Harga Minyak Jatuh Sekitar 1% Akibat Curamnya Wall Street
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah turun sekitar 1% pada perdagangan Kamis (25/10/2018), akibat tekanan dari aksi jual nan tajam di pasar saham global, dimana Wall Street membukukan penurunan harian terbesar sejak 2011.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent International diperdagangkan turun 75 sen atau 1% menjadi USD75,42 per barel pada pukul 00:43 GMT. Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) rugi 59 sen alias 0,9% ke level USD66,23 per barel.
"Harga minyak hari ini jatuh akibat tekanan aksi jual yang ekstrem. Aksi jual yang tajam di pasar saham (Wall Street) memicu kekhawatiran atas kemungkinan penurunan pertumbuhan permintaan minyak," ulas Lukman Otunuga, analis di bursa berjangka FXTM di Singapura.
Pasar telah terpukul keras pada Oktober ini akibat beragam kekhawatiran, mulai dari ketegangan perdagangan AS-China, kekalahan mata uang pasar negara berkembang, meningkatnya biaya pinajaman dan turunnya imbal hasil obligasi di AS, serta kekhawatiran ekonomi di Italia.
Konsidi ini membuat pasar minyak, terutama WTI telah jatuh hampir 10% sepanjang Oktober 2018, sementara Brent telah turun hampir 9% di bulan ini. Pasar minyak diperkirakan bergejolak kembali menjelang sanksi AS terhadap ekspor minyak mentah Iran yang dimulai pada 4 November besok.
Menghadapi kekhawatiran berkurangnya pasokan, Amerika Serikat kini sedang meningkatkan produksi dan penyimpanan minyak mentah mereka. Administrasi Informasi Energi menyebut stok minyak mentah komersial AS naik lima minggu beruntun, dengan total menjadi 422,79 juta per barel.
Sedangkan produksi tetap bertahan di angka 10,9 juta barel per hari, sedikit dibawah rekor 11,2 juta barel yang tercapai pada awal Oktober ini.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent International diperdagangkan turun 75 sen atau 1% menjadi USD75,42 per barel pada pukul 00:43 GMT. Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) rugi 59 sen alias 0,9% ke level USD66,23 per barel.
"Harga minyak hari ini jatuh akibat tekanan aksi jual yang ekstrem. Aksi jual yang tajam di pasar saham (Wall Street) memicu kekhawatiran atas kemungkinan penurunan pertumbuhan permintaan minyak," ulas Lukman Otunuga, analis di bursa berjangka FXTM di Singapura.
Pasar telah terpukul keras pada Oktober ini akibat beragam kekhawatiran, mulai dari ketegangan perdagangan AS-China, kekalahan mata uang pasar negara berkembang, meningkatnya biaya pinajaman dan turunnya imbal hasil obligasi di AS, serta kekhawatiran ekonomi di Italia.
Konsidi ini membuat pasar minyak, terutama WTI telah jatuh hampir 10% sepanjang Oktober 2018, sementara Brent telah turun hampir 9% di bulan ini. Pasar minyak diperkirakan bergejolak kembali menjelang sanksi AS terhadap ekspor minyak mentah Iran yang dimulai pada 4 November besok.
Menghadapi kekhawatiran berkurangnya pasokan, Amerika Serikat kini sedang meningkatkan produksi dan penyimpanan minyak mentah mereka. Administrasi Informasi Energi menyebut stok minyak mentah komersial AS naik lima minggu beruntun, dengan total menjadi 422,79 juta per barel.
Sedangkan produksi tetap bertahan di angka 10,9 juta barel per hari, sedikit dibawah rekor 11,2 juta barel yang tercapai pada awal Oktober ini.
(ven)