Stok Bawang Merah dan Cabai Melimpah, Petani dan Kosumen Tak Saling Rugi
A
A
A
JAKARTA - Komoditas bawang merah dan cabai sejak Idul Adha lalu, dikabarkan cukup melimpah stoknya. Kondisi itu membuat harga bawang merah dan aneka cabai turun di pasar ritel dan induk, khususnya di Jakarta.
Menanggapi hal ini, anggota Komisi IV DPR Rahmat Hamka mengemukakan, diperlukan pengendalian produksi dan pengelolaan distribusi komoditas bawang merah dan cabai sehingga tidak terjadi saling merugikan di antara konsumen dan petani.
"Bahwa para petani kan harus dikelola waktu tanamnya kemudian pemasok produksinya. Pengendalian produksi maksudnya bahwa adanya harga yang pantas dan layak," ujar Rahmat di Jakarta, Sabtu (15/9/2018).
Sedangkan terhadap konsumen agar harga bawang merah dan aneka jenis cabai tetap terjangkau karena harga yang turun, menurut Rahmat, mulai dilakukannya penataan distribusi pasca produksi dengan cara lain terhadap dua komoditas pertanian tersebut.
Dengan begitu, Ia berharap, setok bawang merah dan aneka jenis cabai tetap terjaga di pasaran untuk konsumsi masyarakat.
Rahmat mengimbau, petani bawang merah dan cabai sudah dapat bersinergi dengan stakeholder atau industri komoditas pertanian tersebut supaya terjamin harga produksi mereka sebab ada penampungnya.
Rahmat beranggapan, saat ini kemampuan pengelolaan dan berproduksinya petani bawang merag dan cabai telah cukup bagus. Hanya diperlukan sedikit lagi manajerial agar muncul angka kewajaran antara petani dan konsumen.
"Jadi petani juga semangat, para konsumen juga masih dapat menjangkau harga dan pabrikan juga mendapat suplai yang relatif stabil," ucap Rahmat.
Rahmat mengatakan, mulai dari pengendalian produksi serta distribusi hingga manajerial komoditas bawang merah dan cabai, memerlukan peranan pemerintah daerah, tidak hanya instansi pusat melalui Kementerian Pertanian.
"Bagaimana petani jangan disuruh berpikir menjual produksinya. Kalau ada 1 unit atau badan yang mengelola produksi dan distribusinya. Sehingga tidak terombang ambing oleh harga," ujar Rahmat.
Rahmat menuturkan, soal pengendalian produksi komoditas pertanian, seperti bawang merah dan aneka jenis cabai, tak bisa hanya dilakukan sepihak saja, misalnya Kementerian Pertanian.
Namun perlu ditunjang dengan regulasi, kebijakan maupun bantuan pertanian kepada petani agar tidak banyak mengeluarkan biaya operasional. Lainnya, kata Rahmat, petani perlu dihimpun dalam suatu wadah supaya bisa ikut menentukan harga, bukan sekadar keinginan pedagang.
Melimpahnya ketersediaan komoditas bawang merah dan cabai di pasaran diketahui juga membuat dampak menurunnya keuntungan pendapatan petani. Kalangan petani di berbagai daerah menganggap bahwa ongkos produksi dan penjualan tak setara.
Menanggapi hal ini, anggota Komisi IV DPR Rahmat Hamka mengemukakan, diperlukan pengendalian produksi dan pengelolaan distribusi komoditas bawang merah dan cabai sehingga tidak terjadi saling merugikan di antara konsumen dan petani.
"Bahwa para petani kan harus dikelola waktu tanamnya kemudian pemasok produksinya. Pengendalian produksi maksudnya bahwa adanya harga yang pantas dan layak," ujar Rahmat di Jakarta, Sabtu (15/9/2018).
Sedangkan terhadap konsumen agar harga bawang merah dan aneka jenis cabai tetap terjangkau karena harga yang turun, menurut Rahmat, mulai dilakukannya penataan distribusi pasca produksi dengan cara lain terhadap dua komoditas pertanian tersebut.
Dengan begitu, Ia berharap, setok bawang merah dan aneka jenis cabai tetap terjaga di pasaran untuk konsumsi masyarakat.
Rahmat mengimbau, petani bawang merah dan cabai sudah dapat bersinergi dengan stakeholder atau industri komoditas pertanian tersebut supaya terjamin harga produksi mereka sebab ada penampungnya.
Rahmat beranggapan, saat ini kemampuan pengelolaan dan berproduksinya petani bawang merag dan cabai telah cukup bagus. Hanya diperlukan sedikit lagi manajerial agar muncul angka kewajaran antara petani dan konsumen.
"Jadi petani juga semangat, para konsumen juga masih dapat menjangkau harga dan pabrikan juga mendapat suplai yang relatif stabil," ucap Rahmat.
Rahmat mengatakan, mulai dari pengendalian produksi serta distribusi hingga manajerial komoditas bawang merah dan cabai, memerlukan peranan pemerintah daerah, tidak hanya instansi pusat melalui Kementerian Pertanian.
"Bagaimana petani jangan disuruh berpikir menjual produksinya. Kalau ada 1 unit atau badan yang mengelola produksi dan distribusinya. Sehingga tidak terombang ambing oleh harga," ujar Rahmat.
Rahmat menuturkan, soal pengendalian produksi komoditas pertanian, seperti bawang merah dan aneka jenis cabai, tak bisa hanya dilakukan sepihak saja, misalnya Kementerian Pertanian.
Namun perlu ditunjang dengan regulasi, kebijakan maupun bantuan pertanian kepada petani agar tidak banyak mengeluarkan biaya operasional. Lainnya, kata Rahmat, petani perlu dihimpun dalam suatu wadah supaya bisa ikut menentukan harga, bukan sekadar keinginan pedagang.
Melimpahnya ketersediaan komoditas bawang merah dan cabai di pasaran diketahui juga membuat dampak menurunnya keuntungan pendapatan petani. Kalangan petani di berbagai daerah menganggap bahwa ongkos produksi dan penjualan tak setara.
(ven)