Harga Minyak Dunia Jatuh Terseret Pelemahan Pasar Saham Global
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak dunia jatuh pada perdagangan, Selasa (30/10/2018) terserat, kelanjutan tren pelemahan pasar saham global. Selanjutnya sentimen negatif datang dari tanda-tanda peningkatan pasokan global, meskipun sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap ekspor minyak mentah Iran akan segera diterapkan.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent untuk bulan depan, diperdagangkan ke level USD76,78 per barel pada pukul 00.40 GMT. Hal ini menandai penurunan mencapai sebesar 56 sen atau setara dengan 0,8% dibandingkan sesi penutupan terakhir.
Sementara harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi USD66,78 per barel usai menyusut 26 sen atau 0,4% dari sebelumnya. Harga minyak telah terperangkap oleh kemerosotan pasar keuangan yang meluas pada bulan ini.
Ditambah pasar saham kembali terkapar pada awal pekan kemarin, setelah laporan AS merencanakan tarif tambahan senilai USD257 miliar terhadap produk-produk asal China, jika perundingan mendatang antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping gagal untuk mengakhiri perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Minyak juga tertekan oleh tanda-tanda meningkatnya pasokan dari produsen top dunia. "Janji Saudi untuk memproduksi minyak sebanyak mungkin, dan kekalahan pasar saham, telah secara tajam mengurangi kekhawatiran tentang penerapan sanksi AS pada 4 November terhadap Iran," kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.
Rusia juga telah mengindikasikan akan menyediakan cukup minyak untuk memenuhi permintaan setelah sanksi AS menghantam Iran mulai pekan depan. Dalam sinyal bahwa pasokan minyak masih cukup banyak, meskipun sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran, output minyak mentah dari 3 produsen teratas dunia, Rusia, Amerika Serikat dan Arab Saudi, mencapai 33 juta barel per hari (bpd) untuk pertama kalinya dalam September, seperti ditunjukkan data Refinitiv Eikon.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent untuk bulan depan, diperdagangkan ke level USD76,78 per barel pada pukul 00.40 GMT. Hal ini menandai penurunan mencapai sebesar 56 sen atau setara dengan 0,8% dibandingkan sesi penutupan terakhir.
Sementara harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi USD66,78 per barel usai menyusut 26 sen atau 0,4% dari sebelumnya. Harga minyak telah terperangkap oleh kemerosotan pasar keuangan yang meluas pada bulan ini.
Ditambah pasar saham kembali terkapar pada awal pekan kemarin, setelah laporan AS merencanakan tarif tambahan senilai USD257 miliar terhadap produk-produk asal China, jika perundingan mendatang antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping gagal untuk mengakhiri perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Minyak juga tertekan oleh tanda-tanda meningkatnya pasokan dari produsen top dunia. "Janji Saudi untuk memproduksi minyak sebanyak mungkin, dan kekalahan pasar saham, telah secara tajam mengurangi kekhawatiran tentang penerapan sanksi AS pada 4 November terhadap Iran," kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.
Rusia juga telah mengindikasikan akan menyediakan cukup minyak untuk memenuhi permintaan setelah sanksi AS menghantam Iran mulai pekan depan. Dalam sinyal bahwa pasokan minyak masih cukup banyak, meskipun sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran, output minyak mentah dari 3 produsen teratas dunia, Rusia, Amerika Serikat dan Arab Saudi, mencapai 33 juta barel per hari (bpd) untuk pertama kalinya dalam September, seperti ditunjukkan data Refinitiv Eikon.
(akr)