemudian, lifting gas 1.146 ribu barel setara minyak per hari atau lebih rendah dari APBN yang 1.200 ribu barel setara minyak per hari.
"Dengan kondisi makro itu realisasi APBN sampai 31 Juli 2018 masih sangat positif," pungkasnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ini disumbangkan oleh permintaan konsumsi dan investasi. Selain itu dari kegiatan pemerintah dan juga ekspor, meski impor meningkat.
"Stabilitas ekonomi masih terjaga, inflasi Juli sebesar 3,18%, sehingga kumulatif inflasi 2,18%. Realisasi ini lebih rendah dari 2,60% periode yang sama tahun lalu. Kita punya stabilitas harga baik," ujarnya di Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Sri Mulyani menjelaskan, jika melihat dari lingkungan global muncul dinamika yang cukup tinggi. Nilai tukar rupiah pun terimbas kondisi eksternal tersebut.
Untuk nilai tukar, sampai semester I/2018 berada di level Rp13.855 per USD. Sementara suku bunga rata-rata untuk satu semester masih 4,57%, angka ini lebih rendah dari periode sama tahun 2017 yang mencapai 5,07%.
"Ini suatu pencapaian yang berarti karena suku bunga global naik tajam dan adanya fluktuasi global," katanya.
Selain itu, Sri Mulyani menambahkan, harga minyak mentah per 31 Juli 2018 tercatat USD67 per barel dengan lifting 771 ribu barel per hari atau lebih rendah dari APBN yang 800 ribu barel per hari. Kemudian, lifting gas 1.146 ribu barel setara minyak per hari atau lebih rendah dari APBN yang 1.200 ribu barel setara minyak per hari.
"Dengan kondisi makro itu realisasi APBN sampai 31 Juli 2018 masih sangat positif," pungkasnya.
(ven)